Bagaimana jadinya kalau ayah dari sahabat mu mencintaimu?. Dan sahabatmu menentangnya.
Persahabatan antara Mita dan Alda yang awalnya lancar lancar saja menjadi rumit. Sejak Alda mengetahui bahwa ayahnya Willy dan Mita sahabatnya merupakan sepasang kekasih.
Alda menentang hubungan ayahnya dengan Mita. Willy merasa frustasi, melepas Mita sangat sulit baginya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah Sudah Mengecil?
Mita masih mengatur nafasnya yang tersengal. Ketakutan membuat tubuhnya bergetar. Temannya semakin mendekat dan bertanya tentang pria tadi. Mita masih shock dan menggelengkan kepala. Kepalanya masih belum bisa mencerna kejadian tadi.
Kejadian barusan membuatnya takut pulang sendiri. Mita kembali meraba ponselnya di dalam tas. Mita mengirimkan pesan ke Willy.
Tak berapa lama kemudian Willy menelepon Mita. Suara Mita yang gemetar membuat Willy khawatir dan berpesan kepada Mita untuk menunggunya.
Dua puluh menit kemudian, mobil Willy sudah terlihat di luar gerbang sekolah. Melihat Mita masih bersama siswa lain. Willy menelepon Mita untuk langsung ke mobil. Willy tidak turun, para siswa mengenalnya sebagai ayah Alda. Pasti curiga kalau tahu Willy menjemput Mita.
Setelah mengucapkan terima kasih, Mita pamit kepada teman temannya. Mita menghampiri mobil Mita dan langsung duduk di bangku depan. Mita menutup wajah dengan kedua tangannya. Willy penasaran dan membuka kedua tangan Mita.
"Ada apa honey?" tanya Willy penasaran dan memperhatikan wajah Mita. Wajah itu masih tersisa dengan rasa takut. Willy mencondongkan badannya ke Mita dan memeluknya.
"Cerita sama om, ada apa?" tanya Willy lagi. Tangannya membelai rambut Mita.
"Aku takut om," jawab Mita dan menangis di dada bidang Willy.
"Jangan takut, ada om di sini. Ada apa?" tanya Willy lagi lembut. Masih di pelukan Willy Mita bercerita tentang kejadian tadi, mulai Alda meninggalkannya hingga lolosnya dia dari pria berbaju hitam.
Willy juga seketika khawatir dengan Alda. Willy mengambil ponselnya dan menelepon mamanya. Willy lega, ternyata Alda memang benar benar di rumah mamanya.
"Jangan takut honey, anggota ku akan mencari tahu siapa mereka dan apa maksudnya. Aku tidak akan membiarkan mereka lolos," kata Willy dan mengusap tangan Mita lembut.
"Makasih om," jawab Mita lega dan menghapus air matanya. Melihat Mita tidak ketakutan lagi. Willy menjalankan mobilnya.
"Kita ke apartemen om ya," kata Willy
"Aku pulang aja om," jawab Mita.
"Sebentar saja, sebelum Maghrib aku akan mengantarmu," sahut Willy dan terus menjalankan mobilnya.
"Om ke rumah saja, Alda kan ga di rumah," kata Mita. Mita lebih nyaman jika di rumah daripada di apartemen. Di apartemen tidak ada siapa siapa sedangkan di rumah masih ada pembantu sehingga Willy tidak akan macam macam. Begitulah pemikiran Mita, tapi Willy tetap menjalankan mobilnya ke apartemen.
"Kamu mau, para pembantu cerita ke Alda?" tanya Willy, Mita menggelengkan kepala.
" Kita ke apartemen saja. Kita bebas di sana," kata Willy terkekeh sedangkan Mita sudah cemberut.
"Ingat janjimu om," kata Mita. Willy menoleh ke Mita, wajah cantik itu semakin menggemaskan jika cemberut. Dengan tangan kirinya Willy mencubit pipi Mita, Mita menangkap tangan Willy dan memasukkan beberapa jari Willy ke mulutnya. Willy meringis merasakan gigitan Mita.
"Udah mulai nakal kamu honey, yang dimasukkan itu bukan jari, tapi ini," kata Willy mesum dengan menunjukkan ke bawah perutnya. Mita mencubit lengan Willy.
"Mesum,"
"Biarin," jawab Andre dan menarik tangan Mita. Mita tidak mau. Mita tahu mau kemana tangannya ditarik.
"Gak mau om," kata Mita. Willy terkekeh dan mengacak rambut Mita.
Mita menghempaskan tubuhnya di sofa apartemen Willy. Sofa yang super lembut memanjakan tubuhnya yang lelah akibat belajar tadi. Willy menyodorkan jus kemasan kepada Mita. Dan duduk di sebelah Mita.
"Bukain," kata Mita manja dan menyodorkan jus kemasan itu ke Willy. Willy meletakkan jus kemasannya dan membukanya jus Mita.
Rasa haus, membuat Mita hampir menghabiskan setengah dari jus kemasan tersebut. Willy yang melihatnya sampai geli.
"Lapar?" tanya Willy, Mita hanya mengangguk.
"Aku sudah pesan makanan. Sabar ya honey!" kata Willy lembut dan menarik Mita ke pangkuannya. Willy langsung mencium bibir Mita. Mita yang sudah tahu nikmatnya berciuman langsung membalas ciuman Willy.
Keduanya larut dalam ciuman dan tangan Mita yang sudah memeluk leher Willy erat makin membuat Willy makin bernafsu. Laki laki dewasa itu seakan lupa bahwa lawan mainnya adalah Mita sahabat anaknya.
Willy semakin gencar, melakukan aksinya. Sedangkan Mita yang sangat menikmatinya juga terbuai. Hingga kemeja Mita tergeletak di lantai, Mita belum menyadarinya. Kini bibir Willy bukan lagi di tempatnya semula. Bibir itu kini bagaikan bayi sedang menyusu. Seketika Mita tersadar dan mendorong badan Willy. Mita turun dari pangkuan Willy dan memakai kemejanya.
Willy juga tersadar, mengusap wajahnya kasar. Nafsunya seketika hilang berganti dengan kepalanya yang berdenyut. Sejak menjadi kekasih Mita, Willy harus rela menahan hasratnya.
"Maaf om, aku tidak bisa," kata Mita yang sudah duduk di sofa. Dia membuat jarak dengan Willy.
"Tidak apa apa honey, om yang seharusnya minta maaf," jawab Willy tersenyum. Tapi hatinya menginginkan.
"Sudah mengecil?" tanya Mita polos dan arah matanya mengarah bawah perut Willy. Willy terkekeh dan menggeleng. Padahal itunya sudah mengecil.
"Apakah ada cara lain mengeluarkannya selain bercinta?" tanya Mita lagi polos. Seketika bagian inti tubuh Willy berdenyut dan mengembang. Willy tersenyum dan mengangguk. Willy mendekat ke Mita dan mengajarinya.
"Begini, lakukan aja terus." Willy mengajari Mita untuk membuatnya puas. Dengan polosnya Mita menurut.Walau tidak senikmat bercinta, Willy menikmatinya. Mita menghentikan aksinya ketika mendengar bel berbunyi.
"Teruskan honey, sebentar lagi. Tanggung! lebih cepat honey," kata Willy mendesah. Mita menurut hingga akhirnya lahar panas itu muncrat dan mengenai wajah Mita. Mita cemberut dan mengambil tissue. Willy terkekeh sambil membersihkan yang sepatutnya dibersihkan.
Willy beranjak dari duduknya menuju pintu. Kurir sampai kesal menunggu pintu terbuka. Pintu terbuka tepat ketika kurir berbalik badan. Cepat cepat Willy memanggilnya.
"Makan dulu honey, kamu pasti sudah capai!" kata Willy melihat Mita yang masih cemberut. Lahar panas itu membuatnya sedikit jijik. Berkali kali dia mencium jarinya.
"Tidak perlu cemberut, nanti kalau sudah jadi istriku, kamu harus terbiasa dengan itu," kata Willy lagi membuka kotak pizza. Mengambil sepotong dan menyodorkannya ke mulut Mita.
" Udah cuci tangan blom?" tanya Mita, Willy mengangguk.
"Om, tentang nenekku bagaimana?" tanya Mita sendu. Teringat kejadian tadi malam ketika nenek mengusir Willy.
" Kita akan berjuang mendapat restu nenek," jawab Willy.
" Kalau nenek tetap tidak memberi restu?" tanya Mita lagi.
"Kita akan kawin lari," jawab Willy asal. Mita membelalakkan matanya.
"Ih gak mau, itu mah kuno om," kata Mita menghentikan makannya.
"Nenek pasti memberi restu. Percaya padaku. Aku juga mengerti kenapa sampai nenek marah. Dia marah karena sudah dua kali aku mengantarmu pulang malam. Jadi wajar nenek marah. Itu artinya nenek mengajari hal hal yang baik. Untuk ke depannya. Kita harus membuat nenek tidak curiga lagi," kata Willy panjang lebar. Mita mengangguk paham.
