NovelToon NovelToon
Dijebak Di Malam Pengantin

Dijebak Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / One Night Stand
Popularitas:567.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Aura, gadis berusia 26 tahun yang selama hidupnya tidak pernah memahami arti cinta.

Karena permintaan keluarga, Aura menyetujui perjodohan dengan Jeno.

Akan tetapi, malam itu akad tak berlanjut, karena Aura yang tiba-tiba menghilang di malam pengantinnya.

Entah apa yang terjadi, hingga keesokan harinya Aura justru terbangun di sebuah kamar bersama Rayyan yang adalah anak dari ART di kediamannya.

"Aku akan bertanggung jawab," kata Rayyan lugas.

Aura berdecih. "Aku tidak butuh pertanggungjawaban darimu, anggap ini tidak pernah terjadi," pungkasnya.

"Lalu, bagaimana jika kamu hamil?"

Aura membeku, pemikirannya belum sampai kesana.

"Tidak akan hamil jika hanya melakukannya satu kali." Aura membuang muka, tak berani menatap netra Rayyan.

"Aku rasa nilai pelajaran biologimu pasti buruk," cibir Rayyan dengan senyum yang tertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Tersangka

Bab 6

Rayyan

Ia menghela nafas berat setelah Aura keluar dari kamarnya pagi tadi. Gadis itu bahkan menutup pintunya dengan keras.

Tolong jangan tanyakan kepadanya mengenai apa yang terjadi, sebab ia sendiri benar-benar tidak mengingatnya.

Berbanding terbalik dengan rasa pening di kepala, tubuhnya justru terasa ringan luar biasa.

Akan tetapi, jauh dilubuk hatinya yang terdalam–yakin–jika sesuatu memang telah terjadi diantara dirinya dengan Aura.

Ah, gadis itu. Mungkin Aura tidak mengingatnya, atau justru melupakannya, tapi ia selalu terbayang pada pemilik wajah sendu itu.

Dan hari ini, tepatnya pagi ini, ia kembali melihat kabut mendung yang sama diwajah Aura, dan parahnya itu terjadi karenanya.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Disaat sedang berpikir, pintu kamarnya terdengar diketuk. Bi Dima ada disana.

"Mas Rayyan."

"Ada apa, Bi?"

"Katanya Mas Rayyan mau pulang hari ini. Kalau jadi, biar Bibi bantu berkemas. Lagipula, keadaan di rumah sini lagi gak kondusif, sepertinya bakal ada masalah besar."

"Kenapa Bibi bilang gitu?"

Bi Dima menghela nafas singkat, wanita paruh baya itu tampak menggeleng lemah.

"Pernikahan Non Aura semalam, gagal."

"Hah?" Ia melongo. Kalau saja Bi Dima tidak mengingatkannya soal ini, ia pasti tak ingat jika harusnya semalam Aura memang telah melangsungkan acara akad.

Pikirannya langsung berkecamuk, menghubungkan semua yang sudah terjadi. Mulai dari pernikahan Aura yang gagal, sampai pada momen berakhirnya Aura di kamarnya.

"Non Aura semalam menghilang. Sudah dicari ke seluruh isi rumah, tapi gak ketemu. Padahal mobilnya masih ada di garasi." Bi Dima kembali menjelaskan, rupanya wanita itu sudah masuk ke dalam kamarnya dan terlihat ingin merapikan tempat tidurnya.

Ia masih larut dengan pemikirannya yang seperti benang kusut, disaat Bi Dima kembali bersuara.

"Mas Rayyan jadi pulang?"

"Harusnya saya memang pulang sejak seminggu yang lalu kan, Bi."

"Nah, ya itu. Kenapa Mas Rayyan tiba-tiba mau bantuin disini?" Bi Dima kembali menoleh padanya. "Padahal biasanya Mas Rayyan yang terbiasa dibantu." Bi Dima mengulumm senyumnya.

Ia mengusap kasar wajahnya sendiri, lalu pandangannya tak sengaja menatap pada bercak di sprei tempat tidur. Tubuhnya langsung membeku seketika.

"... Mas Rayyan bahkan bilang kalau Mas itu anaknya Bibi. Kenapa to', Mas?"

Ia memang mendengar ucapan Bi Dima, tapi pandangan matanya tetap jatuh pada noda merah disana. Andai tadi Bi Dima tidak menggeser posisi selimutnya, pasti ia belum juga dapat melihat bercak itu.

"Mas? Mas Rayyan?" Bi Dima terdengar mendesak.

"Saya kan memang anak Bibi," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan–lebih tepatnya sambil berpikir bagaimana mengusir Bi Dima sebelum wanita itu menyadari kejanggalan yang ada di sprei tersebut.

"Iya, anak yang Bibi asuh sejak bayi, sekarang sudah besar dan tampan lagi," goda Bi Dima belum sadar kemana arah pandangan matanya saat ini.

"Berarti benar kan, kalau saya anak Bibi." Ia kembali menatap Bi Dima, "tapi, sepertinya saya belum bisa pulang, Bi. Karena ada masalah yang saya buat tanpa sengaja. Saya mau menyelesaikan masalah ini dulu," terangnya ambigu.

"Lho, lho, Mas Rayyan buat masalah apa? Apa perlu bantuan Bibi untuk menyelesaikannya?"

"Sekarang belum. Tapi kalau nanti saya butuh Bibi untuk membantu, saya akan segera bilang." Ia memegang pundak Bi Dima, mengarahkannya ke arah pintu keluar. Syukurnya wanita baya itu menurut dan tidak protes.

"Saya mau mandi dulu, ya, Bi. Biar kamarnya saya saja yang bereskan."

Kali ini Bi Dima tampak mengernyit. "Mas Rayyan yakin? Bisa?" Bi Dima tampak ragu.

"Bisa, Bi." Ia meyakinkan. "Bibi udah mengajari saya banyak hal, kan?" ujarnya.

"Iya, tapi–"

"Udah, saya bisa kok. Cuma beresin kamar ini saja pasti bisa."

Akhirnya Bi Dima keluar dari kamar dan pergi menuju rumah utama.

Setelah kepergian Bi Dima, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia jelas tahu noda apa yang kini mengotori sprei di tempat tidur.

"Astaga …" ia mendesahh frustasi. Ternyata semuanya memang terjadi, dan dirinyalah tersangkanya disini.

Setelah mengganti sprei dan lanjut mandi, ia mendengar pintu kamarnya kembali di ketuk. Kali ini ia kembali mendapati Bi Dima disana. Tapi, kali ini wajah Bi Dima tampak tegangg.

"Ada apa, Bi?"

"Mas Rayyan di panggil sama Bu Yara."

Glek, ia menelan saliva dengan berat. Apa ini ada kaitannya dengan masalah yang sudah ia perbuat pada Aura?

"Iya, Bi. Saya akan menemui beliau."

"Tapi, ada apa, Mas? Kenapa tiba-tiba Bu Yara mau ketemu sama Mas Rayyan?"

"Bibi tenang dulu, ya. Ini sepertinya ada kaitannya sama masalah yang saya buat tanpa sengaja."

"Sebenarnya ada masalah apa, Mas?"

Ia menggeleng samar, menutup pintu kemudian.

"Kita temui Bu Yara dulu biar saya bicara dan menjelaskannya disana, ya, Bi."

Sesampainya dikediaman Aura, ternyata ia benar-benar di sidang siang itu. Sepertinya semua keluarga besar Aura sudah mengetahui apa yang terjadi.

Ia tak masalah untuk disalahkan karena ia sadar jika ia memang bersalah. Kendati itu semua terjadi tanpa kesadaran penuh didalam dirinya.

Pun demikian dengan saudara Aura yang mengumpatnya, ia menerima itu bulat-bulat. Ia memang breng sek, bahkan sebelum sesuatu antara ia dan Aura terjadi, gelar itu sudah lebih dulu melekat dan disandangkan oleh keluarga besar sang Ayah kepadanya.

"Saya tau jawaban saya memang terdengar seperti pria breng sek. Saya tidak menyangkal hal itu. Tapi, meski saya tidak sadar apa yang sebenarnya terjadi, saya siap untuk bertanggung jawab atas perbuatan yang sudah terlanjur saya lakukan," katanya berusaha gentle.

"Tanggung jawab apa yang bisa kamu berikan?" Pak Sky kembali terfokus padanya.

"Saya siap menikahi Aura sebagai bentuk pertanggungjawaban saya. Itupun jika saya diizinkan."

Ia dapat melihat respon Aura diseberang sana. Gadis itu terlihat menggeleng kuat dalam posisinya. Ia paham kenapa Aura harus menolaknya. Jelas saja, mereka baru saja mengenal sebelum semua ini terjadi. Meski pada kenyataannya, seminggu yang lalu bukanlah pertemuan pertamanya dengan sang gadis.

"Aku enggak mau, Pa, Ma." Terdengar Aura menyahut lirih.

Semua mata kini tertuju pada gadis itu, termasuk ia yang juga menatap Aura sekarang.

"Aura, jika Rayyan siap menikahi kamu, itu lebih baik, Sayang. Dia mau bertanggung jawab …" Kali ini, Nenek Aura yang bersuara.

"Aku gak mau, Oma. Aku gak mau!" Aura tampak histeris.

Melihat itu, ada denyutan nyeri di dadanya, ia seakan ditampar rasa bersalah melihat keadaan gadis itu. Ini semua karena dirinya. Apa yang harus dia korbankan untuk membuat gadis itu bisa menerima dan memaafkannya?

Tak lama dari itu, Aura pun bangkit dari duduk, kemudian melesat pergi diiringi dengan isakan yang sangat membuatnya semakin merasa berdosa.

...Bersambung ......

1
Erry Shintia
Luar biasa
Sita Sit
kereñnn ,buat aura bener2 menyesali perbuatannya sama rayyan
Sita Sit
baru nyesel ya ra ,kasian Rayyan ya
Sita Sit
rasain kau aura,gak ada rasa syukurnya dpt suami sempurna gitu
Anonymous
Biasa
Anonymous
Buruk
Chyntia Rizky 🖋️: gak baca tp bisa menilai karya saya dgn bintang satu. besok-besok buat karya sendiri saja ya kak... yg mungkin bisa sampe bintang 10. terimakasih sudah kesini. sepertinya semua novel yg dikunjungi tidak ada yg bagus menurut kakak🙏🏻
total 1 replies
Sita Sit
karyamu bagus bagus Thor ,semangat ,aku mau coba baca semua
Siti Nina
oke
74 Jameela
Bagus ceritanya..smngt&sukses kak
Juan Sastra
bagus thorr
Juan Sastra
hadeeeh rayyan harusnya tuh bilangnya,, makasih sayang sembari cium cium
Juan Sastra
syukur,,,
Juan Sastra
mati saja kau aura,,, semoga di perkosa benaran oleh sandy biar gila sekalian kau.. bego banget
Juan Sastra
lama amat sih masalah man bisa buat aura klepek klepek,, bikin cemburu baru bisa
Juan Sastra
kasih poto aja lagi makan siang perempuan cantik, pasti uring uringan tuh
Syahilla Naazifa
Luar biasa
Syahilla Naazifa
Lumayan
khitara
ya.....rasakan sendiri
khitara
wow wow wow
khitara
aaaa....bagus banget ceritanya thor.....mampir juga kelapak q thor, di paksa mencintai dan cinta gadis dingin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!