" kita ngomong pake bahasa kalbu sayang" ucapnya dengan tangan terulur memegang dagu ku, " cup" sekali lagi Adi Putra mencium bibirku.
Biar sekilas aku sudah seperti orang mabok minum tuak tiga jerigen, " kamu nggak bisa menolak sayang" katanya masih menghipnotis.
Aku seperti kembali tersihir, habis-habisan Adi Putra melumat bibirku. Herannya walau tidak mengerti cara membalas aku malah menikmati kelembutannya.
" Hey... son belum waktunya" suara teguran itu membuat Adi Putra berhenti m3nghi$4p bibirku, sedang aku tegang karena malu dan takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#7. merasa dilecehkan
Rok yang tadi basah aku peres lalu gantung di gantungan belakang pintu kamar mandi, setelahnya aku keluar hanya dengan memakai handuk yang melilit di tubuhku.
" Udah selesai sayang" ucap mas Adi begitu aku buka pintu.
" Deg...." ternyata mas Adi di pintu aku kaget setengah mati seperti liat setan. Hampir aku teriak tapi mulutku keburu di tutup telapak tangan besar milik mas Adi.
Sesaat aku merasa isi otakku kosong, beberapa detik aku tersadar mundur selangkah aku ingin segera menutup pintu. Tapi sayangnya sebelum aku berhasil menutup pintu mas Adi sudah mendorong pintu, entah apa pula maksudnya.
Dorongan yang lumayan kuat membuat kaki ku terpaksa mundur akibat lantai yang licin aku kehilangan keseimbangan dalam waktu sekejap mata , " aaakk..." pekikku jatuh terduduk di lantai yang keras dengan handuk jatuh terbuka.
" Oh...maaf sayang mas nggak sengaja" katanya menghampiri dan jongkok di depan ku, isi kepala ku lagi lagi kosong tatapan mata kami bertemu seolah sedang menyelami perasaan masing-masing.
Untuk sesaat tatapan kami seolah terikat satu sama lain, tatapan mata mas Adi lama kelamaan berubah sayu aku lihat jakunnya juga turun naik seperti sedang menikmati sesuatu.
Aku yang masih nggak sadar cuma mematung tampa menyadari keadaan diriku yang telanjang, " bangun lah Tiara. Mas nggak kuat lita kamu kayak gini " ucap nya detik itu pula aku tersadar dan kata-katanya seperti tamparan keras menyadarkan keadaan diri ku yang telanjang.
" ya Allah" pekik ku dalam hati, tubuhku gemetar aku nggak sanggup berkata kata, antara malu dan marah.
Aku Reflek langsung mendorong dada mas Adi sekuatnya, aku berdiri dengan segenap rasa malu aku kembali memungut handuk di lantai kemudian melilit kembali di tubuhku.
" keluar mas" usirku dengan suara gemetar, Aku merasa terhina dan yang lebih parahnya lagi aku merasa seperti di lecehkan Walau itu cuma tatapan, di sebagian hati aku sadar itu terjadi tanpa kesengajaan bukan salah mas adi juga tapi kata hatiku yang paling dalam mengatakan kalau mas Adi memang sengaja.
" Baik mas minta maaf nggak tahu kalau ada kamu di dalam kamar ini " katanya lalu keluar begitu saja.
" Ya Allah " lirihku, aku menangis menyesali apa yang barusan terjadi
" Prov Adi.
Jam setengah enam sore adikku baru pulang dari kampus, aku tau hari ini dia wisuda hanya papa dan mama yang ikut kekampus.
Tadinya aku juga mau ikut tapi pagi pagi buta aku di perintahkan papa untuk pergi ke kantor, berhubung papa ada kunjungan ke luar negeri terpaksa aku yang harus tangani masalah nya di kantor.
Sebelum pulang aku sempat menelpon adikku, tanggapannya begitu antusias saat aku mengingat kan tentang janji ku.
" Kak pestanya bikin di club ya" pintanya saat aku telpon, dan Aku mengiyakan karena memang aku sudah terlanjur janji jauh jauh hari.
Aku pulang lebih awal karena urusan sudah selesai dan semua berjalan seperti semula, Sampai di rumah aku langsung mandi ganti baju aku harus menyambut nya pulang.
Begitu ku dengar suara mobil aku bergegas keluar dari kamar untuk menyambut dan memberi ucapan selamat atas kelulusannya, biar nilai pas-pasan aku tetap bangga karena adikku lulus dengan nilai yang dia hasilkan dari otaknya sendiri.
Rasa senangku tak terbendung, aku seperti menang jackpot urusan kantor selesai tampa ribet dan adikku wisuda di hari yang sama sungguh sebagai kakak aku merasa bersalah karena tidak datang saat hari kelulusan nya.
Ku sambut Adik kesayanganku, sebelum keluar aku sempat mengintip dari balik gorden.
Baru juga aku menyibak sedikit gorden, mataku langsung terpaku pada sosok yang datang bersama adikku, seketika kerinduan menyergap jiwa ku.
Dadaku bergemuruh dia Tiara adik kecil yang dulu aku kejar, Walau dulu aku sering gonta ganti pacar bukan berarti aku sudah lepas kendali, saat bersama pacar-pacar ku dulu tidak ada hal yang berlebihan karena aku sendiri memang sengaja menjaga batasan itu.
tapi bersama Tiara aku merasakan nyaman dan hangat pada waktu itu rasanya nggak bisa jauh, sampai akhirnya aku sadar kalau aku menyukainya bukan sekedar suka biasa melainkan sudah suka seperti sewajarnya seorang pria yang suka dengan wanitanya.
Siang Aku jemput Tiara pulang sekolah. Hari itu juga ingin berterus terang tentang perasaanku padanya, sengaja Aku berhenti di ujung desa tempatnya sepi jadi cocok untuk ngobrol berdua, setelah kami sama-sama di duduk di sadel motor aku langsung mengungkapkan perasaan.
Memang tidak ada sahutan dari Tiara tapi aku tahu dia juga merasakan hal yang sama, aku genggam tangan nya sampai dia seperti kaget dan sontak menatap wajah ku.
Tatapan kami bertemu detik itu juga aku seperti mendapat dorongan dari dalam, entah di rasuki setan atau apa tiba-tiba aja timbul keinginan ingin mencium bibir Tiara.
Tidak ada rasa takut atau apa, aku langsung mengulum bibir pink yang rasanya sangat manis dan hangat, Tiara diam aku artikan dia juga suka dengan ciuman ku sampai tiba-tiba Tiara mendorong dan aku nyaris terjungkal jatuh dari atas motor.
" Tiara kenapa" sontak aku bertanya sambil mengusap sisa ciuman di bawah bibir.
Tampa menjawab Tiara berlari meninggalkan aku, Saat itu juga aku bingung dan dilanda ketakutan. Ingin ku susul tapi aku takut tiara marah dan sakit hati padaku.
Setelah Tiara tidak lagi terlihat aku memutuskan untuk pulang, sampai di rumah aku pikir pikir bisa langsung kekamar untuk merenungi kesalahan yang baru saja aku buat.
Tapi ternyata aku salah dalam keadaan jiwa yang sedang tidak baik aku harus kembali di hadapkan dengan realita yang ada, Ternyata aku bukan anak kandung bapak dan ibu. Saat itu juga aku merasa dunia ku runtuh, sempat aku menolak pengakuan dari kedua orang tuaku.
Tapi setelah mendengar cerita panjang lebar dari ibu yang membesarkan ku, akhirnya aku bisa terima walau rasa hati masih gamang, besoknya aku di jemput orang tua kandungku dan aku terpaksa ikut sebelum sempat bertemu tiara buat sekedar minta maaf dan memberi penjelasan padanya.
Sejak saat itu aku dan tiara tidak pernah bertemu lagi, namun tiara tetap bertahta dalam hatiku, terkadang rasa rindu sering kali menghantui perasaan ku hanya Dia yang paling ku ingat hingga sekarang aku tidak pernah lupa bahkan tiara sering jadi fantasi ku saat mengeksekusi adik kecil ku yang kadang ngamuk Pengen muntah.
Dari Balik gorden aku tatap wajahnya dadaku berdesir semakin cantik saja dia, tubuhnya juga semakin aduhai.