Cinta Itu Budeg

Aluna POV

Sejak pertemuan kami di toko buku hari Sabtu kemarin. Aku jadi punya nomor hape nya Galang. Kuminta dengan tak tahu malu saja, sudah kepalang basah suka sama si pemuda cungkring ini. Maju aja udah, pantang menyerah.

Minggu pagi, aku mencoba mengirim pesan lebih dulu pada Galang. Kuturunkan harga diri sampai level terendah, biar aja lah perempuan mengirim pesan duluan, soalnya ini cowok kayaknya agak kurang peka. Masa iya dari Sabtu sore kita sudah bertukar nomor telepon, gak ada satupun pesan dia masuk. Yang ada pesan dari temannya yang bernama Kemal itu yang terus aja masuk seperti tembakan sniper.

Pagi..Galang lagi apa? centang satu. Kayaknya masih offline. Ditunggu deh.

Sudah satu jam, masih centang satu terus. Ini orang kenapa ya? Gak ada kuota apa?

Karena tak ada balasan dari Galang, akhirnya aku turun gunung membantu Bunda mencuci piring. Kebetulan hari Minggu, Emak Ijah off. Liburnya kayak pekerja kantoran. Hihihi.

Sudah dua jam, akhirnya centangnya berubah dua. Aku ber-yes-ria. Teduh memperhatikanku dengan mulut penuh roti. Dia lagi sarapan.

Tiba-tiba berubah biruu..Aku memekik.

" Biru..biru..biruu..Aaaa...mengetiiiik.." teriakku lagi makin excited.

Sepertinya Teduh mulai terganggu.

" Teteh iih..teriak-teriak wae. Ade lagi makaaan." Teduh protes.

" Ya makan aja atuh, da gak akan keganggu."

" Ade keganggu lah, ade jadi nggak konsentrasi ngunyahnya." si Teduh mulai menyebalkan, dia menatapku sambil cemberut dengan pipi menggembung berisi roti.

" Iiissshhh..ngarang aja." aku beranjak pergi, debat sama dia cuma akan mengurangi kegembiraanku menerima pesan dari Galang.

Aku masih memelototi layar hape, tulisannya masih mengetik. Tapi kok lama sekali, aku pikir dia akan mengirimkan pesan yang panjang nan romantis. Beberapa menit kemudian balasan masuk.

Siapa ya?

Gubrakkkk....!!!

" Ih ari dia malah nanya siapa?? emang nomor aku gak di save??? Ya Allah...ngeselin pisan." ucapku sambil bersungut-sungut dan mendudukkan diriku di atas sofa dengan kesal.

Aku mengetik dengan cepat.

Ini aku, Aluna. Kamu gak save nomor aku ya?

Galang membalas

Hehehe..maaf kemarin lupa pencet tombol save. Nomornya jadi gak masuk hape aku. Punten nya..

Oooh.. begituuuu. Oke aku maklum. Aku membalas lagi.

Sekarang lagi apa?

Mandiin ikan cup*ng. Jawabnya, aku terkikik.

Ikan kan tinggalnya di air, ngapain di mandiin?? Aneh..

Hehehe..ganti air maksudnya, udah keruh. Sekalian dibersihkan juga ikannya biar kinclong 😁

Bener-bener deh, Galang asli maniak sama ikan cup*ngnya. Sampai punya waktu khusus untuk merawat.

Hobi banget ya. Sampai punya waktu khusus untuk melihara? Punya berapa banyak emang?

Dua aja kok. Tapi teman sejati mereka mah, kalau saya curhat habis-habisan, suka bisa jaga rahasia, akan dibawa sampai mati. Dari pada cerita sama si Kemal, disenggol dikit langsung tumpah. Kayak ember mulutnya.

Aku tertawa ngakak. Asli sih, ini orang pemikirannya kayak kurang satu strip. Ya iya lah ikan gak bisa bongkar rahasia, orang gak bisa ngomong cuma megap-megap aja.

Kamu yang aneh, ikan diajak curhat. Kalau mau curhat tuh, ke makhluk hidup yang bisa ngomong. Biar bisa menanggapi, ngasih masukan.

Galang membalas.

Ah..Kemal aja ngasih masukannya suka ngacapruk.

Ya jangan ke Kemal lah..ke yang lain aja. Ke pacar misalnya. Pancingku, padahal aku tahu dia sedang tidak punya pacar.

Semenit, dua menit. Galang belum membalas. Duh kok jadi deg-degan ginii? Tiba-tiba

ting

Pesan balasan Galang masuk.

Saya gak punya pacar, Na. Mana ada yang mau? Lagian ribet ah pacaran itu, perlu modal besar tapi nggak dijamin bakalan balik modal. Habis kita ngemodalin pacar belanja ini itu, ngejajanin makan, beliin hadiah dan lain-lain, eeh taunya bukan jodoh kita. Jadi kayak ngejajanin jodoh orang. Hahaha...gak mau ah saya mah rugi bandar begitu.

Galang menjawab dan seketika hati aku potek. Hilang selera untuk membalas, sudah keburu patah hati.

***

Author POV

Di sekolah, Aluna jadi murung. Seperti telah diserap sari pati kebahagiaannya oleh dementor, makhluk penjaga penjara Azkaban di serial Harry potter. Mukanya yang ditekuk jelas saja mengganggu penglihatan Lala dan juga Handi, fans garis keras Aluna yang tergabung dalam fans klub Aluna lovers dengan dia sebagai pendirinya beranggotakan dia sendiri. Wkwkwkwkw..

" Kenapa Luna, kok cemberut gitu? Lagi ada masalah ya?" ucap Handi sok tahu.

Aluna menatap Handi sinis kemudian menelungkupkan muka kembali di atas meja nya.

" Cerita aja sama Handi kalau dirasa berat mah masalahnya. Sok Handi mah siap jadi pendengar setia." Handi lagi-lagi sok tahu.

" Iih..apa sih Handi, sok tau banget. Udah ah sana, balik ke meja kamu lagi. Nanti mood nya si Luna makin anjlok gara-gara kamu." Lala mulai gerah dengan sikapnya Handi dan mengusirnya agar kembali duduk di bangkunya. Lala itu memang kecil-kecil cabe rawit, biarpun badannya kecil tapi nyalinya pedes banget kayak bon cabe. Jadilah Lala sering pasang badan kalau ada laki-laki yang mengganggu Aluna.

Setelah diusir Lala, dengan gontai Handi kembali ke bangkunya sambil menundukkan kepala seperti ikut merasakan keresahan idolanya atau mungkin merasa terhina karena sudah diusir Lala dengan galak. Wkwkwkwk

" Udah atuh beb, meuni gara-gara si Galang aja sampai hilang semangat gitu." hibur Lala sambil menyenggol bahu Aluna.

" Aku patah hati bahkan sebelum jatuh cinta, La." Aluna suka kambuh jadi puitis kalau lagi banyak pikiran. Lala menahan tawa.

" Masih banyak ikan di laut, jangan ngejar-ngejar ikan cup*ng terus." Lala langsung tergelak, tak kuat mendengar peribahasanya sendiri.

Aluna mendengus.

" Memangnya kita bisa memilih kemana hati ini akan berlabuh? Kadang hati punya nahkodanya sendiri." jawab Aluna kembali puitis. Haaah.. dasar anak guru Bahasa Indonesia!! Turun juga ternyata bakatnya. Lala masih cekikikan.

" Makanya ya, kamu tuh biasa aja kalau suka sama orang. Jangan berlebihan, jadinya sakit hati sendiri kalau yang kita harapkan gak sesuai ekspektasi." ucap Lala sambil mengelus rambut Aluna. Mata Aluna malah berkaca-kaca ingin menangis.

" Jangan diusap-usap ah rambut aku nya, jadi tambah zzediiiihhh.." ucap Aluna tak jelas dan menangis sesenggukan.

Lala bengong, segitu besarnya ya rasa suka Aluna pada si cungkring satu itu, batin Lala dalam hati.

Selama mereka bersahabat, Lala memang tak pernah melihat Aluna sesuka ini sama lawan jenis. Biasanya justru dia bersikap cuek tak mau ambil pusing meski banyak anak laki-laki di sekolahnya yang mengutarakan isi hati kalau mereka menyukai Aluna. Lagi pula, siapa yang tidak akan suka dengan Aluna. Selain cantik dan pintar, Aluna juga mudah bergaul. Orangnya sangat ramah dan positif. Mengobrol berlama-lama dengannya selalu mengasyikan. Tapi ternyata meski banyak yang menyukainya, Aluna asyik saja dengan kejombloannya.

Tapi untuk pertama kalinya, Lala melihat Aluna menangisi seseorang. Dan yang lebih tidak bisa diterima lagi, laki-laki yang ditangisi oleh Aluna hanyalah seorang Galang. Anak laki-laki dengan semua keminusan yang ada.

Hanya karena satu tragedi penyelamatan dari Galang, Aluna telah dibuat klepek - klepek olehnya. Aluna sudah tak peduli lagi kalau Galang hanya lumut di sekolah, buronan utama guru BK karena sering bolos, dan siswa absurd yang selalu melakukan hal-hal aneh tak masuk akal dan tak tahu malu di sekolahnya.