Islana Anurandha mendapati dirinya terbangun di sebuah mansion besar dan cincin di jemarinya.
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk keluar dari rumah istana terkutuk ini. “Apa yang sebenarnya kamu mau dari aku?”
“Sederhana. Pernikahan.”
Matanya berbinar bahagia saat mengatakannya. Seolah-olah dia sudah lama mengenalku. Seakan-akan dia menunggu ini sejak lama.
“Kalau aku menolak?” Aku bertanya dengan jantung berdebar kencang.
Mata Kai tidak berkedip sama sekali. Dia mencari-cari jawaban dari mataku. “Orang-orang terdekatmu akan mendapat hukuman jika kamu menolak pernikahan ini.”
Islana berada di persimpangan jalan, apakah dia akan melakukan pernikahan dgn iblis yg menculiknya demi hidup keluarganya atau dia melindungi harga dirinya dgn lari dari cengkraman pria bernama Kai Itu?
CHAPTER 06
Chapter 06
POV – Astaria Lorina
“Sayang, kamu sepertinya lagi mikirin banyak masalah ya?” Aku memandang Kai dari dekat, wajahnya yang seperti porselen itu selalu membuatku ingin menyentuhnya. Tidak jarang ketika dia sedang tidur, aku akan membelai hidung dan pipinya, hanya untuk merasakan dia tetap bersamaku. Tapi sekarang aku merasa kami semakin menjauh. Hanya ada badannya yang ada di sini tapi pikiran dan hatinya berada sangat jauh.
“Nggak,” jawab Kai dengan tanpa emosi.
Aku sengaja merencanakan liburan di pulau kecil dan terpencil ini. Pasir putih yang lembut, laut yang biru, pantai yang jernih dan tidak ada satupun orang yang mengganggu kami. Tapi di hari kedua ini, aku merasa seperti sudah ada disini empat belas hari. Kai yang selalu menolak ajakanku untuk mencoba olahraga air dan hanya sibuk berbicara di telepon, sukses membuat hatiku terluka. Aku seorang perempuan yang butuh perhatian, bukan hanya perempuan yang ada tapi hanya seperti boneka.
Hatiku seperti dicabik-cabik setiap kali dia menolak semua permintaanku untuk berlibur. Bagi pria seperti Kai, liburan adalah hal yang buang-buang waktu. Dan pada akhirnya dalam dua hari ini, aku hanya menyendiri, menjadi orang yang paling tidak diinginkan oleh pria paling berkuasa.
Apakah aku tidak secantik yang dia harapkan? Apa aku sudah bukan wanita yang dia cintai selama ini? Aku memperhatikan wajahku di cermin. Melihat semua hal yang sudah kulakukan untuk memperbaiki semuanya. Menyempurnakan semua bagian yang kurang sempurna itu. Apa semua ini tidak cukup??
Notifikasi di handphone Kai muncul. Aku melihat pintu toilet yang masih tertutup. Dia masih ada di dalam. Aku mengangkatnya dan aku menekan angka sandi yang aku ingat dan saat aku membukanya betapa terkejutnya aku. Tanganku bergetar dan lemas. Seluruh keringat di dahiku muncul. Bibirku pun ikut bergetar. Karena apa yang aku lihat adalah sebuah rekaman video seorang perempuan muda. Ya, perempuan yang terlalu muda untuk Kai.
Perempuan itu begitu muda. Apa yang Kai lakukan dengan rekaman ini? Apa dia menyukai wanita ini? Apa wanita itu yang mengganggu pikiran dia selama ini? Apa dia yang mengalahkan seorang Astaria Lorina???
Bagaimana bisa Kai melakukan ini!
Saat pintu toilet terbuka dan Kai melihatku, tanganku bergetar lebih hebat dan aku hanya bisa menjatuhkan handphone itu dan menatap wajah Kai yang murka.
***
Masa Kini
POV - Islana
Walaupun rambutku yang sudah seperti landak dan menutupi sebagian besar wajahku, aku bisa melihat wajah itu. Wajah Kairav Arumbay yang melihat bagaimana tiga wanita sedang bertikai dan tentu saja aku menjadi korban hingga menambah luka di bagian kakiku yang tergores di lantai.
Kai dengan cepat datang dan menggendongku. Aroma parfum nya yang menggoda hanya membuat hatiku semakin gundah. Bagaimana bisa pria psikopat ini bisa kejam dan mempesona dalam waktu yang sama. Jantungku pun tidak akan bisa berdetak seperti biasa jika berada di dekatnya.
“Kai…” wanita muda dengan wajah yang sepertinya terlalu banyak ‘polesan’ dari dokter itu memelas saat berbicara dengan Kai. Wanita itu dipanggil Asta oleh Ibu ‘Mak Lampir’ di sebelahnya. Wanita itu benar-benar membuat aku seperti wanita dari kalangan bawah. Pakaiannya bahkan terlihat sangat mahal
“Ngapain kamu ke sini?” Kai memarahinya.
Asta dengan wajah memelas dan berkaca-kaca menatapnya seperti melihat seorang dewa yunani. “Aku tau aku salah selama ini, tapi kenapa kamu berubah secepatnya ini? Dia,” Asta menunjukku dengan suara dan wajah picik. “dia perempuan rendahan. Nggak pantas untuk ada di rumah ini dan jadi pacar kamu!”
“Iya, perempuan nggak tau malu. Dari ujung kepala sampai ujung kaki nggak ada berkelasnya anak ini!” Mak lampir berbicara dengan nada merendahkan dan kebencian.
Aku menggeram dalam hati. Aku mengepalkan tangan di atas selimut. Aku ingin memaki mereka. Tapi bibirku tidak bisa bergerak. Aku direndahkan seperti ini, tapi aku tidak berdaya. Aku tau aku bukan siapa-siapa tapi mereka tidak berhak menghakimi dan ‘meludahi’ aku seperti sampah. Bibirku mulai bergerak untuk melawan tapi sebelum aku membalas mereka ternyata Kai duluan mengeluarkan kalimat menyakitkan.
“Kamu siapa? Berhak mengatur hidup orang lain?” Kai mencibir Mak Lampir dengan nada yang sangat mengejek. “kamu bukan ibu kandung dan bukan penguasa rumah ini! Kamu wanita kelas bawah yang hanya menginginkan kekuasaan dari ayahku!”
Mak lampir ini Ibu tirinya Kai?
Sorot mata Ibu tirinya semakin menjadi-jadi. Seperti bola api yang memanas dari sorot matanya. Tapi setelah aku melihat dengan jelas, memang wajah keduanya tidak mirip sama sekali. Si Mak lampir yang punya mata besar seperti kelereng dan rambut sasak tinggi seperti ibu pejabat ini sepertinya memang bukan gambaran ibu Kai yang sepertinya anggun dalam bayanganku.
“Kai! Kamu lupa siapa yang membuat ayah kamu bahagia? Dia nggak pernah bahagia dengan ibu kamu! Tidak pernah!”
Kai tertawa besar mendengarnya. Dia seperti mendengar lelucon terlucu yang pernah dia dengar. Tapi tidak lama kemudian dia kembali serius. Dia mendekat ke arah Mak lampir dan Asta.
Keduanya mundur ketakutan. Aura seorang Kairav Arumbay memang terlalu besar untuk di kontrol oleh siapapun. Mereka bahkan mundur hingga menyentuh dinding.
Kai, dengan suara mengancam dan setajam pisau berbicara. “Aku tau apa yang kalian berdua lakuin, bersekongkol dengan Oza Barabay untuk melukai istriku dan menghancurkan aku kan?!!
Mata keduanya membelalak sementara aku berpikir keras siapa itu Oza Barabay. Nama yang membuat seorang Kai siap membunuh hanya dengan tatapannya saja.
Baik Asta maupun Mak Lampir berwajah pucat pasi dan seputih kertas kosong. Bibir mereka bergetar ketakutan sambil menatap wajah Kai yang sepertinya siap melumat mereka.