NovelToon NovelToon
OBSESSION

OBSESSION

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Obsesi / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Jelitacantp

"Endria hanya milikku," tekannya dengan manik abu yang menyorot tajam.

***

Sekembalinya ke Indonesia setelah belasan tahun tinggal di Australia, Geswa Ryan Beck tak bisa menahan-nahan keinginannya lagi.

Gadis yang sedari kecil ia awasi dan diincar dari kejauhan tak bisa lepas lagi, sekalipun Endria Ayu Gemintang sudah memiliki calon suami, di mana calon suaminya adalah adik dari Geswa sendiri.

Pria yang nyaris sempurna itu akan melepaskan akal sehatnya hanya untuk menjadikan Endria miliknya seorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jelitacantp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ganti nomor

"Ih, nyusahin banget sih," gerutu Dania, tetapi ia tetap melakukan permintaan dari Endria.

"Ya elah, tinggal masukin doang, Dan," kata Endria membujuk.

Dania mencibir. "Beruntung lo, bisa temenan sama gue," kata Dania jumawa.

"Oiya, ayah gue baru aja pulang dinas dari Bali, nanti gue hibahin beberapa oleh-oleh ke lo deh," ucap Endria punya maksud.

"Nah gitu dong! Kan gue juga bisa merasa beruntung temenan sama lo," ujar Dania kesenangan karena akan diberi oleh-oleh dari Bali yang mungkin harganya nggak kaleng-kaleng.

Endria hanya bisa berdecih lalu gadis itu terkekeh. Inilah mereka, selalu seperti ini setiap bertemu, Dania yang kekurangan, tetapi suka barang-barang mewah dan Endria yang kelimpahan dan suka memberi. Mereka saling melengkapi.

"Lo kenapa tiba-tiba ganti nomor?" tanya Dania penasaran setelah ia memasukkan nomor baru milik Endria ke group bimbingan skripsi.

Ya, sekedar informasi, Dania ini anak beasiswa otomatis pintar jadi tak heran kalau ia bisa menjadi asisten dosen.

"Privasi, privasi," jawab Endria seadanya.

"Oh...." Respon Dania, mereka memang sudah lama sahabatan, jadi kalau Endria sudah menyinggung tentang privasi ia tak akan berusaha menyinggungnya lagi.

"Oiya, proposal skripsi lo udah diacc belom?" tanya Endria, tadi siang sang dosen mengadakan sesi bimbingan lagi dan proposal skripsi Endria belum juga diacc padahal sudah lama ia dimintai terus untuk revisi.

Syukur-syukur kalau si dosen ini memberitahu letak kesalahan dari proposal skripsinya, tapi boro-boro, kalau ada sesi bimbingan dosen itu terus berkata dua kalimat "Revisi lagi." Itu doang! Sampai-sampai Endria bisa mual mendengarnya.

"Iya dong, emang apa yang nggak bisa Dania lakuin gituloh?" kata Dania menyombongkan diri, gadis itu mengibaskan rambutnya ke belakang.

"Gue tinggal nunggu sempro, kalau proposal skripsi lo sudah diacc, kan?" tanya Dania perhatian.

Seketika Endria langsung menampilkan raut wajah sedih sekaligus kesalnya. "Aaaa...! Belum!" rengeknya, hampir saja gadis itu menangis saking frustrasinya.

"Hah? Kok bisa?" tanya Dania kaget, bagaimana tidak kaget? Karena setahunya proposal skripsi mereka semua sudah acc, dan ternyata hanya proposal skripsi milik Endria yang belum.

"Dria, ngaku nggak lo?!" tanya Dania tiba-tiba.

"Ngaku buat apa?" tanya Endria heran, Dania ini emang kadang-kadang.

"Lo nggak pernah kan buat kesalahan sampai-sampai Pak Setya bisa berbuat segitunya? Maksdunya, dia kayak punya dendam sama lo," jelas Dania panjang lebar, menduga-duga.

"Ya enggak lah, lo kan tahu kalau gue ini mahasiswi teladan nomor dua setelah elo," jawab Endria menyangkal dugaan Dania.

Namun, setelah dipikir lebih jauh lagi, dugaan Dania bisa jadi kenyataan, tapi bagaimana bisa?

Endria pun bertanya-tanya dalam hati.

Lantas gadis itu membuka tas punggungnya, lalu ia mengambil sebuah buku yang dicetak tebal. "Lo kan pintar banget, boleh minta tolong nggak cek proposal skripsi punya gue?" pinta Endria penuh harap, ia tak punya ide lagi dan siapa tahu dengan Dania yang mencek skripsinya maka gadis itu punya solusi untuknya.

"Oke, sini, gue juga penasaran seberapa ancur proposal skripsi punya lo," kata Dania bercanda, tetapi membuat Endria mencebikkan bibirnya ke depan.

Terlihat Dania membaca dengan seksama serta serius, dan setelah beberapa saat kemudian nampak raut wajah gadis itu benar-benar kebingungan.

"Gue nyerah, gue benar-benar nggak tau letak kesalahannya di mana, bahkan gue nggak nemu typo satu pun." Dania mengangkat kedua tangannya ke atas, gestur menyerah. "Oiya, skripsi lo ini bagus," lanjut Dania.

"Lo benar nggak punya masalah sama Pak Setya, kan?" tanya Dania kembali meyakinkan, Endria menggeleng. "Coba deh lo ingat-ingat lagi," kata Dania ngotot.

"Hah! Enggak tahu...!" teriak Endria frustrasi, ia menelungkupkan wajahnya ke atas meja.

Saat ini mereka sedang berada di cafe depan kampus, untung saja sudah tidak banyak mahasiswa berada di sini, dan mereka tidak menjadi bahan tontonan.

"Proposal skripsi lo kalo nggak diacc minggu ini, bisa-bisa lo nggak bisa ikut sempro yang diperkirakan akan diadakan dua minggu lagi, otomatis lo nggak bisa ikut wisuda tahun ini," kata Dania memberitahu tanpa maksud menakuti Endria.

Namun, nampak kedua bahu gadis itu bergetar, dan suara isak tangis pun terdengar.

"Ya! Gila, lo nangis?" tanya Dania khawatir, gadis itu mengelus-elus dengan lembut tangan Endria.

Endria semakin terisak. "Gue harus gimana ini, Dan?" Gadis itu mendongak menatap dengan mata sembab ke arah sahabatnya. "Gue nggak bisa terima kalau nggak bisa wisuda tahun ini, aaaa ...!" Tangis Endria semakin menjadi-jadi.

Dania panik. "Eh, eh, calm dong, calm," kata Dania menenangkan. "Nanti gue bisa bantuin lo, nanya ke pak Satya di mana letak kesalahan skripsi lo ini," lanjut Dania membujuk.

Lantas Endria pun berhenti menangis walaupun sesekali terisak kecil, gadis itu menyeka jejak air mata di pipinya. "Beneran? Ah...! Thank you, thank you!" teriak Endria senang, mata bulatnya berbinar indah, lalu gadis itu pun menerjang Dania ke dalam pelukannya..

"Lagian kita juga udah janji buat wisuda sama-sama," kata Dania pelan sambil mengelus-elus pelan punggung Endria.

Endria melepaskan pelukannya. "Lo hari ini sibuk, nggak?" tanyanya.

Dania menggeleng. "Enggak sih, emangnya kenapa?"

Endria mengangguk-angguk. "Ayo, gue mau ajak lo ke suatu tempat."

"Mau ke mana?" tanya Dania penasaran.

"Udah nggak usah banyak nanya, kebetulan hari ini gue bawa mobil." Endria berdiri dari duduknya. "Ayo!" Kemudian gadis itu menarik paksa tangan sahabatnya untuk mengikutinya.

Setelah menghabiskan waktu setengah jam di perjalanan, tibalah mereka sampai tujuan, maksudnya tujuan Endria seorang. Kini mereka berada disalah satu mall terbesar di Jakarta.

Mall ini terkenal karena dipenuhi oleh outlet-outlet dari brand luxury dari luar negeri, juga penuh tempat nongki, serta tempat bermain yang membuat kantong kaum menengah langsung kering.

Jadi sebagian orang harus pikir-pikir dulu kalau ingin berbelanja di sini.

Dania menatap ke arah Endria dengan satu alisnya ia angkat ke atas. Ini maksudnya apa? Apakah Endria ingin mengajaknya shoping di sini? Di mana ia bahkan tak mampu membeli satu pun barang di sini. Seketika Dania merasa tersinggung.

Sebaliknya, Endria malah tersenyum senang. Memang obat penghilang stress itu ialah berbelanja, makan, dan bermain dan mall inilah jadi tujuannya.

Dengan raut wajah riang, Endria menggandeng tangan Dania untuk memasuki mall tersebut.

"Heh, kita mau ngapain di sini?" tanya Dania dengan nada tak enak, gadis itu berusaha melepaskan gandengan tangan Endria.

"Ya mau senang-senanglah!" jawab Endria tanpa tahu di sampingnya, ada Dania yang panik.

"Tapi gue nggak punya uang, gila," kata Dania, kali ini gadis itu memilih jujur.

Endria berhenti melangkah, gadis itu melepaskan gandengan tangannya, dan kali ini ia berdiri berhadapan dengan Diana.

Endria memegang kedua bahu milik Diana, lalu kedua matanya menatap serius ke arah gadis itu. "Jangan khawatir, kawan, khusus untuk hari ini gue traktir apa pun yang lo mau," ujar Endria dan diakhiri dengan alisnya yang naik turun, menggoda.

Tanpa berpura-pura untuk menolak, Dania langsung menggandeng tangan Endria. Mengetahui sang sahabat memiliki banyak uang, Dania pun tanpa tahu diri membeli banyak barang yang sudah lama ia inginkan. Kapan lagi, Endria bisa seroyal ini?

Sedangkan Endria, gadis itu tidak merasa keberatan sedikitpun. Sebab, sebenarnya, setiap bulan Gatra selalu mengiriminya uang yang berjumlah tak sedikit, dan baru kali ini ia berani memakainya untuk berbelanja.

Yah, ini enaknya punya pacar kaya yang royal tapi, karena kalau punya pacar kaya tapi pelit ya, sama aja, nggak ada gunanya.

1
Kiyo Takamine and Zatch Bell
Bener-bener nggak bisa berhenti baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!