Pernikahan Namira dan kekasihnya akan berlangsung tak lama lagi. semua persiapan juga sudah hampir sempurna. Tapi kebahagiaan Namira harus kandas seketika di saat ia melihat foto calon suaminya yang tidur dengan wanita lain.
Namira pun akhirnya harus membatalkan pernikahannya dan menerima perjodohan dengan laki-laki yang sama sekali tak ia cintai.
Di saat Namira hampir bisa melupakan rasa sakit hatinya, mantan tunangannya dulu datang dan menawarkan cinta kembali untuknya. Akankah Namira menerima cinta itu kembali dan menjalin hubungan terlarang dengannya? atau Namira lebih memilih menjadi istri setia meskipun tak ada cinta di dalam hatinya untuk sang suami?!
Ikuti cerita selengkapnya di sini ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyva Firsyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Penyelidikan Alvan
"Eh.. Alvan. ayo masuk dulu,Renonya lagi keluar dari tadi. Belum pulang sampai sekarang" jawab wanita paruh baya itu.
Reno adalah teman baik Alvan semenjak SMP, tak jarang ia bertandang ke rumah sahabatnya itu untuk mengerjakan tugas sekolah bareng atau sekedar main saja. Jadi tak heran jika orang tua Reno sudah mengenal Alvan dengan baik.
"oh.. kalau begitu saya langsung balik aja Tante, masih ada urusan lain soalnya" Alvan langsung berpamitan karena orang yang di carinya tidak ada di tempat.
"kok tumben buru-buru van? nggak mampir dulu?"
"makasih,lain kali aja tante. saya permisi dulu"
"oh.. ya udah kalo gitu. hati-hati di jalan Alvan!"
"iya tante"
Alvan pun pergi dengan dengan menelan kekecewaan, karena tidak bisa menemui Reno untuk memastikan semuanya.
Alvan mengambil ponsel yang di letakkan di dashboard mobilnya, kemudian mencoba untuk menghubungi Reno. Berkali-kali ia mencoba tapi hasilnya sia-sia karena nomor temannya itu sedang tidak aktif.
Pikirannya semakin buruk sekarang. Dia jadi tambah yakin kalau Reno adalah pelakunya karena tak biasanya nomor temannya itu tidak bisa di hubungi seperti sekarang ini. Di datangi ke rumahnya pun tidak ada. Seperti terkesan menghindar untuk bertemu dengannya.
Alvan memukul setir mobil dengan keras meluapkan emosinya. Dia merasa sangat kesal terhadap dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia lalai hingga terjadi tragedi besar seperti itu.
Tapi lelaki itu tidak menyerah begitu saja. Dia memutuskan untuk tetap mencari Reno di manapun ia berada. Bahkan meski bersembunyi di lubang semut sekali pun ia akan tetap memburunya.
Alvan memulai pencariannya dengan mendatangi kafe langganan Reno, tempat di mana mereka sering nongkrong bersama. Sebenarnya dia tak yakin kalau Reno ada di sana di waktu seperti sekarang ini.
Tapi Alvan pikir apa salahnya mencoba. Jangankan mendatanginya ke kafe yang jaraknya tidak terlalu jauh,ke ujung dunia pun dia akan rela melakukannya.
Usaha apapun akan ia lakukan agar bisa membuat Namira kembali padanya. Sungguh dia tak rela kehilangan wanita yang di cintainya begitu saja.
Perjalanan dari rumah Reno ke kafe memakan waktu sekitar sepuluh menit. Dia memarkir mobilnya di tempat yang tersedia lalu bergegas masuk ke dalam kafe.
Kafe tidak terlalu ramai saat ini. Hanya terlihat beberapa pengunjung di sana, seperti pasangan muda mudi yang sedang di mabuk asmara dan juga beberapa wanita yang terlihat sedang asyik mengobrol di meja kafe dengan berbagai makanan di atasnya.
Alvan mengamati lagi dengan seksama. Tapi tetap tak di jumpainya keberadaan Reno di kafe yang ia datangi.
"ada yang bisa saya bantu pak?" seorang pelayan kafe menghampiri pria yang seperti sedang kebingungan itu.
"apa Reno tadi kesini mbak?" Alvan balik bertanya. Reno memang sering datang ke kafe ini,jadi sebagian besar pelayan di sana sudah sangat mengenalnya. Alvan pun kadang berkunjung ke kafe itu tapi tidak terlalu sering.
"pak Reno hari ini tidak datang ke sini pak" jawab pelayan kafe itu jujur. Alvan bisa menilai itu dari cara bicaranya. Pelayan wanita itu menjawab langsung pertanyaan yang di lontarkan Alvan dengan tegas tanpa berbelit sedikit pun.
"oh.. oke."
"ada yang bisa saya bantu lagi pak?"
"Cappucino latte satu ya mbak" Alvan putuskan untuk singgah di sini beberapa menit sekalian menunggu Reno, barangkali temannya itu muncul sebentar lagi.
Lagi pula dia butuh istirahat sejenak karena dari tadi belum sempat mengistirahatkan diri barang sebentar pun. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa henti, sudah seperti kurir pengantar paket saja.
"Ada lagi yang mau di pesan pak?"
"nggak ada, cukup itu saja"
"baik pak, mohon di tunggu sebentar ya. Kami akan segera mengantar pesanannya"
"iya mbak. makasih"
"sama-sama pak"
Pelayan kafe berbaju biru itu mencatat pesanan Alvan kemudian pergi ke belakang untuk menginput orderan setelahnya.
Alvan melihat arloji di tangannya, pukul setengah enam lebih lima. Dia mengetuk-ngetukkan jari telunjuk dan jari tengahnya di meja secara bergantian untuk mengusir rasa bosan sambil menunggu minuman pesanannya datang.
Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawa segelas minuman berwarna krem dengan busa-busa di atasnya yang tampak menggiurkan.
Alvan langsung meneguk minuman yang di pesannya setelah mengucapkan terima kasih pada pelayan tadi.
Sudah cukup lama Alvan duduk di sana sampai cappucino latte nya hampir habis, tapi tidak ada tanda-tanda kemunculan pria bernama Reno yang sudah di tunggunya dari tadi.
kemana lagi aku harus mencari orang tak berguna itu? aku sudah mencari kesana-kemari tapi nggak ketemu juga.
oh.. iya, Erin. Dia pasti tau keberadaan Reno. kenapa baru kepikiran sekarang?! harusnya aku mendatanginya sejak tadi. ckkk.. dasar bodoh!!
Alvan mengumpat dirinya sendiri karena bisa-bisanya melupakan hal sepenting itu. Dia pikir pasti sudah bisa menemukan Reno dari tadi kalau ia mengingatnya lebih awal. Erin adalah pacar Reno,dan dia berencana akan menemui perempuan itu sekarang.
Alvan beranjak pergi dari kafe setelah menaruh uang lembaran seratus ribuan di meja yang ia tempati, karena akan membutuhkan waktu lebih lama jika harus membayar melalui kasir terlebih dahulu. Baginya waktu sedetik pun sangat berharga saat ini agar bisa cepat menyelesaikan masalah yang ia hadapi.
Mobil sport hitam metalik itu menerobos membelah jalanan kota yang masih tampak ramai. Alvan berharap usahanya kali ini tidak sia-sia,dan dia bisa segera memperjelas semuanya saat bertemu Reno nanti.
Alvan menginjak rem dengan kaki kanannya setelah sampai di depan rumah kekasih Reno. Dia bisa tau lokasi rumah ini karena dulu pernah mengantarkan Reno ke tempat ini.
Dia berjalan memasuki halaman rumah yang berdiri kokoh dengan beberapa pilar penyangganya setelah di izinkan masuk oleh satpam penjaga di gerbang utama tadi.
Alvan memencet bel rumah itu dengan perasaan campur aduk. jika di tanya tentang perasaannya,tentu dia sangat marah pada laki-laki bernama Reno itu. Tapi bagaimana pun dia harus bisa mengendalikan emosinya karena ini adalah rumah pacar Reno. Dia tidak mau membuat keributan di rumah orang lain kecuali di rumah pembuat onar itu sendiri.
"iya sebentar!" terdengar suara seorang wanita sedikit berteriak dari dalam. Alvan berpikir itu pasti suara Erin.
"eh.. Alvan? ada perlu apa ya? tumben kesini sendiri?" perempuan bernama Erin itu berkata setelah membuka pintu rumahnya.
"Reno ada di sini Rin? gue cari di rumah nggak ada soalnya. kata nyokapnya dia keluar" Alvan langsung mengutarakan maksud kedatangannya.
"seharian ini gue nggak ketemu dia sama sekali Van, nggak tau deh dia kemana!" jawaban Erin membuat Alvan merasa kecewa. Padahal dia berharap akan bisa bertemu Reno di sini dan menyelesaikan semua masalahnya.
Lo dimana sekarang Ren? jangan jadi pengecut dengan terus sembunyi dan menghindar dari gue. jangan kira gue bakal nyerah gitu aja. gue pastikan bakal segera menemukan keberadaan lo,di manapun Lo berada.