Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan
"Ini anak kampung yang tadi?"
"Iya, beda banget, kan?"
"Beda banget! Jadi kelihatan tampan kalau kayak gini. Kamu memang paling jago merubah penampilan, A shang."
"Harus dong, kalau nggak, ngapain punya salon."
"Oke, lumayanlah, kalau ngajak mereka jalan, nggak malu maluin."
"Bisa aja kamu A zia."
Wanita wanita itu saling tersenyum lebar. Berbeda dengan dua pemuda yang baru saja menjadi penghuni baru rumah tersebut. Mereka masih berdiri canggung berada diantara enam wanita cantik.
"Kalian istirahat saja dulu, mulai besok kalian sudah bertugas. Apa Bibi sudah ngasih tahu tugas kalian apa saja?" tanya Amoy.
"Sudah, Miss," jawab salah satu dari pemuda itu. "Kalau begitu kami permisi dulu. Selamat malam."
Setelah dipersilakan, kedua pemuda bernama Tito dan Yoyo bergegas melangkah menuju kamar mereka. Keduanya masih diliputi rasa tidak percaya atas apa yang terjadi pada mereka berdua saat ini. Yoyo dan Tito terlihat lebih bersih dan berbeda setelah mendapat perawatan dari salon milik salah satu penghuni rumah.
Awalnya Tito dan Yoyo ragu waktu mereka diajak ke salon. Mereka bahkan sempat ingin menolaknya karena mereka tidak pernah sekalipun masuk ke dalam salon wanita waktu masih di kampung. Namun, ketika mereka mengingat kalau penampilan juga sangat diperlukan saat menjalani perkerjaaannya, Tito dan Yoyo akhirnya pergi menuruti perintah majikannya.
Sekarang mereka sedang memperhatikan penampilan baru mereka di hadapan cermin. Senyum ceria terus terkembang bersama rasa kagum saat melihat perubahan yang terjadi pada dirinya sendiri.
"Ternyata aku tampan juga yah?" tanya Tito pada diri sendiri.
"Hahaha ... semua ini karena duit, To. Kalau nggak ada duit, mana bisa kita kayak gini," balas Yoyo yang masih sama menghadap cermin.
"Uang memang hebat ya? Bisa ngerubah apapun yang diinginkan manusia," ucap Tito sambil merebahkan tubuhnya.
"Yah, memang seperti itu keadaannya. Tapi kita harus hati hati, jangan sampai kita diperbudak uang, To. Walaupun sebenarnya kita juga butuh," balas Yoyo yang ikut merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Mereka berdua pun terlibat obrolan yang lumayan serius meski sesekali ada suara tawa yang menggelegar. Hingga beberapa waktu kemudian, rasa kantuk pun menyerang mata mereka. Tak butuh waktu lama, suasana kamar menjadi hening. Heningnya kamar sebagai tanda kalau penghuninya sudah terlelap.
Tanpa terasa waktu terus malaju. Dan kini, Tito dan Yoyo harus bangun lebih pagi bersama pembantu rumah tangga yang lain. Di rumah sebesar dan seluas itu, hanya ada delapan orang yang bekerja disana termasuk Yoyo dan Tito. Dua orang bertugas sebagai penjaga rumah secara bergilir dan Du orang supir dan empat orang lainnya bertugas mengurus rumah.
Beruntung, di rumah itu, alat alatnya kebanyakan pakai mesin. Jadi meskipun rumah itu luas, para pembantu bisa dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya. Begitu juga dengan Yoyo dan Tito. Mereka dibuat tepisah saat melakukan bersih bersih rumah. Mereka juga diajari cara menggunakan setiap mesin yang ada.
Begitu menjelang siang dan pekerjaan rumah sudah selesai. Tito dan Yoyo sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Mereka sedang bercermin bersama memastikan diri kalau apa yang ada di dalam cermin adalah dirinya sendiri. Saking asyiknya mengagumi diri sendiri, keduanya dikejutkan dengan suara ketukan pintu kamar dan orang yang mengetuknya.
Tok! Tok! Tok!
"Yoyo! Tito! Di panggil Miss A moy!" teriak Bibi Sri.
"Iya, Bi. Kami akan segera keluar!" Yoyo menyahuti, dan setelahnya mereka segera saja bergegas keluar kamar menuju tempat majikan mereka berada.
"Permisi, Miss, katanya Miss memanggil kami?" sapa Tito begitu mereka sampai di tempat dimana majikan mereka berada.
"Wuihh! Kalian tampan banget!" seru A Ling begitu melihat penampilan terbaru Tito dan Yoyo. Keduanya makin terlihat menawan dengan pakaian ala orang kantoran. Tidak dipungkiri, enam wanita yang sedang menikmati sarapan pagi, terpesona dengan pancaran ketampanan pengawal barunya.
Mendapat pujian dari wanita cantik, tentu saja kedua pemuda itu merasa senang. Tapi mereka hanya bisa mengulas senyum mereka sembari menunduk menyembunyikan rasa malu. Biar bagaimanapun, ini pertama kalinya mereka dipuji oleh wanita cantik.
"Kalian bisa bawa mobil?" tanya A moy.
"Bisa, Miss," jawab keduanya hampir bersamaan. "Tapi saya agak ragu, Miss, soalnya belum hafal jalan negara ini dan juga mobil yang digunakan katanya letak setir mobilnya juga beda," sambung Tito.
"Baiklah, nanti kamu belajar sama supir aja. Kalau begitu, kalian tunggu anak anak di luar ya?"
"Baik, Miss."
Tito dan Yoyo segera melangkah menuju keluar rumah.
"Yo."
"Hum? Apa?"
"Kok aku nggak lihat majikan laki laki ya dari kemarin?"
"iya yah? Aku juga?"
Yoyo dan Tito saling tatap dengan tatapan penuh tanda tanya.
...@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor