Serafim Dan Zephyr menikah karena di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dari awal Serafim tahu Calon suaminya sudah mempunyai pacar, dan di balik senyum mereka, tersembunyi rahasia yang bisa mengubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blueberry Solenne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Protective
Keesokan harinya, ketika aku akan pergi sarapan, pria itu muncul di depan kamar hotelku dengan pertanyaan konyolnya.
“Selamat pagi istriku yang cantik, ayo kita sarapan”
Aku hanya menatap tak percaya, aku sudah mengusirnya berkali-kali tapi dia masih keras kepala.
“Bagaimana, kau mau punya anak denganku?”
Aku tak menjawabnya dan membiarkan ia membuntutiku.
Saat kami sedang menyantap makanan, aku melihat handphonenya bergetar, rupanya itu Zea. tapi ia menolaknya.
“Kenapa kau tidak mengangkatnya, sepertinya dia sangat merindukanmu, pulanglah, aku tidak akan menerima tawaranmu,”
Ia menatapku, tersenyum sambil memiringkan kepala nya lalu menggeser kursinya dan duduk di sebelahku, dan merangkulku.
“Akhirnya istriku bicara juga, aku melepaskan tangannya dari bahuku, lalu aku bergeser, tapi dia malah semakin mendekatiku.
Aku menghela napas dalam-dalam, dan menaruh sendok ku.
“Selera makanku sudah hilang.”
Terserah kalau kau masih mau disini, jangan muncul di sekitarku.
“Kalau kau menjauh dariku, aku tidak segan-segan akan melenyapkan nyawamu, seperti kecurigaanmu padaku, kau tahu kan bagaimana ibu mertuamu meninggal?”
“Aku tidak peduli, bunuh saja aku sekarang!”
Zephyr menyeringai.
“Baiklah, tapi tidak di sini, aku akan melakukannya di tempat yang sepi, bagaimana?”
“Dasar gila!”
Aku meraih tasku dan pergi tapi dia terus berada di belakangku.
“Aku pergi ke pantai lagi, dan melakukan aktivitas yang sama, berenang dan mengambil beberapa selfie.
Tapi dia terus mengawasiku.
Aku pun pergi sauna, membiarkan dia mengekoriku.
Lalu saat aku membeli pakaian dia selalu mengkritik. kalau pakaian yang aku pilih kurang cocok denganku, tapi aku memilih apa yang aku suka dan dia bersikeras memilih pakaian yang menurutnya cocok denganku. Kami hampir bertengkar, karena para pengunjung menoleh ke arah kami, dengan terpaksa aku membiarkan dia mengambil pakaian yang dia pilih, dia juga memaksa membayarnya. Setelah itu kami pulang ke negara Aurelion.
Aku benar-benar muak saat makan di pesawat, dia mencicipi semua makananku.
Ya Tuhan bagaimana cara aku melepaskan diri darinya.
Setelah kami mendarat, aku disambut seseorang, Liam. Saat perjalanan pulang aku sengaja memintanya menjemputku.
Dia melambaikan tangan, dan melemparkan senyumannya dengan lebar, aku membalasnya.
“Liam…” panggilku dengan sumringah.
Kami langsung berpelukan.
“Hey Fim, apa kabar?”
Kami melepaskan pelukan.
“Aku baik, seperti yang kau lihat,” ucapku sambil memutar badanku, aku juga bisa menangkap Zephyr menyunggingkan senyuman dari wajahnya.
Liam menyapanya, dan mengulurkan tangannya, tapi dia malah diam dan memalingkan wajahnya.
Aku menghardiknya lalu pamit.
“Dasar sombong isssh. Zephyr kau pulang saja, aku mau jalan sama Liam, aku sudah tidak membutuhkan bodyguard lagi,” ucapku sambil tersenyum.
Sambil bergandengan tangan aku menuju mobil Liam.
(Zephyr)
Sementara itu, aku mendengus.
“Bisa-bisanya dia meninggalkan suaminya sendiri dan pergi dengan pria lain.”
Handphoneku terus berdering, itu Zea.
“Boo, kau kemana saja, kenapa tidak mengangkat teleponku.
“Maaf, aku banyak urusan."
"Ya sudah, jemput aku di salon sekarang!”
Aku tahu zea pasti mencemaskanku beberapa hari ini, aku pun mengikuti kemauannya.
Setiba di sana dia langsung memeluk dan mencium pipiku.
Aku merangkul, dan masuk ke mobil sambil mengobrol.
“Boo, kapan kau akan menceraikannya, kau berjanji akan segera menikahiku?”
Aku memintanya bersabar, apalagi menjelang pemilu, aku harus berhati-hati. Aku tahu dia sangat kecewa.
Setiba di rumah, kami makan bersama dan menemaninya sebentar. Waktu aku sedang mencuci tangan ada suara telepon berdering, rupanya itu dari koperku.
Aku mengerutkan dahi.
“Ini kan ponselnya Serafim, kenapa ada di koperku. Aaah Jadi dia sengaja meninggalkannya agar aku tidak bisa melacaknya,” aku langsung izin kembali ke rumah istriku.
Saat aku tiba di garasi, aku melihat mobilnya.
“Bibi Naureen, istri saya sudah pulang?”
“Belum, Pak, tadi supirnya Pak Louis yang mengantarkan kesini ” jawabnya lalu ia menyediakan air minum untukku.
Aku langsung mandi dan duduk di ruang tamu menunggunya, aku terus mondar-mandir sesekali melihat ke arah jendela.
(Serafim)
Di sisi lain, aku dan Liam baru selesai main tenis.
“Ah thank you, hari ini sudah menemeniku."
“Hem, sama-sama. Besok aku jemput ya kita ke kantor bareng.”
Aku pun menyetujuinya. Liam pun mengantarku pulang, dan langsung masuk ke rumah, tetapi betapa terkejutnya aku saat ada seseorang di tengah kegelapan.
“Aaarrrggghhh,” Teriakku
“Kau!”
Rupanya Zephyr ada di rumah, ia sedang duduk di sofa dengan kakinya bersilang, kebetulan aku tidak bisa melihat mobilnya, karena rumah ini memang punya dua garasi.
“Sudah puas kan kau bersenang-senang dengan pria lain, sekarang waktunya kau melakukan tugasmu sebagai istriku.”
Aku diam terpaku.
“Maksudmu apa?” Ia bangun, lalu menyalakan lampu dan duduk kembali ke sofanya.
“Berikan tasmu.”
Aku menggeleng.
Ia menatapku tajam, dengan tangannya ia menyuruhku memberikan tasku.
“Apa aku harus melakukan kekerasan?”
Aku menggeleng lagi, lalu menyerahkannya.
Ia membongkar isi tasku, entah apa yang dicari, saat tidak menemukannya ia menoleh padaku, dan menyuruhku mendekat.
Aku mengikuti kemauannya, ia memasukkan tangannya ke saku rok ku, aku sampai kaget.
Aku langsung mendorongnya.
“Apa yang kau cari sebenarnya, apa kau menyembunyikan HP lain selain yang kau masukkan ke dalam koperku.”
Aahh rupanya dia sudah tahu, pikirku.
“Aku tidak punya handphone lain, kita hanya nikah bohongan tidak usah mengatur dan mengontrolku, aku juga punya kehidupan sendiri, aku bahkan tidak memperdulikanmu.”
Sambil cemberut aku langsung memasukkan barang-barangku ke tas, sedangkan Zephyr hanya memperhatikanku.
Lalu aku masuk ke kamar.
(Zephyr)
Sementara itu Zephyr menghitung hingga hitungan ketiga dan yeaahhh, Serafim berteriak karena melihat kopernya berantakan.
Ia kembali keluar dan memakiku.
“Zephyr kau benar-benar keterlaluan, jangan pernah menyentuh barang-barangku.”
Ia menghentak- hentakkan kakinya seperti anak kecil, aku hanya tertawa melihat tingkahnya dan masuk ke kamarnya. Sambil menangis ia merapikannya satu persatu.
Aku sebenarnya ingin membantunya tapi dia pasti akan semakin memarahiku, jadi aku berbasa-basi.
“Sayang, apa kau perlu bantuan?”
“Jangan memanggilku seperti itu, aku bukan istrimu, pergi dari kamarku!”
“Aku tidak bisa sayang, ini kamarku juga semua yang ada di rumah ini adalah milikku, termasuk kau.”
Lagi dan lagi dia membahas surat perpisahan kami. Tanpa tahu malu aku sengaja tidur di kamarnya. Saat dia pindah ke kamarku aku mengikutinya juga, mungkin dia kelelahan dia pun tertidur lelap dan membiarkanku tidur di sebelahnya.
Aku memandangi wajahnya yang mungil dan oval.
“Fim hidungmu mancung, bulu matamu panjang, bibirmu juga…”
Lalu aku berhenti dan menjauhkan jariku darinya. Akupun tertidur.
Keesokan harinya saat bangun dia sudah ada di pelukanku, namun saat dia akan membuka mata aku pura-pura tertidur.
“Oh my god, kenapa aku di pelukannya,” ujarnya.
Bersambung...
