NovelToon NovelToon
Kau Dan Aku Selamanya

Kau Dan Aku Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Crazy Rich/Konglomerat / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Suami Tak Berguna
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Seraphine E

Hidup Audy runtuh ketika pengkhianatan dalam rumah tangganya terbongkar. Di tengah luka yang menganga, kariernya justru menuntutnya berdiri tegak memimpin proyek terbesar perusahaan. Saat semua terasa mustahil, hadir Dion—direktur dingin yang perlahan menaruh hati padanya, menjadi sandaran di balik badai. Dari reruntuhan hati dan tekanan ambisi, Audy menemukan dirinya kembali—bukan sekadar perempuan yang dikhianati, melainkan sosok yang tahu bagaimana melawan, dan berhak dicintai lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Audy kembali terduduk di tepi ranjang. Lampu kamar menyala temaram, hanya setengah terang, membuat bayangan wajahnya jatuh di dinding seperti sosok lain yang ikut menyaksikan penderitaannya.

Dia menatap kosong ke lantai, sertifikat masih tergenggam di pangkuan. Sesekali jemarinya bergetar, lalu dengan hati-hati dia menaruh lembar berharga itu di atas nakas, seakan takut kertas itu akan hancur jika dia genggam terlalu erat.

Di sanalah akhirnya air matanya luruh, satu per satu, tanpa bisa dia tahan lagi. Tangisan yang tidak keras, tapi berat, seperti suara yang hanya bisa didengar hatinya sendiri. Selama ini dia selalu berusaha kuat, berusaha waras, berusaha meyakinkan diri bahwa dia masih bisa mengendalikan keadaan, berusaha terlihat bahwa semuanya "baik-baik saja" Tapi di dalam kamar, hanya ada dirinya dan kejujuran yang paling menyakitkan: hatinya patah, hancur.

Wanita mana yang tidak sakit hati melihat suaminya berselingkuh, apalagi dia berselingkuh dengan adik tirinya sendiri.

“Ma, aku salah apa ma?" bisiknya lirih, seolah berbicara pada ibunya yang sudah tiada. “Aku selalu berusaha jadi istri yang baik… aku selalu dukung dia, aku juga udah korbankan banyak hal… tapi kenapa balasannya kayak gini?”

Setelah itu hening. Hanya isakan yang terputus-putus, bercampur dengan bunyi detik jam dinding yang berjalan lambat, menyayat telinga.

Audy merebahkan tubuhnya, memeluk guling erat-erat. Dadanya naik turun tak beraturan, seakan setiap helaan napas adalah pertempuran kecil antara terus bertahan atau menyerah pada keadaan. Sesekali dia menggapai ponsel di sisi tempat tidur, membuka layar hanya untuk menatap pesan singkat Chandra. Kata-kata sederhana itu menusuk lebih dalam daripada pisau.

Ingin rasanya Audy membalas, ingin mengutuk, ingin memaki kebohongan itu dengan kata-kata… tapi dia tidak mampu menyuruh jarinya untuk bergerak, dan memilih melemparkan ponselnya secara asal-asalan disampingnya.

Kini yang keluar hanya tangisan baru, lebih menyakitkan, lebih sarat dengan kemarahan.

Di sela air matanya, Audy merasa tubuhnya begitu lelah. Bukan hanya raga, tapi jiwanya. Matanya terpejam sejenak dengan sisa isakan, membiarkan kantuk menyeretnya ke dalam tidur yang tidak tenang. Mimpi-mimpi buruk datang silih berganti, wajah Chandra dan Jenny seolah senantiasa menghantui setiap sudutnya.

Namun… menjelang subuh, ketika cahaya pucat mulai menyelinap melalui celah tirai, sesuatu dalam dirinya berubah. Audy membuka mata dengan kepala berat, pipi masih lengket oleh air mata yang mengering. Tapi kali ini, dia tidak lagi merasa hampa.

Rasa sakitnya belum hilang, tapi dari reruntuhan itu lahir kekuatan baru.

Dengan gerakan pelan, dia bangkit dari ranjang, menatap bayangan dirinya di cermin. Wajah sembab, mata bengkak—tapi sorotnya lebih tegas daripada malam sebelumnya. Segera Audy menyeka sisa air mata, menata rambut, lalu menarik napas panjang.

"Aku pasti bisa. Aku nggak akan ngebiarin semua masalah ini bikin aku hancur" katanya pada dirinya sendiri.

...***...

Cahaya matahari yang menembus tirai terasa terlalu terang bagi mata Audy yang masih sembab. Kelopak matanya berat, akibat tangisan semalam. Selesai mandi dan berbenah diri, dia duduk di tepi ranjang, meraih ponsel yang sejak tadi tergeletak di nakas, lalu membuka media sosial dengan jari yang sedikit bergetar.

Layar pertama menampilkan akun Chandra. Foto terakhir—tiga bulan lalu, dalam pesta pernikahan kerabat. Senyum Chandra terpampang lebar, menggandeng Audy di sampingnya, seolah-olah dunia mereka sempurna tanpa cela. Instastory kosong. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Seolah ia menghapus jejak dengan begitu rapi.

“Hah…” Audy mengembuskan napas, getir. “Pinter banget dia sembunyiin semuanya. Benar juga, nggak mungkin dia bakalan post sesuatu yang bakal jadi gunjingan orang.”

Dengan rasa penasaran yang menyayat, dia berpindah ke akun Jenny. Postingan terakhir: tiga hari lalu, foto makanan mewah di sebuah restoran. Tidak ada foto pribadi, tidak ada keterangan berlebihan—hanya sepiring steak dengan garnish indah dan segelas wine. Terlalu biasa.

“Mereka benar-benar…” gumam Audy, namun kalimat itu berhenti sejenak di udara, seakan tidak sanggup dia lanjutkan.

Audy menggulir layar, menelusuri lebih jauh. Dia menatap setiap detail—like, komentar, nama akun yang muncul berulang. Lalu, di antara ratusan nama asing, dia menemukan sesuatu. Dua akun dengan pola mirip, tak memiliki banyak pengikut, postingan minim, namun sering muncul di lingkar interaksi Jenny. Intuisi Audy berteriak: ini mereka.

"Tentu saja, mereka nggak mungkin kalau nggak punya second account untuk menyimpan kemesraan mereka berdua"

Jantung Audy berdegup kencang, Tanpa berpikir panjang, dia memutuskan untuk membuat jalannya sendiri. Jemarinya lincah mengetik, membuat akun baru. Kali ini, dia bukan Audy. Audy menjelma menjadi seorang laki-laki muda, dengan wajah hasil unduhan dari stok foto yang tampak begitu nyata. Dia membeli ratusan ribu pengikut palsu, mengunggah beberapa foto liburan di destinasi populer, membuat narasi singkat seolah dia seorang eksekutif muda dan kaya yang gemar melancong.

Dalam hitungan menit, lahirlah sosok fiktif yang sempurna. Topeng digital yang bisa membawanya masuk untuk mencari tahu lebih dalam perselingkuhan diantara Chandra dan Jenny.

Dengan napas tertahan, Audy menekan tombol “Follow” pada akun yang dia yakini milik Jenny. Sekejap kemudian, permintaan itu terkirim. Namun notifikasi tetap sunyi. Belum ada balasan.

“Hmmm, mungkin aku harus menunggu beberapa saat,” gumamnya, menatap layar dengan tatapan kosong, lalu meletakkan ponsel di meja samping.

Jam dinding menunjukkan pukul tujuh tepat ketika suara klakson singkat terdengar dari luar. Supir kantor sudah datang, menjemputnya.

Di cermin dekat pintu, dia menatap bayangannya sendiri. Matanya masih terlihat sembab, tapi di balik itu, ada kilatan lain—sebuah api kecil yang mulai menyala. Api yang menunggu waktu untuk membakar habis segala kebohongan yang telah mengkhianatinya.

...***...

Pagi itu, kantor masih terasa sepi. Hanya suara langkah-langkah kecil yang bergema di lantai, bercampur dengan dengung halus pendingin ruangan. Audy tiba lebih awal, Tangannya sedikit bergetar ketika menyentuh gagang pintu ruangannya. Ruangan itu kini resmi menjadi miliknya—setelah tujuh tahun lebih hanya menjadi seorang staf yang duduk di balik meja sempit. Ada rasa bangga, ada rasa gentar, bercampur jadi satu, membuat dadanya sesak sekaligus hangat.

Dia menarik kursi kerjanya, duduk, lalu memandang sekeliling. Meja kayu itu kini menjadi pusat kendali hidup barunya. Tumpukan dokumen masih rapi, papan nama dengan tulisan “Manager Project” tampak berkilau di pojok meja. Senyum kecil lolos dari bibirnya—senyum puas, yang membuatnya berjanji pada dirinya sendiri: bahwa dia akan menggunakan posisi ini untuk menjadi versi yang terbaik dalam hidupnya.

Beberapa menit kemudian, suara ketukan lembut terdengar di pintu.

“Masuk,” ucap Audy, berusaha terdengar tenang.

Pintu terbuka, dan di baliknya muncul Yunita bersama beberapa staf lain. Mereka berjejer sambil membawa kotak kardus berisi camilan kecil, wajah mereka sumringah seperti anak-anak yang tak sabar menyuguhkan kejutan.

“Selamat datang kembali, Bu Audy!” seru mereka serempak, suaranya memenuhi ruangan dengan keceriaan.

Audy tertegun sesaat, lalu tertawa kecil. Suasana itu begitu hangat, yang membuatnya sejenak lupa pada luka yang masih mengendap di hatinya. Melihat binar bahagia di mata mereka, dia merasa seolah benar-benar diterima, bukan hanya sebagai atasan, tapi sebagai seseorang yang mereka percayai.

“Terima kasih banyak, ya. Tapi… ngapain sih kalian repot-repot bawa camilan? Jangan bilang ini sogokan biar kalian bisa males-malesan?” goda Audy sambil mengangkat alisnya.

Mereka sontak meledak dalam tawa.

“Enggak lah, Bu. Ini perayaan kecil-kecilan aja. Anggap aja sebagai… perayaan atas kemenangan Ibu melawan Pak Teddy,” ujar salah satu staf.

“Rasanya lega banget, akhirnya dia sama ular sanca itu nggak di sini lagi!”

Audy menahan senyum, lalu bertanya, “Ular sanca?”

“Laura…,” jawab Yunita setengah berbisik, seperti takut nama itu akan memanggil kembali sosoknya.

Ruangan kembali riuh. Indah, salah satu staf, ikut menambahkan, “Aku dengar sekarang Pak Teddy susah banget cari kerja. Laura juga katanya nuntut tanggung jawab Pak Teddy karena ikut dipecat.”

Audy menghela napas tipis. Dia bukan tipe yang suka menghabiskan energi untuk bergosip. “Sudah, nggak usah ngomongin mereka lagi. Sekarang yang paling penting, kita siapkan project sebaik mungkin. Kalau project ini berhasil, kan kalian juga yang akan dapat bonus.”

Kalimat terakhir itu sukses membuat mereka tertawa beramai-ramai. Tawa yang ringan, penuh semangat. Satu per satu kemudian keluar dari ruangannya, kembali ke meja masing-masing, meninggalkan aroma manis camilan dan kehangatan persahabatan yang menempel di udara.

Hanya Yunita yang masih tinggal, membereskan sedikit kotak bekas makanan di pojok meja. Audy menatap sahabat sekaligus rekan kerjanya itu, lalu dengan nada lebih rendah ia bertanya, “Yunita, kamu tahu nggak di mana tempat orang yang jual CCTV atau hidden cam? Sekalian sama yang bisa pasang juga?”

Yunita menoleh cepat, alisnya terangkat. “Buat apa, Dy?”

Audy tersenyum samar, senyum yang tak sepenuhnya jujur. “Buat di rumah. Aku sama Chandra kan jarang di rumah kalau siang. Kami nggak punya ART juga, jadi kepikiran aja buat pasang CCTV. Tapi yang nggak kelihatan, biar orang nggak tahu kalau ada.” kilahnya.

Ada jeda hening sejenak sebelum Yunita mengangguk pelan. “Aku tahu, sih. Temen kuliahku spesialis beginian. Nanti aku hubungin dia buat kamu.”

“Oke, Yun. Thanks ya.”

“Always, bestie-ku sayang,” balas Yunita dengan senyum lebar.

Audy ikut tersenyum, tapi dalam hati, pikirannya berputar jauh ke arah lain. Kamera-kamera itu bukan sekadar pengawas rumah. Audy membutuhkannya untuk membuka kebenaran, untuk menyingkap wajah asli dari pengkhianatan yang selama ini bersembunyi rapat di balik topeng manis suaminya.

"Dy, kamu tahu kan kalau aku bakalan selalu dukung kamu. Kalau kamu ada masalah yang nggak bisa kamu tanggung atau nggak bisa kamu ceritain, aku siap buat dengerin dan bantuin. Kapanpun kamu butuh" ucap Yunita, sebelum dia pergi. Membuat Audy sedikit terharu.

"Thanks Yun" jawab Audy sambil tersenyum.

...****************...

1
Widya Herida
lanjutkan thor ceritannya bagus
Widya Herida
lanjutkan thor
Sumarni Ukkas
bagus ceritanya
Endang Supriati
mantap
Endang Supriati
engga bisa rumah atas nama mamanya audi.
Endang Supriati
masa org penting tdk dpt mobil bodoh banget audy,hrsnya waktu dipanggil lagi nego mau byr berapa gajinya. nah buka deh hrg. kebanyakan profesional ya begitu perusahaan butuh banget. td nya di gaji 15 juta minta 50 juta,bonus tshunanan 3 x gaji,mobil dst. ini goblog amat. naik taxi kwkwkwkwkkk
Endang Supriati
audy termasuk staff ahli,dikantor saya bisa bergaji 50 juta dpt inventaris mobil,bbm,tol,supir,by perbaikan mobil di tanggung perusahaan.bisa ngeclaim entertaiment,
Endang Supriati
nah itu perempuan cerdas,sy pun begitu proyek2 sy yg kerjakan laporan 60 % sy laporkan sisanya disimpan utk finslnya.jd kpu ada yg ngaku2 kerjja dia,msmpus lah.
Syiffa Fadhilah
good job audy
Syiffa Fadhilah
sukur emang enak,, menghasilkan uang kaga foya2 iya selingkuh lagi dasar kadal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!