NovelToon NovelToon
LUCIANA ALEXANDER

LUCIANA ALEXANDER

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Vampir
Popularitas:980
Nilai: 5
Nama Author: prel

"... selama aku masih berada didunia ini aku akan terus berusaha menjaga Luciana."

Perkataannya mengejutkanku. Selama dia masih berada didunia ini? Dia adalah seorang vampire yang hidup abadi, apakah itu berarti dia akan menjagaku selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6: Stefan

Angin bertiup lembut menerpa daun-daun dahan pohon yang kududuki. Hutan terlihat lebih luas dari sudut pandang ini. Merogoh botol anggur yang telah kubawa sejak tadi, aku segera menenggaknya sedikit demi sedikit.

Aku yakin, William pasti sedang kebingungan mencariku. Aku memang jarang melakukan hal ini, pergi diam-diam dan minum. Namun entah mengapa, aku ingin melakukannya hari ini. Aku memang seorang Vampire yang tidak mengenal lelah, tapi benakku masih bisa kelelahan. Dan ini adalah tindakan yang biasa kulakukan jika sedang merasa lelah.

Tak kusangka, 1 botol penuh anggur tak mampu mengurangi rasa lelah pada benakku, bahkan, kesadaranku masih utuh.

Angin bertiup menerpa wajahku untuk yang kesekian kalinya, namun kini membawa aroma yang sedikit berbeda.

"Hey, jangan lari sialan! Ayo cepat kejar"

Sayup-sayup aku mendengar suara seorang pria yang kuyakini berasal dari seberang perbatasan. Hutan yang sepi mendukung pendengar Vampire yang kumiliki.

Selain suara seorang pria, aku juga mendengar suara seorang wanita yang sedang terengah-engah. Aku memejamkan mataku. Sepertinya akan ada kejadian diseberang sana. Penculikan atau pembunuhan. Padahal mereka sama-sama manusia, tapi masih saja saling mengganggu.

"Lihat, kau sudah tidak bisa kemana-mana"

Setelah si pria mengatakan itu, aku mendengar teriakan wanita yang ia kejar. Wanita itu terjatuh ke dasar jurang.

Lalu hening.

Aku menghela nafas, gadis yang malang. Tapi paling tidak dia tidak harus berakhir ditangan pria yang mengejarnya.

Lagi-lagi angin berhembus menerpa wajahku. Kali ini aku tak dapat mengabaikannya lagi. Aku mencium aroma darah, darah manusia. Sesuatu yang sedikit kuhindari.

Aku mengerutkan kening, semakin lama aroma ini semakin mengusik indera penciumanku. Akupun tak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku masih bisa mendengar dengan jelas nafas dangkal dari wanita itu. Dia masih hidup.

Aku membuka mata, sangat yakin jika mataku sudah berubah warna sekarang. Kujatuhkan begitu saja botol anggur yang sejak tadi berada dalam genggamanku, lalu segera melesat pergi.

Berdiri mematung diatas jurang, aku bisa melihat darah menggenang disekitarnya. Cepat atau lambat, gadis ini akan segera menemui ajalnya.

Dengan sendirinya aku melompat turun, berlutut disampingnya. Tanpa sadar tanganku terangkat mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

"Manis sekali" , gumamaku

Dia memohon padaku untuk segera diselamatkan. Aku sedikit terkejut. Apakah dia yakin dengan ucapannya? Atau dia hanya putus asa. Haruskah aku menolongnya?

Matanya terpejam, dan tubuhnya mulai melemas. Dia benar-benar akan pergi, tapi ini masih belum terlambat.

***

Aku merasakan sesuatu dalam diriku. Perasaan apa ini, lega atau bersalah. Sepertinya sama saja.

Aku berdiri dilorong tepat didepan kamar gadis itu, gadis yang telah kuselamatkan di jurang.

Aku bisa saja tidak peduli dan pergi meninggalkannya, membiarkan dia mati.

Tapi kenyataannya, aku malah menyelamatkannya dan membuat diriku sendiri dipenuhi perasaan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.

Ada sesuatu dari dirinya yang mengusikku. Selain aromanya yang begitu manis, dia memiliki sesuatu yang membuatku sulit berpaling saat menatapnya. Rambut hitamnya yang senada dengan langit malam, mata coklat terang yang begitu teduh ketika dipandang.

Selama lebih dari 100 tahun aku hidup, belum pernah aku merasakan kecemasan yang begitu hebat saat aku melihatnya terus menjerit kesakitan beberapa jam yang lalu.

Apa yang telah kuperbuat. Benar atau salahkah tindakan ku ini.

Dia sudah sadar, dan kini dia sedang menenangkan diri menerima kenyataan.

Meskipun dia sendiri yang memintaku untuk mengubahnya, aku sama sekali tidak berhak melakukan itu. Dia dan bayi yang ada diperutnya sudah dipastikan baik-baik saja tapi kenapa rasa ini tidak kunjung enyah dari diriku.

Sebegitu merasa bersalahkah aku melihatnya kesakitan.

Pintu dibanting terbuka, Rosemari berdiri dengan air mata membasahi pipinya.

Rosemari adalah teman lama Evangelin, manusia yang tergila-gila dengan sihir. Beberapa kali dia memasuki wilayah kerajaan Vanburg dengan bantuan Eve. Dia juga sempat tinggal bersama kami beberapa tahun di Manor house ini, itulah mengapa kami sangat akrab dengannya, kami sudah mengenalnya bahkan saat dia belum genap berusia dua puluh tahun.

"Eve.. Luciana kehilangan kesadaran lagi", Suaranya terdengar bergetar, dia sedang ketakutan.

Kami semua masuk kembali ke kamar ini dan benar gadis bernama Luciana itu memejamkan matanya lagi.

"Kau sudah periksa dia?".

"Sudah Eve dan dia masih bernafas",kata Rose sedikit panik.

"Kurasa dia butuh minum." Akhirnya aku membuka suara. Semua vampire baru memang harus segera meminum darah setelah berubah.

"Stefan benar, Lizi cepat ambilkan stok darah didapur." Pinta Eve dan Lizi pun segera berlari menuju dapur.

"Apakah darah akan mempengaruhi janin diperutnya?". Eve bertanya tidak kepada siapa pun.

"Jika darah adalah sumber makanan pada tubuh Luci sekarang, sepertinya dia akan baik-baik saja mengingat bayi itu hanya akan menyerap nutrisi dari apa yang dimakan luci", Rose menjawab.

"Lalu bagaimana dengan makanan yang lain? Berarti Luciana tetap harus makan seperti manusia pada umumnya karena dia sedang mengandung anak manusia?." William mulai penasaran.

"Ya, bukankah tubuh kalian masih bisa menerima makanan lain selain darah?"

"Ya, kami masih bisa." Aku menjawab singkat.

Lizi datang membawa secangkir darah rusa. Rose mengambil nya lalu memasukkan sedikit demi sedikit ke mulut Luciana. Sesaat tidak respon sama sekali. Setelah darah itu mengalir, Luciana langsung membuka matanya. Matanya sudah berubah merah menandakan bahwa dia benar-benar membutuhkan darah.

Dia bangkit duduk, matanya tertuju pada cangkir ditangan Rose, dengan ragu dia mengambil cangkir itu dan hendak meminumnya, sekilas dia melihat ke arah kami. Ke arah ku.

Ragu-ragu dia meminum darah itu. Semakin cepat dan dia menghabiskan nya.Sesaat dia memegangi perutnya yang sedikit besar,lalu dia tersenyum. Senyum yang begitu samar.

Aku menghela nafas dalam diam. Perasaan apalagi ini.  Aku merasa lega, sangat lega melihat kondisinya sudah membaik, dan mengapa juga aku harus merasakan semua ini?

...~...

1
Roxy-chan gacha club uwu
Bener-bener hidup!
Hebe
Berasa kayak lagi nonton film seru deh! Kapan launching filmnya thor? 😁
prel: haduuuh minta doanya aja deeh😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!