bagaimana jadinya jika seorang gadis desa yang sering dirundung oleh teman sekolahnya memilih untuk mengakhiri hidup? Namun, siapa sangka dari kejadian itu hidupnya berubah drastis hingga bisa membalaskan sakit hatinya kepada semua orang yang dulu melukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mas Bri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Tanpa bertanya lagi, gadis itu mencari dasi yang cocok dengan baju tuannya. Pandangannya jatuh pada dasi warna abu-abu muda motif garis-garis. Dengan cekatan dia memakaikannya di leher sang tuan. Tetapi ada sedikit masalah tinggi badan.
“Tuan, bisakah Anda sedikit membungkuk? Ini terlalu tinggi.” Pelayan cantik itu terlihat kesusahan memakaikannya. Tingginya yang hanya selengan William membuatnya semakin kesulitan memakaikan dasinya.
Dengan patuh Tuan Muda itu membungkukkan badan lebih condong ke depan hampir mendekati wajah gadis manis di depannya. Bisa saja dia memberikan kursi kecil agar lebih mudah, tetapi bukan itu tujuan William.
Ini adalah tipu muslihat agar dia bisa berdekatan lagi dengan Ayu. Bukannya dia gengsi, hanya saja dirinya bingung harus mulai dari mana agar bisa dekat dengan pelayannya. Ini adalah pertama kalinya dia mendekati wanita.
Ayu sedikit menahan nafas saat membuat simpul dasi. Aroma tubuh tuannya membuat dirinya terkadang suka lupa diri. Ini adalah ujian paling sulit dalam hidup. Dirinya juga wanita normal yang menginginkan kasih sayang lawan jenis.
“Sudah, Tuan," ucapnya begitu selesai memasangkan dasi. Wajahnya terlihat senang dengan hasil kerjanya sendiri.
“Bagus warnanya. Saya suka,” balas William tersenyum.
“Terima kasih.”
“Setelah ini kamu bersiap ikut saya ke bandara menjemput seseorang. Saya ke kantor hanya sebentar,” ujar William. Rencananya sang asisten akan datang bersama adiknya dari luar negeri. Kebetulan sekolahnya sudah selesai dan dia sedang belajar di perusahaan sang kakak.
“Baik, Tuan. Tapi tangan Anda bagaimana? Perlu saya kompres?"
"Tidak, nanti akan membaik sendiri."
.
.
.
Waktu menunjukkan pukul satu siang, Ayu sudah siap dengan kaos polos putih, celana jeans, dan sepatu kets putih. Wajahnya yang kini mulai terawat tidak memerlukan make up tebal, hanya sedikit bedak dan pewarna bibir agar tidak terlihat pucat. Tidak lupa rambut lebatnya dia kuncir kuda. Kini Ayu terlihat seperti anak sekolahan dan bukan pelayan.
Klakson mobil terdengar dari luar pintu menginstruksikan dirinya segera keluar. Senyum bahagianya terlihat jelas karena ini pertama kalinya dia bepergian setelah bekerja di rumah Maya.
Dari dalam mobil ada sepasang mata fokus pada gadis kecil yang terlihat begitu berisi dan terlihat lebih muda dari usianya. Kulit putih bersih, hidung mancung, bibir tebal berisi, dan bagian yang menonjol lainnya membuat William terperangah dengan kecantikan Dara Ayu.
Ini adalah pertama kalinya dia melihat sisi lain dari gadis polos yang biasa melayaninya.
“Ini terlalu indah untuk dilewatkan. Tidak salah aku memilihnya,” gumam William dengan tatapan lapar.
“Tuan buka pintunya,” ucap Ayu dari luar mobil.
“Ah … aku sampai lupa,” keluh William.
Gadis itu membuka pintu belakang dan duduk dibagian penumpang.
“Kenapa duduk di belakang?” tanya William serius.
“Eh …”
“Pindah depan. Memangnya aku sopir pribadi!”
Gadis cantik itu akhirnya pindah duduk di samping majikannya. Aroma cherry menyeruak di indra pencium William. Beberapa kali matanya melirik ke samping, memperhatikan setiap gerak gadis kecilnya.
.
.
.
“Kita tunggu disini, sebentar lagi mereka akan datang,” ujar William.
Tidak lama setelah itu, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Dari kejauhan terlihat dua orang yang sangat tampan, tinggi semampai, dan menjadi pusat perhatian para wanita.
“Nah … itu mereka,” ujar William menunjuk keduanya.
Ayu yang saat itu duduk, ikut berdiri di belakang majikannya. Wajahnya terkejut begitu melihat salah satu di antara mereka berdua.