Menikah Dengan Sahabat Mantan

bab 6

Setelah mandi dan Sholat subuh Ber jama'ah. Mas Tio pun mulai ber doa.

"Ya ALLAH ya Tuhan ku. Berikan lah kami ke turunan Yang Sholeh Atau Sholehah, atau dua dua nya juga boleh. Beri kan Lah kami, Anak yang normal dan sehat, Cantik ,imut ,lucu atau ganteng!"

"Aminnnnnnnnn," ucap ku dengan lantang.

Mas Tio pun menengok ke arah ku, dengan mengangkat sebelah alis nya.

"Kenapa, kamu sin? kok semangat banget ngucap amin nya? " tanya Tio

"Ouopssss, maaff, mas. Aku jadi ber semangat banget karna denger ucapan anak dari kamu." Seketika, wajah ku pun memerah bagai kan kepiting rebus.

"Ya elahhh, Sin. Bola nya aja masih belum masuk gol," kata mas Tio sambil tertawa menampilkan gigi nya yang rata itu, bagai kan pagar yang ber cat putihh. Wkwkwk

"Kok bola sih, mas? apa hubungan nya sama anak?" ucap ku dengan sangat kebingungan. Padahal aku Pura-pura polos aje.

***

Setelah ber dandan secantik mungkinn. Aku pun keluar kamar dan pergi Menuju Dapur, mau bantu Ibu dan Mami mertua dulu masak.

Karna sebagai anak yang sholehah. Aku ini harus rajin bantu Ibu / Mami mertua masak.

Sebagai seorang istri, aku juga harus belajar Untuk menyiapkan makanan yang enak dan lejat untuk Mas Tio.

Takut nanti Mas Tio jajan di luar ... Masa sudah punya istri masih makan di warung. Upssss di lestoran maksud nya. Kan Mas Tio orang kaya. Hehe atau mungkin juga di kantin kantor.

"Sin, kok kamu dari tadi senyam senyum mulu. Kapan bantuin, nya?" kata Ibu yang terlihat sewot aje.

"ehhh iya, Bu. Dari tadi juga mau bantuin,"

sahut ku "tapi, aku malah mikirin Mas tio."

"Mas Tio itu kan sudah punya istri," ucap ku. "masa harus makan di warung. Ehhh salah lagi ni mulut. Maksud ku di lestoran atau di kantin.

Aku sebagai seorang istri kan, harus selalu masakin dia, agar Mas Tio selalu merasa kenyang dan senang, saat bersama ku, dannn--"...

"Udah udah!" sahut Ibuk

"Kapan kamu masak nya? kalo kamu dari tadi ngelamun sambil senyam senyum. Terus nyerocos pula, kan masakan nya ngak jadi-jadi, kalo dari tadi Ibuk dengerin kamu, itu. Hehhhhh," ucap Ibuk kesal.

"Wkwkwk," ucap ku.

"Apa an, tuh. Wkwkwk sin? kalo ketawa ya ketawa aja. Gak usah nyebut wkwkwk!"

Ibu ku pun makin sangat kesal. Di ikuti senyuman ku yang sangat lebar.

Mami mertua pun hanya diam dan sesekali senyum kepada ku, atau pun geleng-geleng kepala. Gara-gara dari tadi liat aku gak ngelakuin apa pun ,dan hanya banyak bicara. Maaf Mami mertua. 😁

Kami pun mulai memasak bersama, sambil ber canda gurau. Karna Mami mertua juga sangat asik di ajak bicara.

****

Masakan kami pun sudah siap, dan sudah ku tata rapi di atas meja." Sudah siap Bu,Mi, " ucap ku.

"Ya udah, sana panggil Suami mu," ucap mami mertua.

"Okeeee siap, bos!" sahut ku sambil memberi hormat, kepada Mami mertua.

Mami pun hanya tersenyum, melihat kelakuan ku yang agak aneh ini.

Aku pun mulai mengetuk kamar.

" Masss," ucap ku tak ada sahutan

"Massss...." Tok Tok Tok.

"Hadeh, Tio ini. Ngapain sih? ... Ohh iya ya. Ini kan kamar kami, ngapain aku harus ngetuk pintu sih? sambil teriak-teriak manggil, tinggal buka aje masukkk, apa salah nya coba." Pintu kamar pun ku buka.

"Ya elah Mas! ... Pantes Aje kamu dari Tadi di panggil, Nggak nyahut-nyahut.

Rupa nya kamu lagi pakai earphone, sambil merem lagi. Apa lagi, itu mulut nya, komatt kamit bagai kan dukun baca mantra.

"Mas," ucap ku sambil menggoyang kan badan nya.

Mas Tio, masih saja ter kejut dan loncat lagi, dari ranjang nya. Langsung berdiri dan memasang kuda kuda.

Sekali melihat yang menggoyang kan badan nya itu aku. Mas Tio pun mulai sadar.

"Ehhh kamu, Sinn. Aku kira siapa tadi." Pipi Tio pun merah merona, karna merasa malu.

"Iya mas, aku. Siapa lagi? ... Ayo kita sarapan dulu."

"Iya Sin ,oke ,siap ,sipp" ucap Tio .

Hehhh lengkap banget. muka ku pun begini menanggapi Mas Tio. 🙄😒

****

Kami pun mulai makan ber sama. Aku sangat lah bahagia, karna persatuan dan kesatuan bangsa ini. Ehh maksud nya keluarga ini.

Keluarga yang lengkap.

Aku dan Mas Tio,

Ibu dan Bapak,

Mami dan Papi mertua,

Kakak Mas Tio yang baru datang pagi ini bersama istri nya, yaitu

Bang Galih dan Mbak Yunda

kami pun makan bersama.

"Tio," ucap bang Galih.

"Gimana malam pertama kalian?"

"Hadehhh, abang kok nanyain kek gitu sih. Malu maluin aja," sahut Tio.

"Ihhhh, kan Mas Hanya kepo aja," kata bang Galih sambil tertawa, di ikuti tawa yang lain.

Kami pun makan bersama, di ikuti Canda tawa riang bersama .

****

Makan bersama pun kini telah selesai. Kini aku dan Mas Tio ber niat untuk membuka kado.

"Ayo, Sin. kita membuka kado ber sama."

"Ayo, mas."

Kami pun ber jalan ke ruang tengah. Di mana kado di letak kan. Karna kalo kado nya di letak kan di kamar, ya mengganggu pemandangan. Karna kamar kami sudah di hias semalam.

Kami pun mulai membuka kado satu persatu.

"Wah, mas. bagus banget kalung nya ini,

dan ini mas liat, baju setelan nya juga bagus, nahh ini juga, baju daster, cocok juga buat aku masak, nggak gerah ini."

"Waoooww ini mas liat, sendal jepit juga ada. Entah siapa ini yang beri wkwkwk.

Tuh tuh ,sprai ranjang pun ada. Eh kelambu nya juga ada. Eh eh ... Ini siapa yang beri lagi, ada sabun daya cuci baju, yang bertulisan 5000 ituhh, ada ada saja." Kami pun membuka kado dengan terlaten, satu persatu kami buka.

Hingga akhir nya. Aku pun membuka

kado dari Siska teman ku.

DARI SISKA UNTUK SINDI..

"Hehh, besar banget tulisan nya," ungkap ku. "hampir sama besar nya, kaya bungkusan kado nya."

Kertas kado yang pertama pun ku robek. "Ehh masih ada bungkus nya lagi," ucap ku

kertas kado yang kedua aku robek lagi,

"Ehhh, ada lagi," ucap ku sebelll. Aku pun membuka nya dengan keras dan sampai kotak nya pun ikut sobek.

Ter nyata, ohhh ternyata ... Isi nya bikin ter cengang. Mata Mas Tio membulat saat melihat isi dari kado Siska. Aku pun sama, (dasar teman locknut,) batin ku.

Masa Siska memberi aku obat kb, sama ko*d*m.

Ehh, ada lagi. Ini baju haram alias baju dinas ada juga nongol, 5 lembar lagi.

Aku pun ter sipu malu kepada Mas Tio. Karna dia juga melihat isi kado ini.

Aku pun menaruh nya ke belakang ku, dan Tio pun me ngalih kan pandangan nya, dengan sikap yang pura-pura biasa aja. Padahal aku tau ... tu muka kaya gerougi banget. HEHEHE

Aku mulai membuka kado yang satu nya lagi. Yang ber tulis kan.

UNTUK SINDI DARI ANDIN

"Waduh, ni sahabat aku berdua, lagi kesambet apa an sih. Ini tulisan pada gede gede benerrrr," ucap ku bicara sendiri..

"Kenapa Sin?"

"Ehhh, nggak papa mas," sahut ku sambil tersenyum lebar.

Satu kertas kado.. Dua.. Tiga..

Sama ini pada tiga kertas kado ... Nggak cape apa? bikin kado, kalo kertas kado nya 3 lapis begini.

Kini aku membuka kotak nya. eh eh ... Kenapa ini sahabat, pada janjian apa? beri kado ke aku? kok isi nya sama. Hanya warna nya yang lain.

Isi dalam kado Andin pun sama, obat kb ,ko*d*m, dan baju haram / baju dinas.

Alhasil, banyak lah aku punya baju kurang bahan ini. Lima tambah lima, ya sepuluh lembar. Aku mulai menghitung dengan jari ku sambil ketawa sendiri.

"Kamu hitung apa an sih, sin. sambil ketawa lagi?" tanya Mas Tio sambil membuka kado lain nya.

"Ehhh enggak ,enggak mas!..aku gak hitung apa-apa."

Mana bisa, aku bilang hitung baju dinas ku yang sepuluh lembar ini hehe.

****

Malam pun tiba lagi kini ada lah malam kedua kami.