Di cerai karena anak yang dia lahirkan meninggal, membuat hati Adelia semakin terpuruk, akan tetapi beberapa hari kemudian, dia di minta untuk menjadi ibu susu anak CEO di tempatnya bekerja, karena memang dirinya di ketahui mempunyai ASI yang melimpah.
Apakah Adelia mampu menyembuhkan lukanya melalui bayi yang saat ini dia susui? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan Sebuah Jawaban.
Arthur mulai kembali ke hotel dengan membawa alamat yang dia peroleh dari waiters tersebut, saat ini pikirannya masih terbayang-bayang akan sosok istrinya yang meninggal dalam keraguan, satu persatu bukti mulai datang, padahal dua bulan lalu dirinya yang menguburkan sendiri, lalu siapa sebenarnya mayat itu.
Di dalam kamar hotel pria itu sejenak menghempaskan nafasnya, yang terasa begitu sesak, entah kenapa bayangan istrinya itu selalu menari-nari di pikirannya, bukannya dia tidak ikhlas dengan sebuah takdir, akan tetapi bukti itu seolah nyata dan membawanya hingga jauh melangkah.
"Besok pagi aku akan mendatangi wanita itu," gumam Arthur.
*******
Pagi harinya.
Matahari baru saja menyebut dari balik cakrawala Manhattan, menyiramkan semburat keemasan yang menyelinap diantara gedung-gedung pencakar langit. Di sini Arthur mulai bersiap untuk menjemput sebuah jawaban yang saat ini membuatnya penasaran.
Di jalanan kota yang tidak pernah tidur itu mulai kembali bangkit dari kelelahan malam, suara klakson tidak pernah benar-benar hilang hanya meredam sejenak sebagai simfoni khas metropolitan.
"Pak tolong tambahkan kemudinya," suruh Arthur pada pengemudi taksi itu.
Di dalam perjalanan sunyi sepi mencengkram relung hatinya, entah apa yang tersirat saat ini yang jelas pikirannya benar-benar tertuju dengan sebuah langkah yang saat ini akan dia tapaki.
Mobil sudah berhenti persis di dalam alamat yang diberi oleh pelayan restaurant kemarin, mata Arthur mulai mengedar, sebuah apartemen tua yang di tempati oleh wanita yang begitu mirip dengan istrinya.
Nomor 2B.
Tangga kayu berderit setiap kali ia menapakinya. Lorong lantai dua itu sunyi hanya terdengar suara orang berbicara dari unit lainnya yang begitu samar.
Arthur mulai berhenti di depan pintu 2B. Ia mulai menggenggam sebuah kenop pintu tapi tidak berani untuk mengetuknya, tubuhnya sedikit gemetar, karena dia takut menghadapi sebuah kenyataan yang belum terjadi.
"Ah ... Bagaimana jika ia Sisi, apa aku sanggup menerima semuanya," ucapnya seperti menyerah sebelum bertempur.
Dengan keberanian yang entah dari mana asalnya akhirnya dia mulai mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu sebanyak tiga kali.
"Tok ... Tok ... Tok ....,"
Sunyi tidak ada balasan, hingga satu menit kemudian terdengar langkah dari arah bawah, yang menaiki tangga, sejenak Arthur menolehnya ke belakang dan ternyata, dia adalah orang yang begitu mirip dengan Sisi, sedang menggandeng tangan seorang pria bule.
Tubuh Arthur membeku melihat pemandangan di dihadapannya yang benar-benar sulit untuk di cerna akal dan pikiran.
"Sisi ...," lirihnya pelan nyaris tidak terdengar.
Sedangkan wanita itu ikut terkejut, melihat sosok pria yang berdiri di depan pintu apartemennya, matanya langsung mengeluarkan bulir air mata, bukan karena sedih akan tetapi karena ketakutan, sebab pria dihadapannya itu merupakan seorang yang ia tinggalkan.
"Arthur ....," lirihnya pelan.
"Sisi ...," panggil Arthur dengan nada yang sedikit bergetar.
"Tidak, aku bukan Sisi, aku Shofia," sahut wanita itu dengan wajah yang tertekan.
"Tidak, aku yakin kau adalah Sisi istriku," paksa Arthur.
"Maaf, Tuan. Sebenarnya Anda siapa?" tanya wanita yang sudah mengganti identitasnya itu.
"Aku, adalah serpihan dari masa lalumu, yang entah sadar atau tidak kau tengah membohongi semua orang," sahut Arthur dengan tatapan sadis.
Deg!!
Dengan keberaniannya Arthur berbicara seperti itu, membuat wanita di depannya itu nyaris ketakut
"Anda jangan mengarang Tuan, mana mungkin aku adalah serpihan masa lalu anda," sangkal wanita yang mengaku Shofia itu.
Arthur menatap dalam wajah wanita itu, dari gaya bicaranya bahkan warna suaranya pun sama, dan hal ini yang membuat Arthur semakin yakin kalau wanita ini benar-benar Sisi, lalu yang ia kubur dua bulan yang lalu siapa.
"Tidak ... Aku tidak ... Bisa ...," ucap Arthur sambil memundurkan langkahnya.
"Tuan Tolong jangan cari masalah, aku benar-benar bukan Sisi, aku Shofia ..."
"Terus siapa pria di sampingmu itu?" tanya Arthur.
Wanita itu hanya terdiam dia tidak sanggup untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada pria dihadapannya itu.
"Aku suaminya," sahut pria itu yang akhirnya angkat suara.
Entah kenapa hari Arthur benar-benar merasa hancur mendengar pengakuan dari pria dihadapannya itu.
Arthur mencoba untuk menguasai dirinya agar bisa berpikir dengan jernih dan mencoba menerima kenyataan, kalau memang wanita di depannya itu bukan Sisi, meskipun dalam hati kecilnya berkata kalau perempuan itu merupakan sisi istrinya, dari segi mata, bentuk hidung dan juga bibirnya yang tipis, Arthur masih ingat semua, hingga pada akhirnya ada dorongan dari hatinya untuk benar-benar menyibak kerah wanita itu karena di dalamnya tersimpan suatu rahasia.
Akan tetapi Arthur tidak mungkin melakukannya sekarang, bisa-bisa dirinya di tuduh melakukan pelecehan terhadap seorang wanita, sehingga dirinya mulai berpikir lagi untuk membuktikan dengan cara lain.
"Tolong jangan pernah mendatangi kami lagi, ini bukan ranah anda, bukannya di dunia ini ada banyak kembaran meskipun mereka bukan sekandung, jadi aku mohon jangan pernah ganggu istri saya," ucap Pria yang bernama Willy itu.
Seketika Arthur mulai terdiam, dia tidak bisa terus-terusan di permainkan seperti ini entah kenapa perasaannya begitu kuat, sehingga membuat pria itu tidak menunggu lama lagi untuk meninggalkan tempat ini.
"Baiklah, aku akan pergi, dan kamu lihatlah, ini ....," tunjuk Arthur yang mulai mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
Sebuah foto yang benar-benar menggetarkan hati Shofia, ya dia adalah Dalton, sorot matanya sebagai seorang ibu tidak bisa di sembunyikan rasa rindu yang tertahan kian menyiksa, akan tetapi dia tidak bisa melepas seseorang yang sudah sejak dulu bersemayam dihatinya.
"A-aku tidak tahu siapa dia, tolong jangan pernah tunjukkan Poto itu lagi," pinta Shofia.
"Baiklah," ucap Arthur lalu mulai melangkah pergi.
*******
Arthur langsung menyuruh seseorang untuk mengawasi kegiatan Shofia, bahkan pria itu meminta untuk mencari bukti sebuah tanda lahir yang ada di bawah leher wanita itu yang selalu di tutupi dengan kerah lehernya.
"Aku sudah melihatnya, dan aku sudah menemukan sebuah jawabannya, teruslah mengelak sampai aku benar-benar menunjukkan bukti yang sebenarnya," ucap Arthur dengan seringai yang tersirat di wajah tegasnya.
Bersambung .....
vote pun udah meluncur lho