NovelToon NovelToon
Terpaksa Nikah

Terpaksa Nikah

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Berbaikan / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Pelakor jahat
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Star123

Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Alarm sebelum shubuh yang sudah diatur Rania berbunyi. Rania yang sudah kebiasaan lekas bangun dan mematikan alarm. Rania melihat kesamping tempat tidurnya ternyata laki-laki itu ada dan masih tidur. Dengan langkah pelan, Rania pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Rafa yang mendengar suara air membuka matanya.

"Jam berapa ini?" tanya Rafa pelan. Suasana yang masih gelap dan dingin membuat Rafa kembali menarik selimutnya. Rasa kantuk masih menyerang Rafa. Jika tidak salah, Rafa baru bisa tertidur pukul satu pagi.

Rania keluar dengan wajah yang terlihat lebih fresh. Baju yang digunakan tadi sudah berganti dengan yang baru. Hanya ada yang berbeda, Rania tidak memakai kerudung karena lupa membawanya dan kerudung yang tadi kebetulan jatuh dikamar mandi.

"Masih tidurkan?" gumam Rania sambil mengintip Rafa dari balik pintu kamar mandi. Dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara dan membangunkan Rafa, Rania berjalan mengendap-ngendap. Didepan lemarinya, Rania dengan cepat menarik kerudung. Rambut hitam Rania tergerai indah ketika handuk dikepala terlepas. Rania segera menyisir dan mengikat rambutnya memperlihatkan leher jenjangnya yang mulus.

"Sudah kayak pencuri saja aku ngendap-ngendap dikamar sendiri" gumam Rania lagi ketika kerudung sudah kembali digunakan. Rania tidak sadar jika Rafa hanya pura-pura tidur dan sudah melihat apa yang baru saja diresahkan Rania. Sebenarnya Rafa kembali terbangun ketika Rania membuka pintu kamar mandi dan menimbulkan bunyi. Rania tidak melihat itu karena Rafa tidur dengan posisi miring.

Sekarang Rafa malah resah karena sesuatu didalam tubuhnya mulai panas karena melihat sesuatu yang indah dari Rania yang selama ini disembunyikannya. Rafa malah membayangkan bagian tubuh Rania yang lain.

"Kenapa gue malah mesum begini?" Rafa menyugar rambutnya dengan kasar. Berbeda dengan Rafa yang gelisah, Rania malah sudah menyelesaikan shalat. Kata-kata Rafa semalam membuat Rania enggan mengajak shalat lagi.

Kini Rania sudah duduk didepan cermin setelah merapikan perlengkapan alat shalatnya. Tangannya perlahan mengoleskan beberapa rangkaian skincare ke wajah cantiknya. Bayangan Rafa yang berdiri terlihat dari cermin didepan Rania. Mata mereka bertemu namun diantara mereka tidak ada yang mau mulai menyapa duluan.

***

"Hari ini kuliah, Ran?" tanya Pak Rudi ketika Rania sedang menyiapkan sarapan. Sejak selesai shalat shubuh tadi, Rania langsung kedapur untuk membantu ibunya memasak.

"Iya, pa" jawab Rania.

"Ajak suamimu melihat kampus, dia pasti bosan kalau hanya berada dirumah ini" saran Pak Rudi.

"Lebih bosan lagi kalau di kampus, Pak. Trus kalau nanti Rania ditanya dia siapa gimana, Pak? Udah dia di rumah aja" tolak Rania sambil menaruh piring-piring di meja. Piring yang biasanya tiga sekarang menjadi empat, ada tambahan personil dikeluarga Rania.

"Ya, kamu jujur aja kalau dia suami kamu. Bapak lihat Rafa anak yang baik kok. Wajahnya juga ganteng. Kamu ga bakal malu"

"Pak ....."

"Sudah-sudah, bapak sama anak setiap pagi kalau ga berdebat dulu kurang afdal apa ya? Lerai Ibu Tania yang sudah bosan mendengarkan perdebatan suami dan anaknya.

"Tau tuh Bapak, Bu. Suka aneh-aneh aja" Rania mengerucutkan bibirnya.

"Panggil suamimu, Ran. Ayo, kita sarapan" kata Bu Tania mengingatkan Rania. Dengan wajah cemberut, Rania pergi ke kamar.

Cekrek, pintu kamar terbuka.

Rania yang tidak mengetuk pintu kaget ketika melihat Rafa sedang berganti pakaian. Rafa yang kaget juga menoleh.

"Maaf, ga tau" lirih Rania dengan wajah yang sudah bersemu merah. Rania langsung menundukkan pandangan.

"Ga papa" jawab Rafa santai. Rafa lekas memakai bajunya.

"Kenapa?" tanya Rafa yang melihat Rania masih didepan pintu.

"Ituuu... Anu..." Rania malah terbata-bata mau bicara. Pemandangan yang baru saja dilihatnya membuat otak Rania seketika menjadi lemot. Badan Rafa benar-benar menggoda iman. Rafa yang tahu jika Rania sedang malu, dengan pelan berjalan mendekat ke Rania.

"Ada perlu sama Abang?" tanya Rafa kembali. Terdengar Rania menarik nafas.

"Abang dipanggil Bapak sama Ibu untuk sarapan" kata Rania akhirnya. Rania masih melihat ke bawah. Rania sama sekali belum berani melihat Rafa. Takut Rafa tahu kalau dia sedang malu.

"Santai aja, kita impas kok" kata Rafa sambil pergi.

"Eh" Rania mengangkat kepalanya. "Maksud Abang apa?" Rafa hanya tersenyum sambil mengedikkan bahunya.

"Bang?" teriak Rania, Rafa hanya tertawa membuat Rania tambah kesal.

"Ga mungkin kan semalam dia lihat badanku pas aku lagi tidur?" gumam Rania sambil menyentuh dadanya. Rania sampai mengintip dalamannya, takut ada tanda-tanda merah ditubuhnya. Gila aja kalau Rafa mencuri tubuhnya.

"Alhamdulillah, ga ada. Awas aja kalau dia berani" Rania sudah menatap Rafa dengan mata elangnya. Rafa yang melihat hanya tersenyum.

Sesampainya diruang makan, baik Rafa maupun Rania tidak ada yang membahas persoalan tadi. Walaupun masih terlihat raut wajah Rania yang sedang bete.

"Kamu kenapa, Ran?" tanya Ibu Tania yang menyadari perubahan wajah pada anaknya.

"Rania emang kenapa, Bu?"

"Kok muka kamu kayak bete begitu? Ada sesuatu yang sedang mengganjal?" tanya Ibu Tania lagi sambil menyusun piring kotor yang ada di meja makan. Baik Pak Rudi dan Bu Tania sudah menyelesaikan sarapannya.

"Ga ada apa-apa kok, Bu" Rania langsung tersenyum memperlihatkan giginya yang putih. Rania tidak mau kedua orang tuanya khawatir.

"Rafa, hari ini sibuk?" tanya Pak Rudi ke menantunya.

"Gak, Pa. Rafa santai hari ini?" jawab Rafa.

"Ya, santai lah. Dia kan ga ada pekerjaan, cuma bisa mabuk-mabukan aja. Diajak shalat aja g mau" ujar Rania yang masih kesal dengan masalah semalam.

"Rania, minta maaf" tegas Pak Rudi.

"Pak ....."

"Ran, dengarin kata bapakmu" giliran Ibu Tania yang berbicara. Wajah Pak Rudi seperti sedang menahan amarah. Bisa-bisanya anak perempuannya berbicara seperti itu kepada suaminya.

"Ga papa, Pak. Benar yang dikatakan Rania"

"Ga bisa begitu, Fa. Bagaimana pun keadaan suami, seorang istri harus menghormati suaminya. Jadi, Rania.. Bapak tunggu kamu minta maaf pada suamimu" kata-kata Pak Rudi benar-benar menghunus tajam. Rania yang takut bapaknya marah akhirnya mengalah.

"Rania minta maaf, bang" ujar Rania.

"Kalau Rafa tidak sibuk, bapak bisa minta tolong antarkan Rania pergi kuliah pagi ini" pinta Pak Rudi.

"Pak, Rania bisa sendiri. Ngapain diantar-antar segala?" perdebatan tadi ternyata masih berlanjut.

"Bisakan Rafa?" Pak Rudi tidak mengindahkan Rania. Dengan adanya Rafa, Rania lebih terjaga dan Pak Rudi tidak khawatir jika Rania mengendarai motor. Takut dijalan ada yang begal atau apalah.

"Bisa, Pak" jawab Rafa.

Rania yang kesal langsung berdiri dan mencuci piring kotor. Bapaknya benar-benar ga bisa diajak kerja sama. Dengan wajah cemberut dan sedikit menggerutu, Rania menyelesaikan tugas mencuci piringnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Noveria_MawarViani
lanjut
wirdya maula
semangat terus nulisnya ya thorr😄
H
😂😂😂
Noveria_MawarViani
penasaran
Noveria_MawarViani
Bagus kak jalan ceritanya.

beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku
Star123: Terima kasih, kak. siap kak, mohkn ditunggu ya😀
total 1 replies
Ketty Wewengkang Tingkue
aku suka ceritanya
Ketty Wewengkang Tingkue
lanjut penasaran ini ceritanya bagus
Ketty Wewengkang Tingkue
lanjut ceritanya bangus
Alex
lanjut kakak
Rini
pertahankan dong klu emang suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!