Dark romance dewasa.
Ayahnya yang seorang Adipati, difitnah dan seluruh keluarganya Kirana dibunuh. Kirana berhasil meloloskan diri dari maut bersama dayang kesayangannya yang bernama dayang Sumi. Di dalam pelariannya, Kirana singgah di Dukuh Seti dan Kirana secara tidak sengaja menyembuhkan seorang wanita di dukuh Seti. Wanita itu ternyata seorang ronggeng. Kirana akhirnya tinggal bersama ronggeng itu dan terpilih jadi ronggeng selanjutnya. Kirana terpaksa bersedia karena jika menjadi ronggeng dia diijinkan masuk ke pendopo agung. Dia ingin membunuh orang pertama yang memfitnah ayahnya dan orang itu tinggal di pendopo agung. Namun, dia justru dikejutkan dengan adanya penggerebekan dan dia menjadi tawanannya Mahapatih Lingga yang dingin dan kejam. Bagaimana nasib Kirana selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tusuk Konde
Dimas langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan kening, menyatukan sepuluh jari, sedikit membungkuk, sambil berkata, "Maafkan saya, Mahapatih. Saya tidak membentak Anda, tapi saya kaget karena Anda berucap......."
Lingga mengusap-usap dadanya sembari berkata, "Iya, satu-satunya wanita yang sudah berhasil membuatku mengalami gejala masuk angin adalah Kirana. Aku belum pernah merasakan gejala masuk Anging yang seperti ini sebelumnya. Aku tidak pernah berdebar-debar saat aku berada di dekat seorang wanita sebelumnya dan debaran ini disebabkan oleh Kirana"
Dimas mengernyit karena junjungannya tidak menyimak ucapannya. "Maafkan saya, Mahapatih" Dimas mengarahkan gestur sembah-nya, tangannya ke dada lalu berkata, "Dia wanita liar dan dia sudah berani menampar Anda. Kita bunuh saja dia lagipula ayahnya yang sudah menyebabkan Ibunda Anda dan sahabat-sahabat seperjuangan kita meninggal di medan pertempuran"
Lingga yang masih asyik dengan pemikirannya sendiri dan masih sibuk mengusap-usap dadanya, kembali mengabaikan Dimas dan berkata, "Jikalau nanti Baginda Raja memberikan hadiah garwa ampil dari tawanan wanita yang aku bawa kali ini, aku akan meminta Kirana dan tidak mau yang lainnya. Aku hanya mau Kirana"
Dimas terpaksa menepuk pelan bahu junjungannya untuk menyadarkan junjungannya pada kenyataan bahwa gadis yang bernama Kirana itu tidaklah pantas untuk junjungannya.
Lingga mengerjap kaget lalu menoleh ke Dimas dengan wajah kesal, "Ada apa?"
Lingga bergegas berkata, "Dia bukan wanita yang anggun dan lembut seperti Nyonya Adipati di kediaman dan dia tidak seperti garwa ampil panjenengan yang pandai menyulam, berdandan, membawa diri, dan........"
"Dan aku tertarik pada Kirana, kucing liar itu, emm, tidak, bukan aku, tapi jantungku yang tertarik padanya dan hatiku jatuh pada pesonanya" Gumam Lingga dengan masih mengusap-usap dadanya.
Rahang bawahnya Dimas sontak tertarik kencang ke bawah, sial! Mahapatih belum pernah berkata sepuitis itu kepada wanita manapun selama ini. Mahapatih benar-benar tertarik pada kucing liar itu.
"Anda bisa terkena cakarnya jika Anda mendekatinya dan baik kepadanya karena konon katanya, kucing liar itu tidak tahu membalas budi, Mahapatih. Terbukti, kan, cakarnya sudah mengenai Anda dan saya. Dia sudah berani dengan kurang ajarnya membuat saya dan Anda tidur pulas, lalu melarikan diri dengan tipu daya. Dia menampar Anda bukannya berterima kasih padahal Anda sudah menolongnya" Dimas masih berusaha membujuk junjungannya untuk tidak nekat menjatuhkan hati kepada Kirana.
Lingga menghela napas panjang lalu menghempaskan pantatnya di bangku kayu, menuangkan air putih ke cangkir blirik lalu menenggaknya sampai habis.
"Saya benar, kan, Mahapatih?" Tambah Dimas dengan hati-hati.
Lingga menggelengkan kepalanya beberapa kali sambil berkata, "Tidak! Kata hatiku kamu tidak benar. Sama sekali tidak benar"
Dimas sontak mendongakkan kepalanya lalu menghembuskan napas pasrah. Sial! Mahapatih sudah terkena racun cinta dan racun itu ternyata lebih kuat dari racun manapun di dunia ini.
...♥️♥️♥️♥️...
Angin sore berembus pelan, membawa aroma bunga melati dan kenanga dari taman keraton. Di pendopo agung, Pangeran Gandi menatap hamparan sawah yang membentang hijau di luar tembok keraton sedangkan kekasih gelapnya yang bernama Deva duduk bersila di belakangnya sambil memainkan Siter. Ada gurat gelisah di wajah tampannya Gandi, meski ia baru saja menyelesaikan pertemuan penting dengan para punggawa istana rasa lelah di pikirannya belum juga hilang.
"Pangeran terlihat resah," sapa Putri Sekar Ayu. Sekarang Ayu adalah putri Adipati yang baru saja dilantik dan Sekar Ayu adalah adik sepupunya Kirana, karena ayahnya Sekarang Ayu adalah adik kandung dari ayahnya Kirana. Sekar Ayu mencintai pangeran Gandi sejak lama. Sekar Ayu yang baru saja datang membawa nampan berisi teh jahe hangat, meletakkan nampan itu di depan Gandi lalu duduk dengan anggung di sebelah kanan sang putra mahkota.
Gandi tersenyum tipis. "Hanya lelah saja, Sekar" Pria tampan itu melirik cangkir dan kendi yang terbuat dari tanah liat.
Sekar Ayu menangkap lirikannya sang putra mahkota dan bergegas berkata, "Wedang jahe akan terasa lebih nikmat kalau dibuat di dalam kendi seperti ini, Kakanda. Anda bisa mencicipinya. Saya membuatnya sendiri"
Gandi hanya menganggukkan kepalanya karena ucapan ibundanya terus terngiang di telinganya, kamu harus segera menikah. Umur kamu sudah dua puluh sembilan tahun. Lingga saja sudah memiliki dua istri. Menikahlah dengan Kirana dan kamu harus memiliki seorang putra. Kalau kamu memiliki seorang putri, maka kekasih gelap kamu akan tetap aku penggal.
"Kakanda kenapa selalu memikirkan rakyat, padahal tak lama lagi Kakanda akan dinobatkan menjadi raja. Seharusnya Kakanda lebih memikirkan persiapan penobatan," ucap Sekar lembut.
Gandi menoleh ke Sekar dan tersenyum tipis. Dia mengira aku memikirkan rakyat. Dasar gadis polos dan bodoh. Aku benci gadis yang seperti ini. Itulah kenapa aku tidak menyukai wanita. Wanita itu cerewet, suka berpikir sembarangan, dan bodoh.
Hati Gandi terasa perih. Ia memang akan menjadi raja, tetapi mahkota itu terasa berat karena dia harus menikah dengan seorang gadis yang belum pernah dia lihat dan kenal sebelumnya. Dia juga diharuskan mengkhianati janjinya pada sang kekasih hati. Namun, di tengah hiruk-pikuk pencarian gadis yang bernama Kirana itu dan persiapan rencana pernikahan, hatinya justru terpaut pada satu hal: janji yang pernah ia ucapkan pada Deva, kekasih gelapnya. Dia berjanji kepada Deva bahwa selamanya dia tidak akan pernah menikah dan dia akan selalu bersama Deva. Untuk itulah Gandi tidak mengindahkan keberadaannya Sekar Ayu di sampingnya dan tidak menyimak keceriwisan gadis cantik itu yang tidak lelah mengoceh perihal rakyat kerajaan demi menunjukkan kepandaiannya dalam berpolitik dan demi menarik simpati sang putra mahkota.
...♥️♥️♥️♥️...
Dimas menghela napas panjang saat dia melihat junjungannya melamun di depan meja. Rakryan gagah perkasa itu lalu menyerahkan tusuk konde yang dia temukan saat pengerebekan dan dia yakini tusuk konde yang dia temukan itu, miliknya Kirana Nitiyoga. "Saya menemukan tusuk konde dan sepertinya ini milik si kucing liar itu, Mahapatih"
"Panggil dia dengan benar mulai detik ini, Dimas! Dia putri Adipati" Geram Lingga sambil menerima tusuk konde yang diulurkan oleh Dimas.
"Baik, Mahapatih. Tusuk konde itu saya yakini miliknya Ndoro Putri Kirana Nitiyoga" Sahut Dimas dengan menundukkan kepala.
"Ini......" Lingga terpaku ke tusuk konde yang terbuat dari emas asli yang berbentuk kipas kecil dan di tengah bentuk kipas kecil itu timbul hiasan bunga mawar merah mungil nan cantik.
Angan Lingga langsung melayang ke masa lampau, saat ia masih berumur dua puluh tahun dan menyamar sebagai rakyat biasa untuk mengenal kehidupan di luar istana dan karena dia pengap terus dikurung di istana selatan, Lingga sesungguhnya pernah bertemu dengan Kirana. Gadis penjual bunga di pasar itu memiliki senyum sehangat mentari pagi. Lingga menolong Kirana yang saat itu masih berumur sembilan tahun dari preman pasar yang mencuri uangnya Kirana, memukul Kirana sampai pingsan, dan hendak menculik Kirana. Kirana tak tahu siapa sebenarnya yang sudah menolongnya, karena Lingga langsung pergi setelah memukul jatuh semua preman pasar. Lingga bergegas pergi dari pasar itu sebelum Lingga tertangkap basah prajurit istana yang datang berhamburan setelah para prajurit itu menerima laporan ada keributan besar di pasar kala itu.
Lingga menggenggam tusuk konde itu lalu bertanya ke Dimas, "Apa kamu sudah menemukan informasi tentang Aditya yang saat ini sedang berperang?"
Dimas menyahut cepat, "Ya, meskipun agak sulit menemukan nama Aditya yang saat ini sedang berperang tanpa tahu nama keluarganya......"
Lingga menghunus tatapan tajamnya ke Dimas dan Dimas sontak menundukkan kepala sambil berkata, "Maafkan saya Mahapatih. Saya sudah menemukan orang yang bernama Aditya. Dia tumbuh besar di kediamannya Arkan Nitiyoga. Dia tumbuh besar bersama Ndoro Putri Kirana dan dia masih berumur dua puluh tiga tahun. Dia putra dari Adipati Kavi yang adalah sahabat dekatnya mendiang Adipati Arkan. Rakryan Aditya Pranatama. Umurnya sama dengan saya dan dia sangat tampan, gagah, dan masih muda"
"Aku tidak meminta kamu memuji dia di depanku" Geram Lingga sambil mencengkeram erat sandaran tangan di bangku kesayangannya.
Dimas menunduk semakin dalam sambil berkata, "Maafkan saya Mahapatih"
Sial! Dia jauh lebih muda dariku dan sangat tampan. Lalu sialnya lagi, Kirana sepertinya sangat mencintai pemuda itu. Lingga mengepalkan kedua tangannya erat.
Lalu, sepanjang hari itu Lingga memutuskan untuk bekerja di dalam tendanya Dimas dan melakukan segala aktivitasnya di dalam tendanya Dimas. Dia masih belum siap menemui Kirana. Dia masih menguji perasaan dengan logikanya.
Di saat Lingga tengah sibuk melihat peta pertahanan militer sebelum melanjutkan perjalanannya menuju ke pelabuhan sebab tersiar kabar ada kapal aneh dengan bendera asing yang bergerak mencurigakan di pelabuhan.
"Perjalanan ke pelabuhan Semarang akan memakan waktu tiga hari, Mahapatih"
"Kita mulai berangkat besok"
"Lalu, para tawanan?" Tanya Dimas.
"Suruh sepuluh orang dari prajurit kita untuk mengawal para tawanan kembali ke Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah kita selesai dengan urusan kita di pelabuhan Semarang, kita ke Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat untuk membawa para tawanan kembali ke Kediri" Jawab Lingga.
"Sendika dawuh, Mahapatih" Dimas memberikan gestur sembah ke junjungannya. Di saat itulah Kirana melangkah masuk ke tendanya Dimas sambil berteriak, "Saya datang untuk meminta maaf Mahapatih"
Lingga tersentak kaget saat Kirana masuk ke tendanya Dimas. Kaget bukan karena teriakannya Kirana, tapi kaget karena gadis itu memakai baju berwarna ungu dengan corak mawar putih. Bunga mawar adalah bunga kesukaan mendiang ibunya Lingga dan warna ungu adalah warna kesukaan ibunya Lingga. Untuk itulah Lingga membeku, ia terpesona pada penampilan Kirana di petang itu.Selain baju yang dipakai oleh Kirana, rambut Kirana yang dikepang dua bukannya digelung dan dipasangi tusuk konde seperti kebanyakan tuan putri di kediaman para bangsawan ataupun di dalam kerajaan, membuat jakun Lingga naik turun. Kirana tampak acak-acakan, tapi penampilan acak-acakannya Kirana pada petang itu justru membuat Kirana tampak semakin cantik dan menarik. Sama seperti Lingga, Dimas pun terpana melihat penampilannya Kirana petang itu. Sama seperti Lingga, dia membeku takjub karena ia belum pernah melihat seorang gadis dikepang dua sebelumnya.
Lingga menyadari tatapannya Dimas melekat ke Kirana dan mulut terbukanya Dimas mengarah ke gadis cantik itu. Lingga sontak berteriak ke Dimas, "Keluar!" Lingga melotot ke Dimas dengan rahang mengeras karena hatinya panas dan berdenyut nyeri melihat ada pria lain menatap Kirana tak berkedip dengan mulut sedikit ternganga.
Dimas mengerjap kaget dan langsung berbalik badan lalu berlari keluar dari dalam tendanya sendiri.
"Kenapa kamu berpenampilan seperti itu, hah?! Kamu sadar tidak kalau kamu itu seorang gadis dan kamu berada di dalam barak militer!" Lingga menggebrak meja dan bangkit berdiri dengan rahang mengeras. Bukan karena marah Kirana berpenampilan semenarik dan secantik itu. Dia marah karena cemburu saat dirinya membayangkan para pria di luar sana menatap Kirana yang seperti itu dengan tatapan pemangsa. Seperti Dimas tadi. Ya, hanya Lingga yang boleh menatap Kirana seperti pemangsa.
Kirana memainkan kepangan rambutnya dengan santai sambil berkata, "Saya tidak memiliki tusuk konde jadi saya terpaksa mengepang rambut panjang saya. A.....apakah Anda melihat tusuk konde saya sewaktu Anda menyelamatkan saya dari nafsu bejatnya si bandot tua itu?"
Lingga memperlihatkan tusuk konde yang sedari tadi dia genggam ke Kirana, "Apakah ini tusuk konde yang kamu cari?"
"Iya, benar" Kirana tersenyum lebar dengan mata berkilat senang.
Alih-alih memberikan tusuk konde itu ke Kirana, Lingga bertanya, "Darimana kamu mendapatkan tusuk konde ini?"
"Dari penolong saya dan sekarang penolong saya itu adalah tunangan saya. Namanya Aditya. Saya bertunangan secara diam-diam dengan penolong saya itu" Kirana mengira penolongnya saat dia berjualan bunga di pasar dan hampir celaka adalah Aditya karena di saat dia membuka mata, yang memeluk dan membawanya pulang adalah Aditya. Lingga kala itu tanpa sadar menjatuhkan tusuk konde peninggalan ibundanya yang selalu dia bawa ke mana-mana dan tusuk konde itu jatuh di genggamannya Kirana. Sejak peristiwa itu, Kirana selalu menyimpan dengan baik tusuk konde itu dan jatuh cinta kepada Aditya karena mengira Aditya yang sudah menolongnya di pasar itu. Sedangkan Aditya hanya mengiyakan semua pemikirannya Kirana itu karena dia jatuh hati pada Kirana sejak lama. Aditya lebih tua lima tahun dari Kirana dan ya, Aditya lebih muda dari Lingga.
...♥️♥️♥️♥️...
Gestur sembah \= Menempelkan kedua telapak tangan di depan dada, menyatukan sepuluh jari, dan terkadang sedikit membungkuk.
Panjenengan \= Anda.