Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Kegiatan elea setiap hari adalah dengan membantu ibunya yang setiap hari di ladang tak hanya itu ibunya juga buruk kepada tetangganya yang sedang membutuhkan tetangganya.
“elea, kalau kamu sedang sibuk belajar lebih baik kamu jangan membantu ibu hari ini.”
“tidak apa- apa bu, elea bisa belajar setelah elea membantu ibu kok.” Jawab elea degan senyuman.
“apakah kamu tidak lelah? Setiap hari kamu membantu ibu ke ladang.”
“tidak apa- apa bu, ini semua juga demi aku biar bisa tetap lanjut sekolah.” Jawab elea penuh dengan keyakinannya.
Mereka berdua berjalan ke ladang dengan perasaan berbeda setiap harinya.
“bu... apakah kita nanti bisa keluar dari lingkaran kemiskinan ini ya?” ujar elea sedikit dengan nada penuh pertanyaan.
“jangan mudah putus asa elea, ibu yakin suatu saat nanti kamu akan menjadi orang yang sukses.”
“aamiin buu....”
Terkadang elea juga menangis meratapi nasibnya yang bisa dibilang sangat memprihatinkan. Namun, masih ada orang baik yang selalu menolongnya dan membantu keluarganya.
“pak narto ke sawah lagi?” sapa elea
“iya ini nduk, sawah bapak sebentar lagi panen. Kalau tidak ditunggu takutnya habis dimakan burung.”
Pak narto merupakan tetangga elea yang memiliki sifat netral, iya juga seorang duda sama halnya dengan ibunya elea ditingga meninggal pasangannya.
“betul itu pak, harus ditungguin setiap harinya biar tidak dimakan hama burung.” Jawab elea dengan ramah.
“kamu lulus kapan elea?”
“waduh pak, masih lama saya masih kelas 2 ini.” mendengar penuturan elea pak een hanya mengangguk saja.
“yasudah pak, saya duluan ya. Nanti keburu sore kalau ngobrol terus.”
*****
“alhamdulillah ya lea, kita bisa lolos mewakili sekolahh kita. Ujar jefri sambil tersenyum bahagia.
“iya kak, alhamdulillah ya. Akhirnya kita bisa membawa nama baik sekolah kita.”
“ohhh iya, setelah lolos ini kita akan mewakili sekolah kita di singapore lo.” Elea langsung membelalakkan matanya. Rasanya, untuk pergi kesana akan sangat mustahil.
“kamu kenapa? Kok malah bengong begitu sih?”
“eeh... anu... kak... enggak kok. Aku kaget saja, aku rasa sangat mustahil bagiku untuk pergi ke luar negeri.”
“tidak ada yang mustahil elea, kita harus berusaha keras agar cita- cita kita dapat terwujud.”
“benar kak, kita harusss semangaattt....” ucap elea yang semangatnya sudah kembali.
“begitu dong elea yang semangat. Aku berdoa setelah itu kita juga akan lolos di negara lainnya.”
“semoga saja kak... huffttt aku rasa akan sagat sulit sih.”
“tidak ada yang sulit kalau kita terus berusaha yang terbaik..”
“benar apa yang kamu bicarakan kak.” Mereka berdua berjalan melewati lorong- lorong sekolahan.
“halahhh.... baru menang begitu saja sudah bangga.” Celoteh ike, ia bermaksud menyindir ke arah lea.
“sudah elea jangan di hiraukan omongannya.” Bisik jefri bermaksud agar elea segera mempercepat jalannya.
Elea pun mengikuti apa yang dikatakan oleh jefri, ia tak menoleh sedikit pun kepada ike.
“awas saja loe” gerutu ike dalam hatinya. Ia yang kesal pun menghentak- hentakkan kakinya menjauhi elea dan jefri.
“kenapa sih loe? Asem banget wajah loe.” Sapa candra.
“pergi sana, bikin gue nggak mood saja.” Ucap ike dengan ketus kepada candra.
“duh, kalau galak gini tambah cantik.” Ucap candra lalu dia menyentuh dagu ike sambil mengedipkan salah satu matanya.
“pergiii loeee.... bikin muakkkk.” Bentak ike kepada candra.
“tuhh kan tambah manis saja kalau marah- marah.” Ike yang bosen dengan perkataan candra ia pun memilih pergi kembali ke kelasnya.
“memang semuanya nyebelin.” Gerutu ike sambil masuk ke dalam kelas.
“kenapa sih loe, dateng- dateng ngomel mulu.” Tanya ayu.
“tahu nggak loe...”
“enggak itu.”
“gue belum selesai ngomong.” Ucap ike sambil menatap sinis ke arah ayu.
“iya...iya gue dengerin. Mau ngomong apa sih loe sampai- sampai loe kesel begitu.”
"anak orang miskin itu semakin deket aja sama jefri, bahkan dia juga lolos olimpiade." gumam ike dengan nada tidak suka.
"wahh harusnnya sih bangga dong, sekolah kita bisa lolos olimpiade." ucap ayu dengan santai.
"ohh jadi loe lebih membela anak miskin itu, loe kompromi sama dia?" ucap ike yang sudah tersulut emosi.
"ehh...e-enggak gitu ke, gue cuma senang aja sekolah kita lolos. Beneran deh nggak ada maksud lain." jawab ayu dengan nada sedikit takut.
teman- teman ike memang tidak berdaya ketika di tekan olehnya. Mereka akan mengikuti semua perintah ike.
"bagus deh... Awas aja loe sampai belain dia lagi." ancam ike kepada ayu.
"ya mana mungkin sih ke." ucap ayu membujuk.
"apaan sih dihhh..." ucap ike saat candra masuk ke ruangannya dan ia duduk di depan ike.
"jangan jutek- jutek, ntar loe naksir sama gue."
"dih...ga akan." tolak ike mentah- mentah kepada candra.
"kenapa sih loe nggak pernah bisa buka hati buat gue? Emang gue kurang apa coba?" tanya candra kepada ike dengan wajah memelasnya.
"kurang banyak." jawab ike tanpa memandang wajah candra. Ia justru memainkan kukunya yang baru saja ia nail art.
"hufttt..." candra menghembuskan nafasnya kasar mendapat penolakan dari ike untuk beberapa kali.
ia pun menyerah dan pergi meninggalkan ike begitu saja di dalam kelas. ia lebih memilih pergi ke taman menemui sahabatnya.
"kenapa tuh muka? Di tekuk aja kayak kanebo kering." tanya ardan tak lain sahabat candra.
"huft...entahlah." jawab candra sambil memalingkan wajahnya.
"di tolak ike lagi loe?" tanya ardan, ia memang sudah bisa menebak kenapa sang sahabat bisa seperti itu ya tak lain dan tak bukan urusan cinta.
"sok tau banget sih loe."
"ya apa lagi kalau bukan itu?"
"entahlah... Gue juga bingung. Kenapa ya ike nolak gue terus? gue kurang apa coba? gue bahkan udah nolak cewek- cewek di luar sana yang lebih dari dia tapi kenapa dia malah nolak gue sih." gerutu candra.
"yaa sabar dong, namanya juga hati mana bisa dipaksa?"
"yang loe omongin emang ada benarnya, mending gue nyerah aja deh."
"yakin loe? Bukannya cinta harus di perjuangkan ya?"
"berjuang tapi nggak diharga ya sama aja bohong." jawab candra sambil menghembuskan nafasnya kasar.
"ya itu loe tau, kalau loe di tolak terus ya berarti dia bukan yang terbaik buat loe. Mending loe cari yang lain aja deh. Kayak nggak ada perempuan lain di luar sana." jawab ardan.
"tapi dan, entah mengapa gue nggak bisa berpaling dari ike."
"loe tuh cuma cinta monyet, jadi nggak usah deh ngadi- ngadi."
"si*lan loe... Dah lah gue pergi aja. Ngobrol sama loe lama- lama bikin gue tambah pusing."
.
Hayo...siapa disini yang kayak candra? Cintanya bertepuk sebelah tangan... Hehehe canda gaisss...✌️✌️