"Sejak kamu datang... aku tidak bisa tidur tanpa mencium bau tubuhmu."
Yuna, dokter 26 tahun yang belum pernah merasakan cinta, mendadak terlempar ke dunia asing bernama Beastia—tempat makhluk setengah binatang hidup.
Di sana, ia dianggap sebagai jiwa suci karena tak bisa berubah wujud, dan dijodohkan dengan Ravahn, kepala suku harimau yang dingin dan kejam.
Misinya sederhana: temukan cinta sejati, atau terjebak selamanya.
Tapi siapa sangka... pria buas itu justru kecanduan aroma tubuhnya.
Temukan semua jawabannya hanya disini 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07 :Yuna dan Budaya Suku Harimau
cahaya matahari mengintip malu malu dari balik celah dinding.yuna baru saja bangun dari tidurnya,ia mengucek mata sambil duduk di atas tumpukan bulu hewan yang lembut.
"sudah pagi"gumamnya pelan sambil menguap lumayan lebar.
Tidak lama kemudian,ia keluar dari dalam kamar dan melihat lira duduk di atas tikar jerami di ruang tamu.
“Lira!” panggil Yuna dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
Lira menoleh ke belakang. “Kamu sudah bangun?”tanya nya lembut.
Yuna mengangguk kecil, lalu berdiri dan melangkah keluar kamar. “mandi yuk?”ajak Yuna lagi.
Lira tersenyum simpul. “Aku udah mandi dari tadi.”jawabnya lembut.
Yuna langsung mengernyit. “Hah? Udah mandi?” tanyanya tidak percaya, apalagi saat ia melirik ke luar,matahari bahkan belum sepenuhnya naik.
“Kamu mandi jam berapa?” tanya Yuna curiga.
Lira justru balik menatapnya bingung. “Jam...? Apa itu?”tanya nya bingung.
Yuna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Maksudku, kamu mandi sebelum matahari terbit?”
“Iya. Aku memang biasa mandi pagi-pagi sekali.”
Yuna menatapnya dengan sorot mata aneh, sambil membatin, “Bukannya harimau nggak suka air, ya?”gumam nya sendiri.
“Kenapa kamu mandi sepagi itu?” tanyanya lagi.
Lira menjawab dengan ringan, “Sungai akan ramai kalau siang. Aku nggak suka tempat yang terlalu ramai.”jawabnya khas orang introvert yang tidak suka keramaian.
“Terus, kenapa nggak ngajak aku sekalian?” Yuna mengerucutkan bibir, sedikit merasa ditinggal.
“Aku takut ganggu kamu. Kamu tidur pulas banget tadi.”
Yuna melipat tangan di dada. “Sekarang aku mandinya gimana dong?”
Lira berpikir sejenak. “Pergi aja sekarang. Sungainya belum terlalu ramai di waktu begini.”suruh lira pula.
“Beneran?”
“Iya. Minta aja abangku buat nganterin.”
Mata Yuna membulat. “Ih… malu lah. Dia kan laki-laki!”tolak Yuna mentah mentah.
Lira hanya tertawa kecil. “Yasudah, biar aku aja yang antar kamu"putus lira pada akhirnya.
Tidak lama kemudian, keduanya keluar dari rumah kayu sederhana itu. Di sepanjang jalan, sudah mulai terlihat beberapa penduduk yang berlalu lalang membawa keranjang,alat berkebun dan hasil tangkapan.
Yuna melirik ke sekeliling sambil bergumam dalam hati, “Oh... ternyata kehidupan dunia ini nggak jauh beda sama dunia nyata. Hanya saja semuanya terlihat lebih kuno. Syukurlah aku nggak terlempar ke dunia yang masih hidup di gua dan makan daging mentah.”gumam Yuna sedikit bersyukur.
Ia menoleh ke Lira. “Eh, di sini pakai uang juga ya?”tanya nya penasaran.
Lira mengangguk pelan. “Iya, kami punya mata uang sendiri.”
“Siapa yang menciptakan mata uang itu?” tanya Yuna, masih penasaran.
“Suku Burung yang membuatnya. Namanya beas. Kami menggunakannya untuk membeli dan menjual barang,” jelas Lira dengan sabar.
“Hebat juga… meskipun kelihatannya seperti makhluk siluman, tapi kehidupannya udah tertata dengan baik. Ada sistem uang, bertani, berdagang...” gumam Yuna terkagum-kagum di dalam hati.
Saking asyiknya mengamati sekitar, Yuna sampai tidak sadar kalau keningnya menghantam sesuatu atau lebih tepatnya, seseorang. Ia menabrak punggung kokoh seorang pria yang berdiri di depannya.
“Aduh... sakit banget.” keluh Yuna pelan sambil mengusap keningnya.
Ia mendongak, dan pandangannya bertemu dengan mata tajam milik pria tinggi berambut gelap itu. Wajahnya tegas, dan sorot matanya seolah menguliti Yuna dari atas sampai bawah.
“Kenapa liatin nya gitu banget?” tegur Yuna sambil menyilangkan tangan di depan dada, mencoba menutupi rasa kikuknya.
Pria itu tidak terganggu sedikit pun. Dengan nada datar ia berkata, “Kamu nggak minta mau maaf?”
Yuna mengerutkan kening bingung “Minta maaf? Buat apa?” Yuna merasa tidak bersalah.
“Kamu sudah menabrakku"
Yuna mendengus. “Harusnya kamu yang minta maaf. Nih liat, gara-gara punggungmu yang keras kayak batu, kepalaku jadi benjol!” ujarnya sambil memperlihatkan keningnya yang merah.
Wajah pria itu tetap dingin. Tapi sebelum percakapan makin panas, Lira langsung melangkah maju dengan wajah panik.
“Maaf, Ketua Suku! Dia tidak sengaja… kalau begitu kami pergi dulu.” ucap Lira cepat, lalu menarik tangan Yuna menjauh.
Setelah agak jauh, Yuna menoleh ke Lira dengan bingung. “Tunggu… dia itu ketua suku?!”tanya Yuna baru sadar.
Lira mengangguk cepat, suaranya setengah berbisik. “Iya, lain kali kamu harus hati hati kalau bicara,ketua suku bisa saja mengusirku secara tidak hormat karena sudah menyinggungnya"nasihat lira cemas.
Yuna mendesah panjang, lalu memegangi dadanya sendiri. “Duh...baru juga hari pertama,aku udah bikin masalah aja,kalau sampai di usir aku kan bingung mau tinggal dimana?"gerutu nya pelan didalam hati.
******
Di tepi sungai, sudah ada beberapa betina yang sedang mencuci pakaian atau sekadar mandi. Jumlah mereka memang tak banyak—hanya dua orang.
"Lira, dia siapa?" tanya salah satu betina, melirik ke arah Yuna.
"Dia tamuku. Baru datang kemarin," jawab Lira ringan.
"Dia dari suku mana?" tanya betina itu lagi, santai tapi penasaran.
Dunia Beastia terdiri dari banyak suku yang hidup berdampingan dengan damai. Jadi, kedatangan tamu dari suku lain bukanlah hal aneh.
"Eh... suku kelinci," jawab Lira cepat, sedikit asal.
"Oh, pantas kulitnya seputih itu dan tubuhnya mungil," komentar betina yang satunya sambil tersenyum.
Memang benar, tubuh Yuna kecil dan kulitnya cerah. Tapi dia bukan berasal dari suku kelinci,tapi memang begitulah tubuhnya sejak awal.
"Namamu siapa?" tanya salah satu betina itu lagi.
"Yuna," jawab Yuna pelan.
"Nama yang manis. Kamu mau mandi, ya?"
"Iya," jawab Yuna singkat.
Keduanya hanya mengangguk sopan. Yuna pun perlahan berendam ke dalam air, mulai membersihkan tubuhnya yang terasa lengket sejak kemarin.
"Bagaimana caranya aku bisa ambil alat mandi ku dari ruang rahasia kalau suasananya seramai ini..." gerutu Yuna dalam hati, merasa canggung.
"Kamu butuh sabun?" tanya Lira tanpa banyak bicara.
"Iya... kamu punya?"
"Ini, pakai saja," ucap Lira, menyerahkan sepotong sabun bulat berwarna kecokelatan yang dibungkus daun lebar.
Yuna menerimanya dengan ragu. Sabun itu berbentuk bulat pipih, terbuat dari campuran lemak binatang dan rempah-rempah wangi. Di suku harimau, benda ini dikenal dengan nama "kima".
"Terima kasih," ucap Yuna, mencoba tersenyum.
Yuna mulai menyabuni tubuhnya dengan sabun beraroma bunga yang tadi diberikan oleh lira,baunya sangat harum ,ia bahkan bisa menggunakan nya sebagai sabun cuci muka.
"Terus... sikat giginya pakai apa?" gumamnya setelah selesai menyabuni seluruh bagian tubuhnya.
Ia memandangi air sungai yang mengalir jernih di depannya, lalu melirik ke arah Lira yang sedang duduk santai di atas batu, tidak jauh dari tempatnya mandi.
"Lira!" panggil Yuna lirih, mencoba tidak menarik perhatian betina lain yang sedang mandi agak jauh darinya.
Lira menoleh cepat. "Ya?"
"Apa ada sesuatu yang bisa dipakai buat... sikat gigi?" tanyanya ragu. Ia tidak yakin, mungkin istilah ‘sikat gigi’ tidak dikenal di oleh suku harimau.
Lira tampak berpikir sejenak, lalu tersenyum mengerti. "Oh, maksudmu ta'geri dan ramu tapah?"
Yuna hanya mengangguk cepat, walau sebenarnya ia tidak paham sama sekali dengan apa yang baru saja disebut oleh lira.
Tanpa banyak tanya, Lira berdiri dan menghampiri sebuah kantong anyaman yang ia bawa. Ia mengeluarkan sebuah benda yang menyerupai sikat gigi, namun batangnya terbuat dari kayu kecil yang salah satu ujungnya sudah diruncing dan dibuat lunak seperti serat, sedangkan pasta giginya berupa ramuan berwarna hijau pucat yang disimpan dalam wadah tempurung kelapa kecil.
"Ini...pakai ini saja. Ujung kayu ini dari pohon garilu, seratnya halus dan bisa membersihkan gigi. Lalu yang ini, tapah, dibuat dari daun mint liar yang ditumbuk bersama arang dan madu hutan."jelas lira rinci.
Yuna memandang benda-benda itu dengan rasa takjub dan sedikit takut. Tapi ia tetap menerimanya. Perlahan, ia mulai menyikat giginya dengan hati-hati. Aroma daun mint-nya cukup kuat, dan teksturnya sedikit kasar, namun tidak menyakitkan. Bahkan, setelah beberapa saat, ia bisa merasakan napasnya menjadi lebih segar.
"Wow... hampir mirip pasta gigi modern," gumamnya takjub.
Setelah selesai mandi, Yuna segera masuk ke bilik bambu yang berada di pinggir sungai, sebuah ruang ganti sederhana yang dibangun untuk para betina yang ingin berganti pakaian dengan lebih nyaman dan tertutup.
Ia mengenakan pakaian sederhana dari bahan tenun khas suku harimau yang sebelumnya sudah disiapkan oleh Lira, lalu menatap sekeliling untuk memastikan tak ada yang mengintip. "Ini waktunya," bisik nya pelan.
"NOVA!!"panggil Yuna pelan.
Lalu muncullah sebuah pintu bercahaya di hadapan yuna,pintu yang hanya bisa ia akses sendiri.
Ia masuk cepat ke dalam, lalu menutup pintu dari dalam. Ruangan itu langsung menyala lembut, menampilkan rak-rak kecil tempat berbagai perlengkapan modernnya tersimpan rapi. Tanpa membuang waktu, ia mengambil body lotion dan mulai mengoleskannya ke tangan dan kakinya. Kemudian ia meraih cushion tipis, bedak natural dan sedikit lipblam supaya bibirnya tidak kering.
"Tipis aja, biar nggak kelihatan banget. Yang penting kulitku kelihatan sehat dan nggak kusam," gumamnya sambil mengusap wajah dengan penuh ketelitian.
Terakhir, ia mengoleskan sunscreen ke wajah dan bagian lehernya, memastikan perlindungan maksimal dari panas matahari Beastia.
"Oke, selesai!" katanya puas. Ia segera mengembalikan semua barang ke tempat semula, lalu berlari kecil keluar dari pintu itu.
Dan tepat setelah pintu rahasia menghilang, pintu bilik bambu terbuka.
"Kamu sudah selesai?" suara Lira menyambutnya.
Yuna menoleh cepat, sedikit terkejut. "Sudah!" jawabnya sambil tersenyum, namun napasnya masih sedikit ngos-ngosan karena terburu-buru.
Lira mengerutkan kening. "Kamu habis dari mana? Nafasmu kok kayak habis lari keliling hutan?"tanya lira curiga.
Yuna panik sesaat, mencoba mencari alasan. "Tadi aku sempat... olahraga dikit," ujarnya ragu.
"Olahraga?" Lira menatapnya bingung,Tidak ada kosa kata 'olahraga 'dalam suku harimau.
Yuna buru-buru mengambil sabun yang sudah ia bungkus dengan daun, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi seperti sedang latihan angkat beban.
"Iya, olahraga kayak gini nih, angkat sabun, satu... dua... tiga... biar otot tangan nggak kendor!" ujarnya sambil tertawa kaku.
Lira hanya bisa memandang dengan ekspresi datar, lalu menghela napas panjang.
"Kamu aneh..." gumamnya. "Tapi ya sudahlah, ayo kita pulang."ajak nya pula.
"Oke!" jawab Yuna cepat, mengikuti langkah Lira.
Namun saat mereka berjalan menyusuri tepian sungai, Lira melirik ke arah wajah Yuna beberapa kali.
Wajah gadis itu… kenapa rasanya terlihat lebih bersih dan bercahaya dibanding sebelum masuk ruang ganti tadi? Bahkan pori-porinya terlihat lebih halus, dan kulitnya tampak seperti memantulkan cahaya matahari. Padahal Lira yakin, tadi sebelum Yuna masuk ke bilik, wajahnya terlihat polos dan natural.
"Ada yang dia sembunyikan… tapi apa ya?" pikir Lira dalam hati. Ia tak langsung menanyakannya. Tapi rasa penasarannya terhadap betina itu kini mulai tumbuh semakin besar.
*
Hayo... Lira mulai curiga nih~
Kira-kira, menurut kalian, Lira bakal tahu nggak ya soal rahasia kecil Yuna? 🤭
Gimana, suka nggak sama bab kali ini? Semoga kalian menikmati ceritanya, ya!
Kebetulan mood author hari ini lagi bagus banget, jadi author semangat kasih extra update spesial buat kalian semua 🎉
Jangan lupa ya, kalau kalian suka ceritanya, bantu support author dengan tekan like, tulis komentar, atau kasih ulasan.
Serius deh, satu notifikasi dari kalian bisa bikin hari author langsung cerah 🌞✨
Yuk, biasakan meninggalkan jejak setelah membaca. Supaya author tahu kalau ada yang baca dan sayang sama cerita ini.
Biar nggak merasa nulis sendirian di pojokan dunia maya 😅
Terima kasih buat kalian yang udah setia ngikutin cerita ini, kalian luar biasa!
Sampai ketemu di bab selanjutnya, ya! ❤️