Perjanjian antara sang Daddy dan Queena, jika dia sudah berusia 18 tahun dia diperbolehkan berpacaran.
"Daddy! Aku sudah mempunyai pacar! Aku sangat menyukainya."
Saat Queena mengatakannya, seakan dunia menjadi gelap. Vard Ramberd seketika emosi. Ia tak rela pria lain memiliki Queena, gadis itu adalah miliknya!
Dengan kasar Vard memanggul tubuh Queena di pundaknya, menjatuhkan gadis itu ke atas ranjang menindihnya. "Queena, kau selamanya adalah milikku!"
Setelah Vard menodai paksa Queena, gadis itu memandang penuh benci pada sang Daddy. "Aku membencimu, Vard Ramberd! AKU MEMBENCIMU!!!"
---Kuy ikuti kisahnya, lovers ♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rick, Kita Tak Bisa Melanjutkan Hubungan Ini.
Saat sarapan teriakan Tuan besar Bernard memekakan telinga Vard, sang Ayah menatap kesal pada putranya itu.
"Dasar putra tak tau diri, kenapa kau membawa Queena pergi dari pesta. Semua menanyakan apa yang terjadi, dasar anak kurang ajar!" teriak Tuan besar Bernard.
Vard sedang menyuapi sarapan pada Queena, "Sayang, habiskan su su nya. Apa sebaiknya kamu jangan sekolah, nanti teman-teman kamu akan banyak bertanya. Bukankah kamu masih sakit?"
"Sakit? Apa semalam kamu membawa Queena pulang karena cucu kesayanganku ini sakit?" Tuan besar mendekati kursi Queena dengan langkah kaki tua-nya.
Queena tersenyum, "Aku baik-baik saja kek, tubuhku hanya sedikit hangat."
Tuan besar meraba dahi Queena, "Hangat, tapi sedikit panas. Sudah minum obat?"
"Wales semalam kesini, dia sudah memeriksa Queena. Nanti aku akan minta obat padanya." Timpal Vard.
"Daddy benar, aku sekarang baik-baik saja Kek. Duduklah, mari sarapan bersama." Queena menahan kesedihannya, tersenyum seperti biasa di depan sang kakek.
"Kakek sudah sarapan, kakek hanya mengkhawatirkan mu. Semalam kakek menelepon Daddy-mu tapi dia tak menjawab."
"Pah, jangan ganggu Queena. Biarkan dia habiskan sarapannya." Vard menatap tajam Tuan besar.
"Huh! Kau tak perlu menatapku begitu, Vard. Aku sudah tau alasan kalian berdua pergi semalam, sekarang aku akan pulang. Nanti malam, Kakakmu ingin makan malam sekeluarga merayakan Rossi lulus kuliah. Datanglah bersama Queena."
Vard mengangguk.
"Kalau begitu, kakek pergi. Sayang, kalau masih sakit hubungi kakek."
"Ya, kek. Kakek jangan lupa minum obat," Queena menarik tangan sang kekek menepuknya lembut.
Tuan besar Bernard menatap Queena, ia mengelus kepala gadis itu. "Cucu kakek paling baik, kakek pergi."
Queena mengangguk.
Setelah Tuan besar pergi, Vard mengelus pipi Queena. "Sayang, nanti Daddy jemput kamu ke sekolah, ya?"
"Terserah Daddy, bisakah berangkat sekarang?"
"Baik, ayo."
Tak berapa lama mobil Bugatti Vard sampai di depan sekolah, Vard menutup sekat antara jok supir di depan dan jok belakang. Dia menarik tubuh Queena, menarik dagu gadis itu mencium bibirnya lembut lalu melepasnya. "Jangan dekat-dekat Rick di sekolah, atau Daddy akan marah. Ingat! Kamu adalah milik Daddy."
Queena hanya menatap sang Daddy datar, ia mengangguk. Gadis itu membuka pintu mobil, lalu turun. "Aku pergi."
"Dah, sayang." Vard tersenyum.
Queena berbalik berjalan ke dalam sekolah.
Senyum Vard hilang digantikan tatapan dingin, "Kamu pikir Daddy tidak mengenalmu, Queena. Aku tau kamu sedang merencanakan sesuatu, kamu salah besar jika menganggap Daddy bodoh." Vard memijit nomer seseorang.
"Ya, Tuan Vard?"
"Ada tugas untukmu, datanglah ke sekolah putriku. Awasi dia, semua gerak-geriknya dan laporkan padaku."
"Baik, Tuan."
Vard mematikan panggilannya, dia menghela nafas. Dia membuka kembali sekat. "Jalan!"
Mobil pergi dari pelataran depan sekolah.
Queena menebalkan wajahnya saat teman-teman sekelasnya bertanya kenapa semalam dia menghilang, dia hanya mengatakan jika dia sakit. Tapi saat bertemu Rick, seketika hatinya merasa sakit.
"Ayo bicara, Queena." Rick menarik tangan Queena, membawanya ke lapangan basket yang sedang kosong.
Dengan cepat Queena melepaskan genggaman tangan Rick, "Rick, ini. Kita tidak bisa melanjutkan hubungan kita, aku juga menolak pertunangan ini." Queena memberikan cincin pertunangan yang diberikan Rick padanya semalam.
Rick memandang sedih cincin di telapak tangannya, "Kenapa? Kenapa Queena? Apa Daddy-mu tak mengijinkan? Semalam apa yang terjadi? Sepertinya itu bukan karena kamu sakit," pemuda itu menatap Queena dengan tatapan sakit hati.
"Rick, maaf. Maaf..." Queena mengigit bibir bawahnya menahan tangisan yang akan pecah, gadis itu berlari pergi.
"Queena..." lirih Rick.