Jaka, pemuda desa yang tak tahu asal-usulnya, menemukan cincin kuno di Sungai Brantas yang mengaktifkan "Sistem Kuno" dalam dirinya.
Dibimbing oleh suara misterius Mar dan ahli spiritual Mbah Ledhek, ia harus menjalani tirakat untuk menguasai kekuatannya sambil menghadapi Bayangan Berjubah Hitam yang ingin merebut Sistemnya.
Dengan bantuan Sekar, keturunan penjaga keramat, Jaka menjelajahi dunia gaib Jawa, mengungkap rahasia kelahirannya, dan belajar bahwa menjadi pewaris sejati bukan hanya tentang kekuatan, tetapi tentang kebijaksanaan dan menjaga keseimbangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ali Jok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tameng Air dan Rahasia Sistem
Mari kita bicara tentang hal-hal yang tidak mereka beri tahumu ketika kamu menjadi "Pewaris Sistem Kuno". Bahkan setelah kamu berhasil bertahan dari puasa mutih, disetujui oleh padepokan rahasia, dan dinyatakan layak untuk ritual kuno, kamu masih bisa merasa seperti penipu yang akan ketahuan.
Pagi itu, kabut masih menyelimuti Padepokan Tirta Amarta. Aku, Jaka, sedang berendam di titik paling suci Sungai Brantas untuk ritual Tapa Kungkum. Airnya sangat dingin sampai-sampai aku yakin ikan-ikan di sekitarku sedang membeku. Aku berusaha keras untuk "menyelaraskan diri dengan elemen air", yang terdengar sangat keren di teori, tapi dalam praktiknya seperti mencoba menjadi sahabat karib dengan es batu.
"Penyelarasan elemen air: 75% lengkap. Sistem stabil."
"Bagus, Mar," gumamku dalam hati, gigiku gemetar. "Sekarang bisakah kamu mengaktifkan fungsi pemanas?"
Tapi kemudian, sesuatu yang aneh terjadi. Pikiranku melayang, dan tiba-tiba aku tidak lagi berada di sungai. Aku melihat mereka orang tuaku.
Ibuku, Sri, memiliki mata yang sama sepertiku. Dia menggigil dalam hujan, memegang erat kalung yang persis seperti milikku, tapi dengan ukiran nama "Sri". Ayahku, Arjuna nama yang sangat heroik, membuat "Jaka" terdengar biasa saja, memegang tombak berukir yang berpendar lemah.
"Kita tidak bisa terus seperti ini, Arjuna," bisik ibuku, suaranya bergetar.
"Aku tahu, Sri," jawab ayahku, matanya terus mengawasi kegelapan. "Tapi kita harus menyelamatkan Jaka. Dialah satu-satunya yang bisa mewarisi sistem sepenuhnya."
Lalu, dengan tangan gemetar, ayahku melepas cincin dari jarinya, cincin yang sekarang ada di jariku dan meletakkannya di keranjang tempat aku, bayi mungil, terbungkus kain biru.
"Sistem, lindungi anakku," bisiknya sebelum mencium keningku. Air matanya bercampur air hujan.
Whoa. Jadi, ini bukan sekadar cincin tua. Ini adalah... warisan. Perlindungan terakhir.
Tiba-tiba, bayangan-bayangan hitam muncul. Selusin orang berseragam hitam dengan mata kosong mengelilingi mereka. Dan dari kegelapan, muncul sosok yang kutakuti Bayangan Berjubah Hitam.
"Serahkan sistemnya, Arjuna," desisnya seperti ular.
"Peringatan! Gangguan eksternal terdeteksi. Proses penyelarasan 80% lengkap."
Vision itu pecah ketika suara jeritan dan dentuman keras menyobek kesunyian. Aku tersentak keras. Dari atas air, terdengar teriakan dan gemercik senjata. Pertempuran!
Aku membuka mata dan melihat melalui air yang mulai keruh. Puluhan makhluk aneh bersisik kehijauan dengan mata bersinar Jin Air sedang menyerang padepokan! Mereka bergerak seperti air itu sendiri, membawa tombak-tombak es yang memancarkan hawa dingin.
"Darah pewaris! Kami ingin darah pewaris!" raung salah satu Jin Air, suaranya bergema dalam air sampai membuat gendang telingaku bergetar.
Di darat, Sekar sudah berada di garis depan. Gadis itu bergerak dengan gemulai namun mematikan, kedua pedang pendeknya berkilau. Rambutnya yang biasanya terkuncir rapi sekarang terurai.
"Pendekar Tirta Amarta, jaga formasi segitiga!" teriaknya dengan suara mantap.
Dia melompat ke udara, berputar seperti gasing, menyabetkan pedangnya. Dua Jin Air terjatuh, tapi lebih banyak lagi yang datang. Tombak-tombak es menghujam ke arahnya seperti hujan.
Mbah Ledhek dan Eyang Retno bertindak. Dengan tongkatnya, Mbah Ledhek mengetuk tanah. Dhug! Dhug! Dhug! Gelombang kejut membuat beberapa Jin Air jatuh. Eyang Retno merapal mantra, mengundang kabut tebal.
Tapi Jin Air justru menggunakan kabut sebagai kamuflase. Beberapa pendekar muda terdesak.
"Galih! Awas serangan dari kiri!" teriak Sekar.
Galih berputar, menangkis, tapi tombak es masih menggores lengannya. Darah mengucur.
"Mereka mengincar darah!" teriak Eyang Retno. "Jin Air menggila jika mencium darah!"
Aku melihat semua ini dari dalam air, jantung berdebar kencang. Aku ingin membantu, tapi...
"Peringatan! Proses penyelarasan belum selesai. Pembatalan sekarang berisiko energi membalik dan menyebabkan kerusakan sistem permanen!"
Tiba-tiba, bayangan hitam familiar menyelam ke dalam sungai. Banaspati! Api di tubuhnya mendesis keras saat bersentuhan dengan air.
"Jaka, tetap di tempat!" suaranya parau. "Aku yang akan menghadapi mereka! Kau selesaikan ritualmu!"
Banaspati melesat ke permukaan, menyerang Jin Air dengan kemarahan. Tapi jumlah mereka terlalu banyak.
"Banaspati, kau tidak bisa sendirian!" teriakku.
"Diam! Fokus!" balas Banaspati, tubuhnya mulai terluka.
Di darat, pertempuran semakin sengit. Sekar sekarang berlumuran darah. Nafasnya terengah-engah, gerakannya melambat.
"Penyelarasan 90%... 95%..."
Mataku tertuju pada Sekar yang sedang terdesak lima Jin Air. Darah mengucur dari bahunya. Satu Jin Air mengayunkan tombak es ke arah kepalanya.
Tidak!
"Penyelarasan 100% lengkap! Stat Waskita meningkat ke 65/100.
Kekuatan baru terdeteksi: Kendali Air Dasar."
Tanpa pikir panjang, aku melompat keluar dari air. Tubuhku berpijar energi kebiruan, menerangi area sekitar. Semua orang terkesima.
"Jaka!" teriak Sekar.
Dengan gerakan kaku tapi penuh keyakinan, aku mengangkat tangan. Semua elemen air di sekitar, air sungai, embun, bahkan uap napas, berkumpul membentuk kubah air raksasa yang transparan.
BRUUUK! BRUUK! BRUUK!
Puluhan tombak es pecah berkeping-keping saat membentur kubah airku.
Jin Air pemimpin mendesis marah. "Hancurkan tamengnya!"
Tapi sebelum mereka bereaksi, aku sudah mengulurkan tangan ke arah Sekar. Tetesan air menyelimuti lukanya, menyembuhkannya dalam sekejap. Kemudian, dengan gerakan lain, aku menciptakan pusaran air kecil yang menyelamatkan Galih dari kepungan.
"Luar biasa..." gumam Eyang Retno. "Dia tidak hanya mengontrol air, tapi memurnikannya untuk penyembuhan!"
Banaspati mendesis puas. "Akhirnya... dia mulai memahami..."
Tapi beban terlalu berat. Darah mengucur dari hidungku, penglihatanku berkunang-kunang.
"Energi kritis! Hanya 2% tersisa! Hentikan segera atau risiko kerusakan sistem permanen!"
Aku mengabaikan peringatan Mar. Aku melihat Mbah Ledhek yang terjatuh, Eyang Retno yang tidak bisa berdiri, para pendekar yang terluka. Dengan sisa tenaga, aku memfokuskan semua energi untuk memperkuat kubah air.
Dengan erangan keras, aku terjatuh pingsan. Kubah air runtuh, menyiram semua orang.
Tapi kerusakan sudah terjadi. Jin Air yang ketakutan mundur, menghilang ke dalam sungai.
Aku membuka mata. Kepalaku terasa sangat berat. Cahaya matahari menyilaukan.
"Selamat datang kembali," suara lembut di sampingku. Sekar duduk di sana, baskom berisi air di pangkuannya. Wajahnya menunjukkan kelegaan.
"Berapa lama..." suaraku serak.
"Hampir seharian," jawabnya, menyodorkan segelas air. "Kau menguras hampir semua energimu. Itu sangat berbahaya, Jaka."
Aku minum, lalu melihat sekeliling. Kami berada di dalam gubuk di padepokan. Dari jendela, kulihat para pendekar membersihkan bekas pertempuran.
"Yang lain..." desisku lemah.
"Semua selamat. Berkatmu." Sekar tersenyum, dan untuk pertama kalinya ada kekaguman tulus di matanya. "Bahkan Galih sudah mulai pulih. Itu... sangat mengagumkan."
Mbah Ledhek dan Eyang Retno masuk, diikuti Banaspati yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan hormat.
"Kau telah melakukan hal luar biasa, Nak," kata Mbah Ledhek, memegang tanganku. "Tapi kau harus berhati-hati. Menguras energimu seperti itu bisa merusak sistem permanen."
Aku mengangguk lemas. Tiba-tiba, suara Mar terdengar, membuatku terkejut.
"Analisis penggunaan energi: Tidak efisien. Hanya 5% kapasitas sistem yang termanfaatkan dengan benar. 95% terbuang karena kurangnya pemahaman mendasar tentang mekanisme sistem."
Aku mengerutkan kening. "Apa maksudmu, Mar?" tanyaku dalam pikiran.
"Sistem ini bukan hanya generator kekuatan mentah. Ini adalah perpustakaan pengetahuan lengkap, simulator pertempuran canggih, dan alat komunikasi antar pewaris. Fitur-fitur seperti Analisis Musuh Real-time, Simulasi Tempur Holografik, dan Komunikasi Antar Pewaris saat ini terkunci karena ketidaktahuanmu tentang cara mengaksesnya."
Aku terdiam, memproses informasi itu. Kemudian menatap Mbah Ledhek. "Mar bilang... aku hanya menggunakan 5% dari kapasitas sistem. Bahwa saya perlu memahami sistemnya, bukan hanya menggunakannya."
Mbah Ledhek mengangguk bijak. "Mar benar, Le. Selama ini kau hanya disuruh njalanake (menjalankan), tapi tidak ngerti (mengerti). Kayak orang disuruh nyetir mobil tapi tidak tahu cara mesinya bekerja."
Eyang Retno menambahkan, "Kekuatan tanpa kebijaksanaan bagai sungai yang meluap, akan menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya, termasuk diri sendiri."
Aku melihat sekeliling. Sekar memandangku dengan dukungan. Banaspati mengangguk pelan. Mbah Ledhek dan Eyang Retno memandangku dengan harapan.
Aku menarik napas dalam-dalam. "Aku mengerti. Aku akan mempelajarinya. Aku akan memahami sistem ini sepenuhnya."
"Permulaan yang baik, Pewaris. Modul pembelajaran dasar akan segera diaktifkan. Bersiaplah untuk babak baru: Memahami Sistem Kuno seutuhnya."
Di kejauhan, seekor burung bangau dengan mata terlalu merah mengamati dari dahan pohon. Bayangan Berjubah Hitam yang mengendalikannya tersenyum puas.
"Sempurna," bisiknya. "Teruslah belajar, Pewaris Bodoh. Semakin dalam kau memahami sistemnya, semakin mudah bagiku untuk mencurinya. Kau sedang menyiapkan hadiah terindah untukku."
Tapi yang tidak diketahui bayangan itu, tekadku telah berubah. Ini bukan lagi tentang menjadi kuat atau membalas dendam. Ini tentang memahami untuk melindungi. Dan perbedaan itulah yang akan menentukan segalanya.
Sekarang, izinkan aku beristirahat. Menyelamatkan seluruh padepokan itu melelahkan. Dan besok, pelajaran baruku dimulai. Aku harap ada modul untuk "Cara Menggunakan Kekuatan Super Tanpa Pingsan".
Walaupun latar belakangnya di Indonesia, tapi author keren gak menyangkut-pautkan genre sistem dengan agama🤭
bantu akun gua bro