Seorang gadis yang menikah dengan seorang Ustadz paling populer di pesantren nya, Dia begitu tidak menyukai dengan pernikahnya itu di karenakan ia masih belum ingin membina rumah tangga, dialah Siti Maura Mubarokah, yang lebih akrab di sapa Sima, singakatan dari Siti Maura.
Akan kah dia bisa ikhlas menjalani dan menerima pernikahanya, atau kah dia memilih mangakhiri saja hubungan pernikahan nya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shuci Icuz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
"Sudah lama ya Paman, kita tidak datang ke rumah ini," ucap Bejo yang terkenang akan masa kecilnya sering berkunjung kerumah ibu kandungnya ini.
"Iya, semenjak kamu ke korea, Paman juga jarang datang kemari, hanya beberapa bulan sekali untuk mengecek kondisi rumah, Alhamdulillah nya, Kakek mu di jaga dengan baik oleh Pak ujang dan Bik Susi."
"Paman merasa bersalah terlalu lama meninggalkan Bapak." Ungakap Paman Zainal yang kini tengah menatap foto almarhum Ayahnya.
Beberapa tahun sebelumnya Sang Kakek telah berpulang ke sisi sang pencipta, Bejo sampat singgang ke rumah ini, tapi kemudian ia harus kembali ke negeri gingseng itu untuk melanjutkan kuliahnya.
Mereka datang kemari untuk melakukan pertemuan keluarga yang sudah di tetapkan dari pihak perempuan nya, Bejo yang terpaksa setuju dengan perjodohan itu, mau tidak mau juga harus ikut.
Kini dirinya tengah bermain bersama Fahri sepupunya. Bejo sudah menelpon sang ayah juga yang memang memilih stay d Ok korea, Sang ayah tidak masalah dengan keputusannya tetapi ibu sambungnya itu yang terua nyerocos tidak karuan.
"Kalau mau nikah ya biaya sendiri, disini biaya nikah mahal, kamu tahu sendiri kan adik adik mu pada butuh biaya untuk pendidikan nya kan." Terang Yeri sang ibu tiri.
Bejo hanya diam mendengarkan serta sesekali menjawab. Semenjak menikah dengan sang Ayah Ibu tirinya itu tidak pernah menunjukkan sikap Baik pada Bejo, bahkan waktu pernikahan mereka pun Bejo sama sekali tidak diberitahu, tetapi demi Ayah yang mencintai ibu sambungnya Bejo merelakan hal itu, toh Ayahnya selalu mendukung apapun yang Bejo ingin lakukan.
Sementara itu sang bibik tengah memasak dengan di bantu oleh Bik Susi, Bibik menyiapkan maskan untuk makan sore, setelah magrib baru ia akan bertamu di tempat teman Ustadz Zainal.
Sementara itu di asrama putri Nada dan Amel tengah mengeluh, karean kepergian Maura yang mendadak itu membuat mereka jadi ahli kebersihan dadakan.
Bagimana tidak, seolah terbebas dari sel penjara, para santri mulai berulah dengan sembarangan menaruh baju, buku, bantal guling dan lain sebagainya, biasanya Maura yang rutin berpatroli, hal itu sudah cukup membuat semua santri menjafi tertip san rajin.
Maza yang menjadi salah satu anggota kebersihan pun kuwalah dan menyerah, karena para santri tidak takut padanya dan kini tengah mengeluh pada Nada dan Amel.
"Hiks hik shiks, Kak Nada, Kak Amel makasih ya, dan di bantuin bersih beraih, emang dasar tuh anak anak jorok suruh rapi aja malah aku yang kena semprot, Kak Maura keman sih Kak, pulang gak bilang bilang."
"Yang sabar ya Za, kita juga gak tahu kapan Maura baliknya, soalnya emang mendadak sih dia pilangnya," jawab nada seraya mengelus punggung Maza untuk menenangkanya.
"Lagian anggota yang lain pada kemana sih, kok cuma kamu sendirian yang bertindak?" tanya Amel kemudian.
"Biasa kak, mereka males juga, karean yah gitu deh, gak mau kena semprot katanya."
"Ya sudahlah biarkan saja, biar pengurus kamarnya masing masing yang membereskan, kamu tinggal pantau aja kalau mereka bandel, langsung aja ancem pakai nama Ratu pengisa pesantren." Saran Amel yang langsung menggunakan Bunyai untuk melawan para santri bandel itu.
"Wah, ide Kak Amel Jos gandos, harus di coba ini." Maza kini berubah sumringah memdengar ide Amel.
Sesuai saran dari Amel Maza memgancam dengan menggunakan Nama Bunyai alhasil sedikit berhasil sih tapi ada yang tetap bandel.
Maza lebih buda satu tahun dari Maura Nada dan Amel, dia baru saja lulus sekolah tingkat atas, karena anaknya yang rajin Maura menunjukknya sebagai anggotanya.
**
Selpas Magrib, Maura memilih membaca Al quran untuk menenangkan hatinya, ia tidak mau berdandan sesuai keinginan sang Ummik, ia malas berdandan, karean pada dasarnya Maura buknlah wanita yang suka berdandan.
"Heh, bukanya dandan malah baca terus, mau ummi marah ya, terus darah tingginya kumat, seneng banget sih lihat Ummi marah marah." Marya datang dengan mengomeli Maura yang asih meneruskan bacaan nya, selang beberapa detik Maura menghentikan bacaanya.
Maura tidak mau berdebat dengan Marsya, seperti biasanya, kali ini tubuhnya sudah lelah, pikirannya juga kareana itu ia memilih diam tidah menyahuti ucapan Marsya yang ketus itu.
Maura berganti baju sesuai yang Mbak Diana minta, ia mengenakan jubah berwarna pink salem serta hijab yang warnaya senada terlihat sngat cantik dan Masnis.
Diana mengoleskan lips glos di bibir Maura agar tidak terlihat pucat, dan semakin memancarkan kecantikanya.
Maura sangat cantik wajahnya yang kecil tubuhnya yang ramping dengan kulit yang putih bersih, sangat jauh berbeda dengan kelurga Abah Husain yang berkulit sawo marang.
momen yang di tunggu tunggu telah tiba, keluarga Ustadz Zainal pun tiba di kediman Abah Husain.
dengan senyum yang merekah, Abah Husain menyambut kedatangan mereka ditemani oleh Ummi Kulsum.
sementar itu ketiga wanita Diana Maura dan Marsya tetap berada di dalm khusus lki laki saja yang menyambutnya, baru keluar nanti jika sudah di panggil.
Maura sangat terkejut, saat mengetahui siapa yang datang teranyata keluarga Ustad Zainal yang Maura sudah tahu, karean Ustad Zainal itu adalah gurunya mengaji kitab.
Maura juga terkejut saat meliht siapakah orang yang akan di jodohkan dengannya, saat ia menamati wajahnya.
"Vampir." Pekik Maura membuat semua orang langsung kaget dan bingung.
"Demit bar bar, " balas Bejo saat di sebut Vampir oleh Maura.
Ummi Kulsum yang melihat hal itupun langsung menarik Maura untuk duduk serta berbisik adanya.
"Ingata jangan buat masalah untuk Abah, jangan lagi menjadi bebannya." Ummi kalsum terus saja memperingati Maura agar yidak membuat malu keluarga.
Acara berjalan dengan lancar, pertemuan ini sekaligus acara lamaran dan akan di lanjut kan dengan acara ijab kabul selepas isya'nanti.
karenaAbah Husain yang memintanya, ustadz Zainal pun merasa senang, saat mengetahui Bejo menyetujui hal itu.
sementara dalam hati Maura sangat kesal, tidak menyangka jika Vampir itu akan menjadi suaminya.
Selepas Magrib ijab kabul pun di laksanakan dengan acara yang sederhana, Abah Husain sebagai walinya, Ustadz Zainal dan Ustadz Fikri katua pesantren dari Abah Husain menjadi saksi. sementara penghulu memang sudah ada sejak tadi.
Maura dengan balutan mukena yang tidak ia lepas terduduk dengan kepala menunduk, harinya berdebar kencang, tanganya pun jug bergetar, ia masih merasa jika saat ini adalah sebuah mimpi buruk dan ingin segera ia bangun.
Diana yang mendampinginya memeluk Maura agar membuatnya tenang. Sebenarnya Diana merasa kasihan tetapi ia tidak bisa berbuat apaapa karean Ummiknya itu bersikukuh jika Mauralah yang harus menikah.
"Tenangkan hatimu Siti, Mbak yakin dia orang yag baik, pasti bisa menjadi imammu yang baik juga." Bisik Diana meyakinkan Maura.
Maura mendongak serta mengerutkan keninhnya.
"Dia itu Vampir mbak kalau aku dimakan gimana?" bisik Maura membuat Diana tersenyum, mengira sang adik tengah bercanda.
Tidak terasa ijab kobul telah berlangsung, kini setatus Maura telah berganti dari gadis jomblo menjadi istri orang lain.
dan kini meraka tengah berada di dalam kamr Maura berdua saja.