Elangga Sky Raymond Wesley, seorang Badboy Tengil yang memiliki tubuh Hot. Dia adalah pemimpin geng motor Black Demon, yang selalu membuat onar di SMA Bintang Alam, masuk bk sudah langganan baginya.
Bagaikan air dan minyak yang tidak pernah bersatu, Elang dan papanya tidak pernah akur karena sebuah masalah. Papanya sudah muak dengan kenakalannya, hingga tiba-tiba menjodohkannya dengan seseorang.
Adzkia Kanaya Smith, anak baru di SMA Bintang Alam. Penampilannya yang culun ternyata menyimpan segudang rahasia. Tujuannya pindah sekolah karena ingin balas dendam pada seseorang. Dan takdir seakan berpihak padanya, ia di nikahkan dengan pria yang di incarnya.
"Ini akan menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum smirk.
~HAPPY READING~
UP SEHARI 2X
PUKUL: 00.00 & 01.00
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9
Malam perlahan turun, membungkus kota dalam selimut bayang-bayang. Senja berhembus lembut, meninggalkan sisa-sisa cahaya di ufuk barat yang berubah menjadi kanvas warna jingga dan ungu. Bintang-bintang mulai bermunculan, membisikkan cerita malam kepada mereka yang menanti.
Di bawah keheningan malam, hanya suara dedaunan yang berdesir lembut dihembus angin malam, menciptakan suasana yang damai dan misterius. Malam yang indah ini, malam yang seharusnya menjadi malam pertama bagi pasangan pengantin baru. Orang-orang biasanya menghabiskan malam pengantinnya dengan bermesraan di ranjang. Namun, tidak untuk Elang dan Kia.
Dari siang mereka asik di dalam kamar masing-masing. Begitu pun sampe sekarang Elang tak kunjung keluar dari kamarnya. Sedangkan Kia sedang asik menyiapkan makan malam untuk mereka, ia ingin mencoba menjadi istri yang baik agar Elang bisa luluh.
Kia menatap makanan yang di masaknya di atas meja. Bau khas masakan semerbak tercium, mungkin bagi yang sedang lapar akan membuat perutnya keroncongan.
Di kamar Elang, pria itu sedari tadi sedang fokus menatap sebuah gelang yang di genggamnya. Gelang emas putih berukuran kecil dengan lapisan sedikit tebal, dan terdapat ukiran nama. 'Ayya' Elang mengusap lembut nama tersebut sambil tersenyum tipis.
"Sampe sekarang gue masih menanti janji lo."
Elang menghela nafas pelan. Lalu menaruh gelang itu di laci, sambil meraih jaket dan kunci mobilnya. Seperti biasanya, dirinya berniat menenangkan diri di markas. Biasanya semua beban pikirannya sejenak akan hilang jika bertemu dengan teman-teman recehnya.
Elang mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Aroma khas makanan mulai tercium di hidungnya. Membuat perutnya yang lapar mulai berbunyi. Kakinya kembali melangkah melewati meja makan. Terlihat Kia, gadis yang sekarang sudah menjadi istrinya. Sedang menata beberapa makanan di atas meja.
"Mau kemana? Ayo makan dulu," ujarnya sambil tersenyum tipis.
Elang menatap lekat gadis di hadapannya. Yang memakai celana training hitam, dengan kaos oversize bewarna putih. Rambut di ikat satu dan tak lupa dengan kacamata bulatnya. Wajahnya terlihat kucel tanpa polesan make-up, masih memakai celemek yang sudah pasti habis memasak.
"Lo masak? Bahan-bahan darimana?" tanya Elang sambil mengerutkan keningnya. Seingatnya di sini belum ada bahan-bahan makanan karena apartemennya sudah lama tidak di tempati, karena di sita papanya.
"Aku beli di minimarket tadi sore. Ayo kita makan," balasnya sambil membuka celemeknya.
"Mau makan sama apa?" tanya Kia lembut sambil tersenyum.
Melihat perlakuannya membuat Elang memicingkan matanya sambil mengernyit, "Lo, gak kasih racun kan?" tanyanya dengan menatap tajam.
"Ngapain kasih racun? Masa sehari nikah udah jadi janda, gak banget deh," sahut Kia yang membuat Elang memutar bola matanya.
Tanpa banyak bicara, Elang mulai menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya. Matanya terus memperhatikan istrinya yang sedang fokus mengambilkan makanan untuknya. Ternyata gini ya rasanya punya istri, ada yang masakin dan menyiapkannya makan.
"Ini, semoga suka."
"Hm," dehemnya dan mulai mencicipinya.
Baru setengah sendok, Elang mengunyah sambil terdiam merasakannya. 'Gila, enak banget!' Elang hanya membatin, gengsi untuk mengungkapkannya langsung.
"Gimana?" tanya Kia memastikan, melihat pria itu terdiam.
"B aja, jauh banget sama masakan restoran bintang lima. Bahkan masakan pinggir jalan pun lo gak bisa kalahin. Hambar gini!" jawabnya sambil menyantap makanannya dengan lahap.
"Gak enak kok makannya lahap?" tanya Kia sambil tersenyum menggoda.
"Apaan sih, gue lagi laper," elaknya sambil mengalihkan pandangan dengan bola mata kesana kemari.
Setelah selesai menghabiskan makanannya. Elang langsung beranjak dari duduknya. Membuat Kia menatapnya dengan tanda tanya.
"Gak usah berharap malam ini bakal ada malam pertama! Gue mau nongkrong!" Elang meraih kunci mobilnya yang tadi ia taruh di atas meja makan.
"Jangan malem-malem nongkrongnya, gak baik buat kesehatan," ujar Kia sambil tersenyum dan berjalan mendekatinya.
"Kurangin juga ngerokoknya, ini ..." Kia dengan berani menaruh tangannya di bahu kanan Elang, lalu dengan perlahan menggeser menuju tepat di tengah-tengah dadanya.
"Jangan buat paru-parumu luka. Mungkin bisa kena ke yang lain juga. So, stop smoking," lanjutnya.
Elang masih terdiam membeku. Sekilas Kia merasakan detak jantungnya yang berdebar kencang. Senyuman tipis mengembang dari sudut bibir Kia. Gadis itu meraih saku celananya lalu menyodorkan sesuatu tepat di hadapan wajah Elang.
Sontak membuat Elang tersadar dan menatapnya dengan dahi mengernyit.
"Ambil aja, kamu suka kan?"
Tanpa basa-basi Elang lansung merampas coklat payung yang di pegangnya. Lalu bergegas pergi meninggalkan gadis itu, yang tanpa ia sadari mulai tersenyum miring.
...***...
"BIMA SOFTEK ... BIMA SOFTEK ... BIMA LAPERRR ... PENGEN KAWIN SAMA JANDA LETOYY ..." Juan terus bernyanyi tak jelas sambil menggoyangkan pinggulnya heboh di depan teman-temannya tanpa rasa malu.
"Setan! Kenapa bawa-bawa nama gue!" Bima yang tak terima melemparkan aqua botol tepat ke kepalanya.
BUG!
"P*NTAT NATHAN KORENGAN!" latah Juan terkejut saat kepalanya tertimpuk botol minum yang masih penuh.
Saat Bima melemparkan botolnya, posisinya membelakangi. Tentu tidak melihat, jika tahu pasti sudah menghindar. Juan mengusap-usap kepalanya, lalu menoleh ke belakang berniat ingin marah. Namun, tatapannya menciut saat melihat tatapan horor dari Nathan dan Bima.
"Wah parah Nat, ngatain lo yang jelek-jelek! Pencemaran nama baik!" kompor Aldo.
"Dia juga bawa-bawa nama lo di lagu yang jelek-jelek, Bim! Gak bisa di biarin sih, melanggar hukum pembullyan!"
"Sini Lo anjing, gelut sama gue!"
"Huwaaa, ampun!!!" Juan langsung berlari keluar markas saat Nathan dan Bima berniat menghampirinya dengan tatapan ingin menerkam.
Tepat sekali di halaman depan terdengar suara deru mobil. Juan menyipitkan matanya dengan kening berkerut, melihat mobil asing di depannya. Dan keluarlah Elang dari dalam mobil, membuatnya terkejut.
"GAES, PANGERAN KODOK TELAH TIBA! SIAPKAN BLACK KARPETNYA!" teriaknya dengan suara cemprengnya membuat semuanya menutup telinganya.
Elang berjalan menghampiri dengan memutar bola matanya. Teman satunya ini sangat bobrok sekali. Gadis mana yang akan menyukainya jika sikapnya seperti ini. Tapi, itu lucu. Dimana ada Juan, pasti suasana akan hangat.
"Selamat datang kembali di kerajaan, kakanda! Adinda sangat merindukanmu," ucapnya dramatis.
Pletak!
"Geli anjing!"
Juan hanya cengengesan sambil mengusap kepalanya yang kena jitak. Lalu merangkulkan tangannya di pundak Elang. Berjalan beriringan masuk ke dalam.
"Cie mobil baru nih, sabi kali pinjem?!"
"Tumben lo beli mobil, Lang?" sahut Aldo yang tak sengaja mendengar ucapan Juan.
"Di kasih bokap."
"Wah, ada apakah gerangan? Bukannya lo ga akur sama dia?"
Yang lainnya sangat bertanya-tanya. Mereka memang tahu Elang tidak pernah akur dengan Papanya. Tapi mereka tak pernah tahu alasannya kenapa. Mungkin Elang masih belum siap menceritakan semuanya.
Elang hanya diam tak menanggapi. Dirinya malah asik memutar-mutar coklat payung di tangannya. Namun, tiba-tiba tangan kirinya di tarik oleh Juan.
"Lo pake cincin? Kok pakenya di sini?" tanya Juan sambil memicingkan matanya menatap cincin yang tersemat di jari manisnya. Sial, Elang melupakan itu.