NovelToon NovelToon
Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Cty S'lalu Ctya

Pahit nya kehidupan yang membelengguku seolah enggan sirna dimana keindahan yang dulu pernah singgah menemani hari-hari ku terhempas sudah kalah mendapati takdir yang begitu kejam merenggut semua yang ku miliki satu persatu sirna, kebahagiaan bersama keluarga lenyap, tapi aku harus bertahan demi seseorang yang sangat berarti untuk ku, meski jalan yang ku lalui lebih sulit lagi ketika menjadi seorang istri seorang yang begitu membenci diri ini. Tak ada kasih sayang bahkan hari-hari terisi dengan luka dan lara yang seolah tak berujung. Ya, sadar diri ini hanya lah sebatas pendamping yang tak pernah di anggap. Tapi aku harus ikhlas menjalani semua ini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku berharap..
Adakah kebahagiaan lagi untuk ku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bodoh

"Yumna, bagaimana kondisi anak mu?" tanya Asep saat kita di pantry.

"Alhamdulillah kang, sudah membaik" jawab ku seraya membuat teh.

"Syukurlah" timpal Asep. Aku pun mengulas senyum.

"Yumna, kamu disiruh Bu Hana buatin kopi untuk pak bos!" ujar Luna ketika bergabung dengan kita. Aku pun mengangguk segera membuatkan kopi dan mengantarnya ke ruang pak Prayoga.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk!" perintah dari dalam. Segera ku buka pintu, ternyata disana juga ada seseorang yang pernah ku lihat di acara akad nikah ku. Dia mengulas senyum ramah padaku. Aku hanya mengangguk.

"Kau boleh pergi!" ujar dia pada lelaki itu.

"Baik pak, saya permisi!" pamit nya, dia mengulas senyum pada ku sebelum dia berlalu meninggalkan ruangan.

"Ini kopi nya pak!" ujar ku memberitahu.

"Bawah kesini!" perintah nya, terlihat dia begitu fokus dalam pekerjaan nya. Aku pun segera meletakan kopi di atas meja tepat di hadapan nya.

"Silahkan pak di minum!" ujar ku. Setelah itu aku pamit untuk kembali bekerja.

"Saya permisi dulu pak!" aku pun berbalik hendak melangkah.

"Tunggu!" cegah nya berhasil menahan langkah ku. Aku berbalik kembali menatap nya.

"Ada apa pak?" lirih ku jujur saja aku merasa was-was, apa mungkin dia akan marah dan membentak ku lagi karena rasa kopi yang tak sesuai dengan lidah nya ataukah aku membuat kesalahan.

"Kau bereskan semua ini!" perintah nya mengarah pada beberapa berkas yang berserakan di meja nya. Terlihat dia menghubungi seseorang

"Baik, aku akan segera kesana" kata nya seraya melenggang pergi dari ruangan nya. Aku menarik nafas dalam, lalu mulai membereskan berkas yang berserakan menatanya kembali. Selesai menata ku putuskan untuk keluar dari ruangan itu, tapi tanpa sengaja tangan ku menyenggol cangkir kopi nya tumpah mengotori meja dan parah nya tumpahan itu mengalir mengenai tumpukan berkas yang ada di atas meja.

"Astagfirullah hal adzim.." dengan segera aku hendak membersihkan tapi karena gugup tangan ini kembali menyenggol cangkir sampai jatuh ke lantai.

PYAR...

"Astagfirullah hal adzim"

Klek..

Tepat saat itu dia masuk dengan tatapan tajam. Dia melangkah memperhatikan semua kekacauan yang ku buat tanpa sengaja. Aku menunduk dengan meremas kedua tangan ku.

"Apa yang kau lakukan?" tanya nya mengintimidasi di lihat nya berkas penting yang ada di meja kotor terkena tumpahan kopi.

"Ma-af kan saya pak tadi tangan-"

"CUKUP!" Berang nya. Aku tersentak, jujur aku merasa begitu takut apalagi tatapan itu seolah menikam ku. Dia nampak menarik nafas dalam. Dia memilih duduk di sofa yang ada di ruangan nya.

"Bawakan salinan dokumen tadi!" seru nya saat menghubungi seseorang.

"Cepat bersihkan!" perintah nya. Aku mengangguk.

"Baik pak" lirih ku mulai mengelap meja. Berkas yang terkena tumpahan kopi ku lihat yang terkena cuma sampulnya saja dan itu masih bisa di ganti dengan sampul yang baru.

"Buang itu!" pinta nya. aku menatap ke arah dia yang masih duduk di sofa.

"Tapi pak-" kataku terhenti saat mendapati tatapan menghunus itu. Akhirnya aku pun mengangguk dan membuangnya di tempat sampah. Setelah itu aku mulai berjongkok mengambil pecahan cangkir yang jatuh tadi berserakan di lantai. Beruntung aku memakai sepatu jadi kaki ini tidak terkena pecahan nya.

"Auww.." refleks ku ketika tangan ini tergores pecahan beling.

Tes

Cukup dalam juga membuat darah mengalir, dengan cepat ku hisap untuk meredah kan perdarahan.

"Bodoh!" pekik nya menatap ku. Terlihat dia keluar, aku meringis ternyata cukup perih, saat hendak berdiri untuk mengambil tisu tiba-tiba kepala ini pusing membuatku terhuyung, beruntung ada meja jadi aku bisa berpegangan pada meja agar tidak jatuh. Pintu terbuka dimana dia datang kembali bersama Tiara membawa peralatan bersih-bersih.

"Yumna, kamu tidak apa?" Tiara menghampiri ku nampak begitu khawatir melihat wajah ku nampak pucat.

"Tidak apa-apa" jawab ku dengan gelengan kepala.

"Kamu istirahat saja, biar aku yang bersihkan!" kata Tiara. Tapi aku menolak bagaimanapun ini semua kesalahan ku.

"Tidak Tiara, biar aku saja yang bersihkan, lagian tugasmu kan masih banyak" tolak ku halus.

"Tapi kamu nampak pucat" ujar Tiara.

"Tenang lah, aku baik-baik saja kok, terima kasih sudah bawakan sapu dan pel" timpal ku meyakinkan Tiara.

"Kalian ini sudah drama nya" sela pak Prayoga berdiri mengamati kami. Aku dan Tiara sempat melirik, aku mengangguk, Tiara pun akhirnya memilih pergi.

"Kalau begitu saya permisi dulu pak" pamit Tiara. Pak Prayoga pun duduk di sofa. Aku segera membersihkan pecahan cangkir lalu mengepelnya. Terlihat pak Prayoga memperhatikan ku dan itu membuat ku tak nyaman. Beruntung ada lelaki tadi masuk jadi bisa mengalihkan pandangan nya dari ku.

"Pak ini salinan dokumen yang bapak minta" kata lelaki itu menyerahkan berkas dokumen pada pak Prayoga. Lelaki itu sekilas memperhatikan ku yang sedang mengepel bekas pecahan beling itu.

"Maaf pak, saya permisi" pamit ku usai mengepel.

"Hem.." jawab nya dengan deheman.

Bel pulang pun berbunyi, semua karyawan bersiap untuk pulang.

"Yuk Yumna kita pulang" ajak rekan-rekan ku.

"Kalian duluan saja" tolak ku halus, rencananya aku mau menemui pak Prayoga dulu.

"Kamu yakin?" tanya Tiara memastikan. Aku mengangguk.

"Hem,, aku mau beli buah dulu sebelum ke rumah sakit" alibi ku

"Ok, kalau gitu kita duluan, jaga dirimu" ujar rekan rekan ku dengan seulas senyum.

"Ok." angguk ku. Mereka berempat berlalu meninggalkan pabrik. Dan kini aku akan menemui pak Prayoga di ruang nya. Biasanya pak Prayoga memang pulang agak terlambat. Di depan ruangan nya diri ini mencoba menarik nafas dalam sebelum mengetuk pintu.

Tok.. Tok..

Klek..

Pintu terbuka terlihat dia sudah bersiap pulang. Dia menatap ku heran mungkin.

"Ada apa?" tanya nya datar. Aku mencoba menatap ke arah nya.

"Maaf pak, saya minta izin mungkin pulang ke rumah bapak agak malam" lirih ku. Dia terlihat menghela nafas kasar.

"Terserah.." jawab nya berlalu.

"Assalamu'alaikum.." salam ku ketika membuka pintu di kamar anak ku. Tapi ternyata di dalam tidak ada siapapun brankar juga kosong dan tertata rapi.

Deg

Rasa khawatir pun mendera dalam pikiran ku, segera ku keluar untuk mencari keberadaan anak ku, siapa tahu di taman. Tapi saat di taman aku tak menemukan keberadaan anak ku.

"Emir, kamu dimana nak?" lirih ku mencari keberadaan anak ku. Dengan langkah cepat aku segera berlari menuju resepsionis.

Bruk..

"Maaf kan saya" kata ku tulus ketika menabrak perawat.

"Bu Yumna"

"Sus, kemana anak saya? di kamarnya tidak ada?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!