Setelah enam tahun menjalani hubungan jarak jauh, Raka dan Viola kembali dipertemukan. Namun cinta tak selalu berjalan mulus, mereka harus menghadapi tantangan dan rintangan yang menguji kekuatan cinta mereka.
Apakah cinta mereka akan tetap kuat dan bertahan, ataukah jarak akan kembali memisahkan mereka selamanya?
"Nggak ada yang berubah. Love only for you, Viola. Hanya kamu..." ~Raka.
🍁🍁🍁
Novel ini merupakan Sequel dari novel yang berjudul 'Sumpah, I Love You'. Selamat menyimak dan jangan lupa tinggalkan jejak. 😇😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 : LOFY
Raka duduk di meja kerjanya, menatap layar laptop didepannya. Bangunan kosong tiga lantai milik keluarga temannya dia jadikan tempat kerja selama dua tahun ini bersama beberapa orang teman lainnya. Dan selama dua tahun terakhir ini juga dia banyak menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menekuni dunia bisnis.
Namun, Raka juga menyadari bahwa membangun bisnis dari nol tidaklah mudah. Banyak tantangan dan kesulitan yang dia hadapi, tapi dia tetap tidak menyerah. Dia terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan. Dengan tekad dan kerja keras, dia yakin bisa mencapai tujuannya dan membangun perusahaan yang sukses dan berkelanjutan.
"Akhirnya ya, Ka. Bulan depan pembangunan VIORA Corp sudah bisa mulai dijalankan. Semua ini berkat Lo, Lo keren." sanjung Willy, menyenderkan punggungnya pada sofa setelah hampir seharian berkutat dengan pekerjaan.
"Bukan gue, tapi kita, tim yang solid." ralat Raka. "Bisnis ini tidak mungkin akan berjalan mulus tanpa bantuan kalian juga."
"Tapi Lo yang punya rencana, Lo punya visi dan misi. Dan Lo juga yang membuat proposal dan mengajukannya pada beberapa investor."
Raka tersenyum, menarik kursinya mundur sedikit kebelakang dan meraih tas selempang miliknya di atas meja. "Gue balik duluan ya? Kasihan Vio nungguin sendirian di rumah."
"Oke bro. Salam buat Vio." Willy mengangkat satu tangannya ke atas.
Raka mengangguk, meninggalkan ruangan kantor setelah berpamitan dengan beberapa teman yang lain, lalu menghampiri mobilnya yang terparkir di halaman. Jika biasanya dia pulang pergi dengan berjalan kaki, hari ini dia sengaja pergi dengan membawa mobil karena tidak ingin membuat Viola menunggu lama.
Sesampainya di kediaman mewah miliknya, dia melihat Viola yang sedang duduk sendirian di sofa ruang depan dengan wajah ditekuk. Raka meletakkan tas selempangnya di atas sofa berbeda dan berjalan menghampiri Viola, berdiri di hadapannya.
"Berapa banyak kebohongan lagi yang kamu sembunyikan dariku, Ka?" Viola mendongak, melihat Raka mulai menurunkan tubuhnya, berjongkok di hadapannya.
"Nggak ada hal yang nggak pernah aku ceritakan sama kamu. Aku selalu bercerita semuanya. Tapi kamu... Kamu selalu menyimpan semuanya sendirian, merahasiakannya dariku. Setidak pentingkah aku buat kamu, Raka?" matanya berkaca-kaca, ditepisnya tangan Raka yang hendak menyentuh wajahnya.
"Mungkin ini terdengar sepele, tapi aku pacar kamu. Aku bahkan nggak tahu kalau kamu sudah bekerja disini! Apa ini alasan kamu nggak pulang selama dua tahun ini? Berapa lama lagi waktu yang akan kamu habiskan disini? Kamu menggantungkan aku, menggantungkan hubungan kita!!!" nada suaranya meninggi, Viola segera berdiri.
Raka menyusul berdiri, memegang lengan Viola dengan satu tangannya. "Bukan aku nggak ingin bercerita, hanya belum saatnya saja Vio. Waktunya belum tepat bagiku untuk menceritakan semuanya sama kamu."
"Belum tepat?" ulangnya, tersenyum getir. "Lalu kapan waktu yang kamu pikir itu tepat?" Viola mendesah pelan. "Mungkin Lusa aku juga sudah akan kembali ke Jakarta. Lalu kamu? Apa kamu akan tetap memilih disini, Raka?!"
Melihat air mata itu menetes, hatinya ikut teriris. "Tiga bulan. Beri aku waktu tiga bulan, setelah itu aku janji aku akan kembali dan tidak akan meninggalkan kamu lagi." ucapnya pelan namun dalam.
"Kita lihat saja, apakah kamu akan menepati janji kamu atau tidak." Viola melangkahkan kakinya pergi, menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Mengunci pintunya dari dalam.
Raka menyusul naik, satu tangannya menyentuh pintu yang sudah tertutup rapat. Suara tangis Viola di balik pintu terdengar ditelinganya, menembus sampai ke hatinya. Pedih.
-
-
-
Raka mengetuk pintu kamar Viola karena gadis itu terus mengurung diri sejak pertengkaran mereka tadi siang. Ketika pintu kamar dibuka dari dalam, Raka melangkahkan kakinya mundur satu langkah ke belakang. Wajah sembab dan raut kecewa masih terlihat jelas di wajah kekasihnya itu.
"Mau jalan-jalan keluar?" tanyanya pelan, bersikap seolah tidak terjadi apapun.
Viola mengangguk pelan, tanpa menatap ke arah Raka. "Aku ganti pakaian dulu."
"Aku akan tunggu dibawah." Raka melangkahkan kakinya ke arah tangga, turun ke lantai bawah.
Selang sepuluh menit kemudian Viola ikut turun dengan kostum berbeda. Dia juga memakai jaket tebal sebagai luaran. Raka langsung membawanya masuk ke dalam mobil tanpa banyak berbicara, karena dia tahu mood Viola sedang tidak bagus malam ini.
-
London di malam hari adalah kota yang penuh dengan keajaiban, tempat dimana impian dapat menjadi kenyataan dan kenangan diciptakan. Dipusat kota, jalan-jalannya seperti Oxford Street dan Regent Street dipenuhi dengan lampu neon yang berwarna-warni. Restauran dan cafe-cafe juga menjadi tempat yang populer untuk menikmati makan malam atau minuman hangat sambil menikmati pemandangan kota yang indah.
Di sepanjang sungai Thames, lampu-lampu yang menghiasi jembatan ikonik seperti Tower Bridge dan Westminster Bridge memantulkan cahaya ke air sungai. Viola tertegun menatap pemandangan dihadapannya ketika mereka sudah turun dari dalam mobil. Suasana hatinya yang tadinya sedang kalut mendadak berubah menjadi lebih tenang dan damai.
Disampingnya, Raka berjalan sejajar. Sesekali dia menoleh ke arah Viola yang sudah mulai tersenyum.
"Kamu suka?"
Viola mengangguk dengan senyuman lebar yang menghias di wajahnya. Matanya menatap bangunan-bangunan bersejarah yang terlihat megah dengan pencahayaan yang dramatis.
"Vio..." Raka meraih tangan Viola, membuat langkah gadis itu terhenti seketika. "Aku tahu kata maaf nggak akan cukup bagi kamu saat ini. Tapi aku akan tetap meminta maaf, maaf atas banyaknya waktu kita yang hilang."
Tatapannya kini terlihat lebih lembut, tidak ada kekecewaan seperti sebelumnya. Viola tersenyum senang. "Aku sudah memikirkan dan merenungkannya tadi. Harusnya aku nggak langsung marah dan bertanya baik-baik. Maaf juga atas sikapku yang selalu kekanak-kanakan."
"Tapi..." dengan mata berbinar, Viola menatap Raka penuh harap. "Kamu nggak bohong kan soal tadi siang? Kalau tiga bulan lagi kamu akan kembali dan nggak akan pergi lagi?"
"Ya, aku janji." angguknya pasti.
Raka melangkah mendekat, satu tangannya menyentuh wajah Viola dan mengusapnya lembut. Tatapan mereka saling mengunci dalam diam, begitu dalam dan penuh perasaan. Orang-orang yang berlalu lalang di sekitar bahkan mereka abaikan, seakan sekarang hanya ada mereka berdua saja disana.
"Sumpah, i love you Raka."
Raka tersenyum, memainkan jari jempolnya untuk mengusap-usap wajah Viola. Secepat debaran jantungnya didalam sana, Raka mengarahkan wajahnya mendekat. Tatapannya tertuju pada bibir Viola yang terlihat begitu menggoda.
"I love you... I love you, Viola." suaranya terdengar lirih, nyaris seperti berbisik.
Wajah-wajah mereka semakin dekat, bibir mereka hampir menyentuh. Nafas terengah-engah, menunggu saat yang dinantikan. Hingga sebuah suara terdengar memekakkan telinga, mengacaukan segalanya.
"Raka...?!"
...♥️♥️♥️...
📢📢 Si Brondong sekarang sudah sangat-sangat meresahkan 🤕🤕😅😅
.covernya kelar juga akhirnya👏👏
aaah bapak nya Raka pasti ini...
pengen sleding si papa 😠😠😠😠😠
so sweet 😍😍😍😍
sosor terus Raka, tunjukan klo di hati kamu hanya Viola satu satu nya...
kalian udah sama sama dewasa bukan anak SMA lagi yang marahan atau ada masalah malah lari...
hadapi bersama sama... apalagi masalah si Arman itu,selagi Raka gak berpindah hati pasti kamu tetap satu satu nya Vio