"Ya Allah. Ijin aku memiliki calon suami setampan pria yang ada sebelahku ini," ucap Rani dengan suara yang cukup keras membuat seorang Khalid tersenyum samar karena ia paham dengan bahasa Rani.
"Aamiin ya Allah kabulkan doa bidadari ini karena aku sendiri yang akan menjadikan dirinya sebagai istriku," lirih Khalid mengaminkan doa Rani lalu mengikuti langkah Rani yang ingin keluar dari lingkaran tawaf.
Sedetik Cinta di tanah nabi
Dia hadir tanpa permisi
Mengisi relung menyesap lambat
Ku tolak ia ku takut murkaNya
Yang ada ia menyusup hadir mendiami jiwa..
Aku terdiam menikmati lezatnya.Merasakan nuansa yang tak ingin usai
Waktu berlalu tanpa pamit
Sedetik hadirmu mengusir lara..ku takut sepi menyapa jua seperti gelap tak pernah iba tuk hadirkan malam..
Aku takut melepaskan detik cinta tertinggal mimpi ...ku ingin miliki dia karena ku damba... hadir mu singkat hilang tak dapat kutahan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Keras Kepala
Khalid tidak bisa mencegah kepergian Rani menuju tenda Mina di mana rombongan kloternya berada. Sepanjang jalan ia terus menangis membuat Syam hanya bisa menahan rasa ibanya.
"Bagaimana dia bisa mengetahui asal-usul ayahku, Syam? Apakah tuan Khalid sengaja menyelidiki data pribadi ku?" tanya Rani dengan suara parau.
"Maafkan saya nona Rani. Sebaiknya anda bisa tanya sendiri padanya. Aku tidak punya hak untuk menjelaskan apapun padamu," ucap Syam.
Drett...
Nama Khalid muncul di layar ponselnya Rani. Gadis bercadar itu tidak membuang kesempatan untuk mengintrogasi Khalid.
"Jelaskan kepadaku apa maksudmu mencari data diriku? Apa tujuanmu? Apakah kamu sepenting itu hingga untuk bersahabat denganmu saja kamu harus tahu latar belakang hidupku, hah ..?" serang Rani dengan suara terpekik.
"Kamu yang lebih penting dalam hidupku. Maafkan aku Rani. Aku harus tahu dengan siapa aku berurusan walaupun hubungan kita hanya pertemanan. Tolong jangan tersinggung karena aku terlalu pemilih," ucap Khalid.
"Aku hanya dijadikan teman untukmu bukan? Jika tidak suka dengan latar belakangku kenapa harus menjauhi ku tanpa penjelasan. Toh setelah ibadah haji kita selesai, kita juga akan berpisah. Tidak akan pernah bertemu lagi. Kenapa kamu sek selektif itu padaku? Aku tidak mungkin akan mencelakakan kamu, tuan Khalid yang terhormat," teriak Rani sambil terisak.
Tangis Rani makin membuat hati Khalid seakan diremas. Ia tidak berniat menyakiti hati gadis itu tapi perkataannya pada Rani seakan berbalik menusuk hatinya. Sakit sangat sakit.
"Kita akan tetap berteman Rani. Tidak peduli kita hidup di negara yang berbeda. Kamu tetap di hatiku sampai kapanpun," ucap Khalid.
"Seorang teman tidak mungkin sehebat itu yang akan ditempatkan di hati kita. Yang ada di hati kita hanyalah pasangan hidup kita nantinya. Itu yang benar dengan begitu tidak ada pengkhianatan dalam sebuah hubungan tuan Khalid," ucap Rani.
"Kamu sudah terpatri di hatiku sejak aku pertama kali menatap kecantikan wajah bidadari dunia. Aku tidak bisa mengeluarkan lagi namamu itu sekeras apa aku berusaha, sayangku," batin Khalid menahan bulir bening di mata indah nan tajam miliknya.
"Aku tahu seperti apa ayahku, Khalid. Jika kamu ingin tahu tentangnya, kamu bisa tanyakan padaku secara langsung. Tidak perlu menyewa orang lain untuk menyelidiki kehidupan keluargaku. Ayah ku bukan penjahat," lanjut Rani lirih nan pilu.
"Andai kamu tahu siapa ayahmu sebenarnya Rani, mungkin kamu akan mengerti perasaanku yang beberapa hari ini sangat menyiksaku." lagi-lagi Khalid bermonolog dengan dirinya sendiri.
"Terimakasih untuk semuanya yang kamu lakukan untukku selama dua pekan ini, tuan Khalid. Aku harap jangan pernah menemui ku lagi karena setelah ini aku ingin menjalani sisa ibadahku seorang diri," ucap Rani lalu mengakhiri obrolannya karena Khalid tidak kunjung bicara lagi padanya.
Setelah itu Rani melihat keluar jendela mobil di mana mobil mewah milik Khalid sudah memasuki area tenda Mina. Rani melihat google map dimana tendanya berada. Padahal Syam sudah mengetahui tenda Rani berada di pintu berapa.
"Ini pintu tenda mu nona...! Izinkan aku mengantarmu sampai ke dalam tenda," ucap Syam ketika mereka telah tiba.
"Rupanya kalian sudah tahu semua tentangku sampai tenda tempat aku bernaung pun untuk 6 hari ke depan sudah kalian ketahui. Hebat sekali berurusan dengan orang kerajaan. Terimakasih untuk tumpangan nya. Lebih baik aku masuk sendiri ke tenda ku. Tidak enak jadi perhatian jamaah haji di dalam sana," ucap Rani mengambil ransel miliknya.
"Nona Rani. Jika butuh sesuatu kamu bisa mengandalkan aku," ucap Syam tulus sebelum Rani melangkah pergi.
"Apakah tuanmu yang meminta itu padamu untuk selalu mengawasi ku? Katakan padanya kalau aku bukan kekasihnya ataupun calon istrinya. Aku tidak butuh pengawasan siapapun. Cukuplah Allah bagiku, Syam. Sebaik-baiknya penjaga adalah Allah Tuhan kita," ucap Rani lalu meninggalkan Syam tanpa lupa mengucapkan terimakasih pada asisten pribadinya Khalid.
"Kamu tidak akan terlepas dari pengawasan kami, nona Rani karena aku tahu betul siapa tuanku. Jika dia sudah menyukai wanita, dia akan meminta kami untuk mengawasi gerak-gerik wanitanya sampai ia tahu wanita itu tidak akan pernah menerima cinta lain selain dirinya. Mudah-mudahan kamu menjaga hatimu untuknya," batin Syam yang masih melihat punggung Rani sampai menghilang dari pandangannya.
Syam kembali ke istana kerajaan yang ada di puncak jabal Mina di mana kelurga Khalid berada.
"Rani. Kamu dari mana saja? Semua orang mencari mu," tanya Gita yang merupakan teman satu kamar Rani di hotel.
"Aku langsung pergi melempar jumroh lalu mampir ke tenda teman kerjaku yang merupakan haji reguler," ucap Rani bohong.
"Tapi beberapa jamaah sini mengatakan kalau mereka menebak kamu pergi dengan pengeran arab itu," bisik Gita yang sudah memiliki suami.
"Terserah apa kata mereka. Aku tidak peduli. Aku sangat lelah. Oh iya tolong gunting rambutku karena aku belum tahalul," pinta Rani dan Gita pun senang hati melakukannya.
"Sepertinya kamu habis menangis ya Rani. Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Gita memperhatikan mata indah Rani saat gadis cantik itu melepaskan kacamatanya.
"Yah. Aku menangis karena terlalu merindukan ibuku." lagi-lagi Rani berbohong karena ia tidak mungkin menjelaskan keadaan sebenarnya pada Gita.
Rani tipikal wanita introvert. Apapun yang menyangkut pribadinya ia tidak terlalu mengumbar pada orang lain. Ia menutup lukanya sendiri. Rani merebahkan tubuhnya. Entah mengapa ia merasa sangat kelelahan padahal ia tidak berjalan kaki menuju tempat melempar jumroh. Mungkin dengan tidur ia bisa melupakan masalahnya sesaat.
Sementara itu Khalid menemui Syam yang baru tiba dan langsung memarahi Syam karena tidak menunggunya ikut mengantar Rani.
"Apakah kamu ingin aku pecat? Kenapa kamu malah kabur begitu saja membawa pergi wanitaku, hah?!" bentak Khalid.
"Wanita mu?? Yang benar saja. Bukankah kamu ingin melepaskan nya karena latar belakangnya yang tidak sepadan dengan derajat keluargamu yang maha tinggi itu? Jika tidak menyukainya lagi biarkan ia pergi dengan begitu ia bisa melanjutkan hidupnya," balas Syam tidak kalah sengitnya dengan Khalid yang membentaknya tadi.
"Itu bukan urusanmu. Hubungan kami belum dimulai jadi aku tidak perlu merasa bersalah padanya," ucap Khalid.
"Tapi tingkahmu terlihat seperti pria bucin parah pada wanita yang tidak bisa kamu miliki." Syam masuk ke dalam istana itu untuk mencari kamarnya.
Ada saatnya ia berperan sebagai seorang asisten pribadinya Khalid dan ada saatnya ia tampil sebagai seorang sahabat bagi Khalid untuk urusan hati. Khalid mengekori langkah Syam karena ia masih penasaran dengan Rani.
"Apakah dia bilang kapan ia akan pergi lempar jumroh lagi padamu, Syam?" tanya Khalid saat Syam sudah berada di kamarnya.
"Kalau kamu penasaran dengan gadis itu, kenapa kamu tidak tanyakan sendiri padanya? Apa fungsi ponselmu itu?" geram Syam yang sudah enggan meladeni obrolan Khalid.
"Tapi setidaknya aku ingin tahu apa saja yang kalian obrolin selama perjalanan tadi?" tanya Khalid yang sudah menurunkan intonasi suaranya.
"Dia tidak bilang apapun. Apapun yang dia tanyakan padaku tentangmu aku memintanya untuk menanyakan sendiri padamu karena urusanku kalian bukan ranahku untuk menjelaskan apapun. Sekarang keluarlah aku mau tidur!" pinta Syam membuat Khalid sangat kesal namun ia bisa menahan dirinya untuk tidak lagi menganggu Syam yang kelihatan sangat lelah.