Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendadak Pendiam
Hari tampak cerah. Terlihat beberapa penduduk lokal sudah bersiap untuk berangkat bekerja.
Ada yang menjadi nelayan, mereka mencari ikan dan pemancing udang gala, yang mana akan dijual ke kota, sebab banyak warga Tionghoa disana, dan pastinya dibeli dengan harga cukup mahal.
Sebagian ada pergi mengkait kelapa, mengambil upahan menebas rumput dikebun orang, dan sebagainya.
Beberapa anak berpakaian Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah, serta ada yang berpakaian seragam.abu rokok, yang mana merupakan siswa Sekolah Menengah Kejuruan, terlihat menuju empat buah sampan.
Masing-masing sampai berisi empat sampai lima orang, tergantung besarnya sampan.
Para mahasiswa tercengang dibuatnya, sebab mereka tanpa menggunakan pelampung, yang mana hal itu sangat membahayakan tentunya.
Tetapi hal itu tidak berlaku bagi para siswa tersebut. Mereka sudah terbiasa menantang maut.
Sementara itu, Darmadi dan Andana sudah bersiap untuk pergi ke pusat desa. Disana mereka akan menemui Kades untuk bersilaturahmi, serta mencari informasi apa saja yang dapat dijadikan sebagai kegiatan selama KKN.
Mereka sudah keluar dari rumah kos. Hanya Kiky yang masih dibilik tepi sungai, dan belum juga keluar.
"Ingat pesanku, jangan sembarangan untuk makam dan minuman yang disuguhkan oleh Tuan Rumah," pesan Darmadi. Kali ini dia sedikit melunak.
"Memangnya kenapa, sih? Kan gak enak hati, kalau disuguhi, tapi gak dimakan." sahut Yudi, sembari membenahi Almamaternya.
"Iya. Apa alasannya? Dari semalam ngomong gitu terus, tapi gak ada penjelasannya," sahut Emy, ia mulai kesal. Sebab Darmadi tidak terbuka tentang misteri desa ini.
Darmadi kembali masuk keteras, dan merapat pada pintu yang sudah tertutup.
"Kemarilah! Ada yang ingin aku katakan," ajaknya pada keenam rekannya.
Mereka menurut saja, lalu membuat lingkaran, dan membentuk seperti pagar.
"Desa ini terkenal dengan desa beracun," ucapnya dengan pelan, dan hampir berbisik.
"Hah?! Racun apaan?" Fitri kelepasan.
Sontak saja Andana membekap mulutnya, agar tidak terdengar oleh warga.
"Dengarkan aku. Desa ini terkenal dengan racun Santau. Dimana ia mencari tumbal untuk mempertahankan nyawanya, dan menghilangkan nyawa orang lain," pemuda itu membuka sedikit misteri yang bekum ia ungkapkan.
Keenam rekannya saling pandang. Bahkan mereka baru mendengar nama racun tersebut.
"Racun Santau ini dari apa, Bang? Racun rumput atau racun tikus?" tanya yuli, dengan rasa penasaran.
"Racun ini milik orang yang menganut ilmu hitam. Mereka meramunya dari rambut manusia, bisa juga miang bambu muda, dan juga ulat bulu yang hidup." Darmadi mencoba menjelaskan tentang racun tersebut.
"Siapa yang terkena racunnya, maka kalian akan muntah darah, dalam jumlah yang cukup banyak, dan tubuhnya akan lemah, serta sakit yang terus berlarut selama beberapa waktu, sebelum akhirnya meninggal," Darmadi menghela nafasnya dengan berat.
"Terus, gimana dong, kalau mereka memberikan suguhan? Masa iya gak kita sentuh," Yayuk menimpali.
Darmadi terlihat berfikir. "Sebenarnya tidak semua warga memiliki ilmu tersebut. Hanya saja, kalian dapat mengenali ciri-cirinya. Dimana kuku jemarinya berwarna hitam, sebab disana ia menyimpan racunnya,"
Keenamnya kembali tercengang. Tetapi mereka masih ragu dengan penjelasan dari Darmadi. Sebab baru pertama kali mendengar ilmu hitam tersebut.
"Apa ada ciri-ciri lain dari racun tersebut?" tanya Emy dengan rasa penasarannya.
"Jika kalian disuguhi makan dan minum, maka gesek-lah rambut kalian, jika berbunyi, maka makanan itu bebas racun. Kalian juga bisa melihat hidangan tersebut dengan mata kalian. Jika ada dua bayangan, maka ia bebas racun."
Keenamnya manggut-manggut. Namun hal itu tak juga membuat mereka merasa puas.
"Misal--nih, kita disuguhi oleh Tuan Rumah yang kuta ragu dia ada racunnya atau enggak, tapi mau nyentuh takut, sedangkan mereka memaksa untuk memakannya, bagaimana sikap kita?" Andana buka suara. Sedari tadi sudah tak sabar untuk mengungkapkan isi hatinya yang ia simpan.
"Dengarkan. Jika minuman itu panas, dan dibagian bawahnya dingin, maka itu ada racunnya. Dan sebaliknya, jika minuman itu dingin, tetapi dibagian bawahnya panas, maka itu ada racunnya. Jangan pernah menghabiskan minumannya, cukup sesikit saja, sebagai penghormatan pada Tuan Rumah, sebab racun itu terletak pada bagian bawah." Darmadi menegaskan ucapannya, lalu menatap mereka secara bergantian.
Keenamnya menganggukkan kepala, dan mereka akan memulai kegiatan mereka hari ini.
"Baiklah, itu informasi yang harus kalian ingat. Aku dan Andana akan pergi menemu Kades. Sebab ada informasi, jika akan diadakan lomba Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) didesa ini, untuk tingkat kecamatan, dan ini akan menjadi sesuatu yang berguna bagi kegiatan kita," Darmadi mengenakan helmnya, lalu berpamitan untuk pergi.
Andana mengekorinya dari arah belakang, dan menuju motor, untuk mencari informasi tentang kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan didesa ini.
Setelah kepergian Darmadi. Mereka kembali pada Tim mereka masing. Namun, Kiky tak juga keluar dari bilik.
"Bang, Yud. Jangan lupa untuk mencatat informasi dari Atok Adi. Jika perlu, buat rekaman video ataupun foto sebagai barang bukti," pesan Yulia, sembari memakai sepatunya.
"Emy sudah persiapkan semuanya. Kalian urus mushola. Nanti setekah dari Atok Adi, kami akan bantu untuk menghubungi warga yang memiliki anak usia lima tahun dan yang sudah bersekolah, untuk kita ajarkan mengaji dan juga pembelajaran umum," ujarnya.
"Ya sudah, kita jalan dulu," sahut Yayu, sedangkan Emy, Yudi dan Fitri berjalan menuju kearah Timur, untuk menemui Atok Adi.
"Yuk, si Kiky kemana, ya? Kok dibilik lama banget. Buang air gak siap-siap," ucap Yuli, sembari menatap bilik ditepi sungai.
"Iya. Kok dia sering kali ke bilik, ya? Bahkan udah jarang ngomong. Tiba-tiba aja jadi pendiam." Yayuk juga ikut menatap bilik yang terlihat masih tertutup pintunya.
Yuli mengerutkan keningnya. "Apa dari kita ada yang menyinggung perasaannya?" gadis itu mulai berprasangka.
"Apa juga dia sakit hati karena data pribadi kita yang ditempel didinding dirobek oleh bang Darmadi?" Yayuk menimpali, dugaan demi dugaan bermunculan dibenak mereka.
"Mungkin juga. Sebab, sejak malam tadi dia seperti murung terus." Yayuk berjalan menuju ke arah bilik" tempat dimana Kiky masih betah berada disana.
Sedangkan gadis bernama Kiky itu sedang memuntahkan darah dalam jumlah cukup banyak, dan terdapat darah beku yang cukup besar. Ia menatap nanar. Wajahnya kian pucat.
"Ki, kamu kenapa? Kok lama banget keluarnya?" tanyanya dengan rasa khawatir.
"Kalian duluan saja, nanti aku nyusul ke mushola," sahutnya dengan setenang mungkin, ia tak ingin membuat mereka merasa was-was
"Baiklah, jangan kesana, kami tunggu!" ucap Yayuk, lalu berjalan, sembari membawa sebuah sapu pel.
Sedangkan Yayuk membawa penyapu yang terbuat dari ijuk enau. Mereka berjalan dengan riang, sembari mengkhayalkan untuk menggemukkan laporan kegitan mereka nantinya.
Suasana saat anak-anak akan berangkat ke sekolah... Sumber diambil dari sebuah akun FB yang mana memperlihatkan momen tak biasa bagi para Mahasiswa KKN.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...