Pada abad ke-19, para ilmuwan yang tergabung dalam ekspedisi arkeologi internasional menemukan sebuah prasasti kuno yang terkubur di reruntuhan kota tak bernama, jauh di tengah gurun yang telah lama dilupakan waktu. Prasasti itu, meski telah terkikis oleh angin dan waktu, masih menyimpan gambar yang mencengangkan, yaitu sebuah batu segi enam besar, diukir dengan tujuh warna pelangi. Setiap sisi batu itu dihiasi lukisan rumit yang menggambarkan kisah kelam peradaban manusia, seolah menjadi cermin dari sisi tergelap hati nurani.
Nila Simbol kerakusan, Ungu simbol nafsu, Kuning simbol ketamakan, Hijau simbol kemalasan, Biru simbol Iri hati, Orange simbol keangkuhan, Dan terakhir merah simbol amarah
Tadi setiap lambang yang mengartikan masalah ini ada sebuah kekuatan, yang Sangat besar dalam setiap kristal membuat banyak orang saling berebut dan dizaman modern kristal itu dikabarkan sudah terpisah menjadi 7
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fahmi Juliansyah N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 Orang-orang Baru
Setelah beberapa saat mereka mengendap-endap mereka bertemu dengan ,sopir jet boat dan menyuruh mereka cepat untuk kabur,karena alasan mereka kesini kemungkinan mencari mereka berempat yang pernah , melewati mereka di tengah laut kemaren,karena saat awal mereka datang ke pulau ini , kegaduhan muncul dengan seseorang berteriak, "dimana kalian , cepat kesini diriku tahu kalian disini". Kata orang itu yang merupakan Jack .
"kau-kau tau 2 orang bocah dan 2 orang badan besar yang menaiki jeat boat yang datang kesini, pria tua ",kata Jack sambil menatap orang itu dengan intimidasi yang kuat sampai pria tua itu ketakutan."he-h tidak berguna,cepat berpencar cari mereka !", perintah Jack kepada bawahan nya.
Lalu suara tembakan dan teriakan panik dari para pengunjung menggema di sekitar mereka. Antonio mempercepat langkahnya, meski hatinya terasa sakit mendengar kekacauan di belakang mereka. Namun, ia tahu bahwa mereka tidak punya banyak pilihan selain menyelamatkan diri.
Di sisi lain, Rafel tampak gelisah. Napasnya terengah-engah, bukan hanya karena berlari, tetapi juga karena perasaan bersalah yang mulai menyeruak dalam dirinya. Ketika mereka tiba di dermaga, seorang pria bertubuh kekar dengan wajah tegang—sopir jet boat mereka—sudah menunggu.
"Cepat masuk ke perahu!" perintah si sopir dengan nada mendesak sambil melambaikan tangannya. "Kalau kita tidak segera pergi, kita akan tertangkap!"
Antonio tanpa banyak bicara langsung melompat masuk ke dalam jet boat. Namun, Rafel ragu-ragu di tempatnya. Ia menatap ke arah penginapan yang kini semakin kacau, lalu kembali memandang Antonio dan sopir itu.
"Kenapa kita kabur?!" seru Rafel, suaranya penuh emosi. "Seperti kabur dari masalah sendiri dan melempar kesalahan ke orang lain! Mereka... mereka butuh bantuan kita!"
Antonio menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Rafel, dengar. Kalau kita kembali ke sana sekarang, kita hanya akan makin membahayakan orang-orang karena kita yang membuat mereka marah."
"karena itulah, kita yang memulai ini!" balas Rafel, hampir berteriak. Ia mengepalkan tinjunya.
Sopir jet boat itu mendengus kesal. "Hei, dengarkan aku, bocah. Hidup itu soal bertahan. Kalau kau ingin jadi pahlawan, lakukan di tempat dan waktu yang tepat. Sekarang, naik atau aku pergi tanpamu."
Rafel memandang Antonio dengan penuh keraguan, berharap sahabatnya akan membelanya. Namun, Antonio hanya menunduk sejenak sebelum mengulurkan tangan ke arah Rafel.
"Aku juga merasa bersalah," kata Antonio pelan. "percayalah, kalau kita bertahan sekarang, kita akan punya kesempatan untuk memperbaikinya nanti. Percayalah padaku, Rafel."
Rafel menggigit bibirnya, mencoba melawan rasa bersalah yang terus menghantui pikirannya. Akhirnya, dengan enggan, ia meraih tangan Antonio dan naik ke jet boat.
Begitu mereka naik, si sopir langsung menyalakan mesin dan melaju cepat meninggalkan dermaga. Angin kencang menyapu wajah mereka, namun perasaan berat di hati Rafel tidak juga hilang. Ia menatap jauh ke arah penginapan yang kini hanya tampak sebagai bayangan di kejauhan, suara tembakan dan jeritan masih terngiang di telinganya.
"Aku harap kau benar, Antonio," gumam Rafel pelan. "Karena kalau tidak, aku tidak tahu apakah aku bisa memaafkan diriku sendiri."
"Tenang saja ini masih sesuai rencana ia, dan aku sudah meninggal kan sesuatu agar mereka pergi ke tempat kita",kata antonio.
Semua orang yang mendengar omongan Antonio kaget sampai jet boat berhenti dan sopir kapal gemetar takut dan bertanya kenapa Antonio lakukan hal yang berbahaya, tapi Antonio tetap positif karena rencana ini berasal dari seseorang yang sangat kuat prediksinya dan orang yang paling pintar iya kenal, ya walau nyawa/hidup tetep udah ada yang atur, dan kita hanya perlu berusaha untuk merubah nya dengan kearah benar bukan ke yang jahat atau salah, tapi sopir jet boat masih kurang yakin dengan perkataan Antonio, Rhidos dan rafel hanya bisa terdiam, "percaya lah ini lebih baik dari pada tidak melakukan apapun", kata antonio.
"Ok,tapi satu syarat!", kata sopir itu dan Antonio bertanya apa syarat nya "panggil aku senior Ricky" ,jawab Ricky sambil mengganti baju nya .
"Senior Ricky ,yang suka ikut campur urusan orang lain ", kata mereka bertiga.
Ricky mengangguk kesal sambil melepas topinya. "Ya, Ricky yang kalian tahu, tapi tidak disangka malah negatif ya rumornya".
Rhidos, yang biasanya tenang, kini terlihat kebingungan. "Tunggu... jadi, kau tahu siapa kami sejak awal? Kenapa tidak bilang dari awal?"
"Rahasia itu penting, Nak," balas Ricky santai. "Kalau aku bilang dari awal, kalian mungkin tidak akan mendengarkan perintahku. Tapi sekarang, situasinya berubah. Kita akan menghadapi bahaya, jadi lebih baik kalian tahu siapa yang membawa kalian."
Antonio akhirnya tersenyum tipis, mengangguk dengan rasa hormat. "Baiklah, Senior Ricky. Aku harap kau siap."
Ricky tertawa kecil sambil menyalakan kembali mesin jet boat. "Aku selalu siap. Tapi kalian harus tahu satu hal..."
"Apa itu?" tanya Rafel pelan.
Ricky menoleh ke mereka dengan ekspresi penuh percaya diri. "Aku hanya punya satu aturan: jangan sampai kalian membuatku menyesal mengikuti rencana orang yang kau bilang ,walau aku sendiri belum tau rencananya".
"Tenang kalau ada bahaya kita masih bisa menghubungi ia" jawab Antonio.
Jet boat pun melaju kembali, kali ini dengan tujuan yang jelas. Dalam perjalanan Rhidos bertanya tentang siapa yang Antonio bilang rencana ia, Antonio menjawab hanya seorang yang ia kenal akan kehebatan taktiknya ,di pertahanan negara, Rhidos yang mendengar pertahanan negara kemungkinan ialah tentara , Rhidos pun merasa aman ,kalau tentara kemungkinan bakal datang nanti, kenyataan bukan lah tentara, dan rencana itu hanya tentang pengalihan.
Malam itu ketika sesudah pertengkaran Rhidos dan rafel serta sudah tidur terlelap Kembali tiba tiba ada suara yang memanggil Antonio dan yang lain "halo-o Antonio, rafel, Rhidos kalia-n di-sa-na ,halo ". Panggilan dari seseorang yang berasal dari suatu chip, karena suara itu sangat dekat dengan Antonio ia pun bangun dari tidur nya .
"Haww-h suara siapa itu !", kaget Antonio.
"Chip Fahmi menyala ?", tanya Antonio lalu suara tadi muncul kembali ,"owh-h anto-ni akhirnya ada yang jawa-b ini Fahmi " jawab Fahmi.
"Fahmi! , Owalah ternyata ini gunanya chip ukuran gede banget ini?",jawab Antonio.
"Ya bisa dibilang gitu lah,tapi gaada waktu lagi ! Aku nanya apakah kau pernah melewati bajak laut sekitar situ ?"tanya Fahmi dengan serius.
""Ya, pernah, kenapa?" tanya Antonio, suaranya terdengar penasaran.
"Hmm, oke, sesuai perkiraanku. Tapi Antonio, ada sesuatu yang harus kubilang," jawab Fahmi sambil menatap tajam, lalu mulai menjelaskan.
Fahmi membeberkan bahwa dia sudah lama mencurigai gerak-gerik para bajak laut itu. Mereka bukan sekadar kumpulan perampok biasa—mereka memiliki tujuan besar. Fahmi melanjutkan, dia punya seorang mata-mata di tengah-tengah mereka. Namun, identitas mata-mata itu dirahasiakan olehnya. Dengan informasi yang didapat dari mata-mata tersebut, Fahmi mengetahui bahwa target berikutnya para bajak laut adalah mereka bertiga. Bajak laut itu tahu tentang keberadaan mereka dan alasan kenapa flashdisk tersebut begitu penting.
"Jadi, begini. Para bajak laut itu berkumpul di sekitar Pulau Seribu karena ada rumor tentang bagian peta harta karun VOC yang dicuri dari sebuah pelelangan. Salah satu bajak laut berhasil mendapatkan bagian peta itu," kata Fahmi dengan suara serius. "Tapi yang mereka nggak tahu, aku punya mata-mata di antara mereka. Dan pria misterius yang kita temui waktu itu? Dia adalah mata-mataku."
Rhidos mendengarkan dengan alis berkerut. "Jadi... maksudnya flashdisk yang kita tukar sama pria itu adalah bagian dari rencanamu?" tanyanya bingung.
Fahmi mengangguk. "Tepat. Itulah kenapa aku butuh kalian pergi sekarang. Cari harta karun itu lebih dulu, dan jangan lupa bawa chip ini supaya kita tetap terhubung. Kalau kalian sampai tertangkap, mereka bisa menggunakan kalian sebagai umpan untuk menekanku."
Antonio yang sejak tadi mendengarkan akhirnya angkat bicara, suaranya terdengar kesal. "Tunggu, tunggu. Kau ingin kami kabur, mencari harta karun, sambil menghindari bajak laut? Itu rencana yang... nggak jelas! Dan bagaimana kau ingin kami menghadapi bajak laut kalau mereka berhasil mengejar kami?"
Fahmi menatap Antonio dengan pandangan tenang namun tegas. "Kau bisa mengatasi mereka, Antonio. Aku tahu kau bisa. Dengan tekad kepemimpinan mu, aku percaya pada kemampuanmu."
Antonio mendengus marah, tapi sebelum dia sempat membalas, suara dari chip mendadak terputus. "Hei! Fahmi! Apa maksudmu?" teriak Antonio, namun hanya keheningan yang menjawab.
Karena itu Antonio pun tidak tidur kembali dan memasukkan barang-barang mereka untuk persiapan nanti dan tidak menghalanginya kaburnya mereka , dan karena itu mereka bergegas pergi ke sebuah pulau dengan modal banyak dan peta lengkap ke tempat harta itu berada walau-u mereka sendiri masih bingung maksud dari kata-kata di peta itu.
Tapi pada akhirnya mereka turun sebentar di sebuah pulau yang terlihat masih alami dan tidak berpenghuni. Pasir putihnya berkilau diterpa sinar matahari, dan suara deburan ombak menjadi satu-satunya tanda kehidupan di tempat itu.
"Kita berhenti di sini dulu," ujar Senior Ricky. "Persediaan air kita harus diisi ulang, dan kita perlu memastikan pulau ini aman sebelum melangkah lebih jauh."
Mereka membagi tugas. Antonio dan Rafel ditugaskan untuk menjelajah area hutan, sementara Rhidos dan Ricky tinggal di tepi pantai untuk mendirikan kemah dan mengamankan kapal.
"Aku tidak suka ini," gumam Rafel pelan sambil berjalan di belakang Antonio. "Pulau ini terlalu sunyi. Bahkan burung pun tidak terdengar."
"ya ,rasanya terlalu santai," jawab Antonio sambil terus melangkah. Matanya tajam mengamati setiap sudut, mencari tanda-tanda yang mungkin sesuai dengan petunjuk di peta.
Setelah berjalan cukup jauh, mereka menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik semak-semak tebal. Di pintu masuk gua itu, terdapat ukiran simbol yang mirip dengan yang ada di peta.
"Kau melihat ini?" tanya Antonio kepada Rafel.
"Ini dia… Tapi apa artinya?" balas Rafel sambil memandangi simbol itu dengan bingung.
Antonio memeriksa peta dengan seksama, mencoba mencocokkan petunjuknya. "Sepertinya kita harus memecahkan teka-teki nya dulu," katanya. "Barat Goa, bawah batu keempat, jalan 3 arah ,bulan hitam menggelapkan dan bintang menyinari, harta atau nyawa muncul ke atas". "Mungkin kata ini hanya bisa diungkap saat bulan hitam, tapi kapan ?", tanya Rafel.
Mereka pun bingung tentang bulan malam.
Sementara itu, di pantai, Rhidos dan Ricky sedang menyelesaikan tenda terakhir mereka. Namun, mata Rhidos tertuju pada sesuatu di kejauhan. "Ricky, kau melihat itu? Ada bayangan di hutan."
Ricky berbalik, mengamati dengan cermat. "Mungkin itu hanya imajinasimu." kata Ricky sambil sedikit senyum.
"begitu ya, langsung semua.. Tapi itu sama saja membawa kehancuran kalian" kata Ricky?? didalam hati.