Cassie, seorang remaja yang beranjak dewasa masuk kedalam pergaulan bebas para anak konglomerat, disaat kedua orang tuanya bercerai. Ketika etika dan sopan santun mulai menghilang. Kehidupannya terus mengalami konflik besar.
Ditengah masalah perceraian orang tuanya, Cassie jatuh cinta dengan seorang Duda Perjaka. Tetapi cintanya tak direstui. Cassie pun dijodohkan dengan seseorang yang pernah membuatnya kesakitan karena sakau.
Dapatkah ia menjaga mahkota kewanitaannya, atau terus terjerumus dengan pergaulan bebas? Dan dapatkah Cassie bersama dengan cintanya Om Duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Virus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Ada Etika
Hera yang sedang menonton televisi, terkejut dengan berita kesuksesan Barra.
"Itu, itu Barra mantan suamiku. Astaga dia makin tampan! Ah aku nyesel udah ninggalin dia," gumam Hera
Hera, mantan istri Barra yang saat itu lebih memilih pria kaya karena menganggap Barra miskin. Kini menyesal, setelah tahu kalau Barra sudah menjadi pengusaha sukses.
Sebenarnya Barra tidak berasal dari keluarga miskin. Mamanya, Joy sangat kaya. Namun saat Barra menikah, dia ingin menjadi anak yang mandiri tanpa mengandalkan uang dari orang tuanya.
Sekarang aku harus merawat si tua penyakitan ini. Kalau banyak uang sih gak masalah, ini uangnya makin menipis karena biaya pengobatannya, batin Hera kemudian mematikan televisi.
Ia melihat jam di dinding, sudah waktunya makan dan minum obat untuk suaminya.
Kini suaminya sering sakit-sakitan, keluar masuk rumah sakit karena jantung dan komplikasi penyakit lainnya. Tidak ada penghasilan tetapi pengeluaran terus berjalan. Besar pasak daripada tiang.
Tak berapa lama Hera masuk kedalam kamarnya membawakan makanan untuk sang suami.
"Mas, makan dulu ya," sahut Hera yang masih melayani suaminya dengan baik, meskipun sering ngedumel.
"Mas, ayo bangun mas," ucap Hera dengan menepuk lengan suaminya pelan.
Tak ada pergerakan atau jawaban, Herra mengguncangkannya sedikit keras. Namun suaminya masih terlihat kaku terbaring di kasurnya.
Hera pun memeriksa saluran napas dan denyut nadi di tangan suaminya. Badannya sudah dingin dan tidak ada napas ataupun denyut yang dia rasakan.
"Mas! Astaga mass!!" Pekik Hera yang kemudian memanggil ambulans untuk memeriksa kondisi Suaminya secara medis. Siapa tahu bisa hidup kembali jika di pacu dengan alat pacu jantung.
Setelah di bawa ke rumah sakit, tak berapa lama suaminya dikabarkan telah meninggal dunia. Hera sudah siap jika sewaktu-waktu suaminya itu akan meninggalkannya. Hera sedih tetapi dia tidak sampai menangis sesegukan.
"Janda tanpa anak, ya itulah statusku sekarang mas. Selamat tinggal, terimakasih untuk semuanya," gumam Hera sembari menaburkan bunga untuk suaminya.
Kenapa ini seperti jawaban takdirku ya, Mas firman meninggal, di satu sisi Barra muncul dengan kabar yang menggemparkan. Apakah Barra itu jodohku? Ku dengar dia belum menikah lagi, apakah di masih mengharapkan ku, batin Hera yang sedang dalam perjalanan menuju pulang
.
.
.
Perjalanan dari Jakarta menuju Zurich memakan waktu kurang lebih hingga 17jam lamanya. Selama itulah tidak ada komunikasi yang dilakukan selama penerbangan.
Sementara Bramantyo sedari tadi menghubungi ponsel Cassie, namun tidak ada balasan dan tanggapan dari gadis itu. Ia pun memilih untuk mengunjungi Cassie di rumahnya
"Cassie, ada temanmu datang," panggil sang Mama dari luar kamarnya
Cassie membuka pintu dengan malas, "Siapa?"
"Bram, kalian pacaran ya?" tanya Dina
"Ih enggak Mah, baru aja kenal," jawab Cassie seraya berjalan keruang tamu.
"Lo kesini ada apa ya?" tanya Cassie
"Pesan sama telepon gue ga ada balasan, jadi ya gue kesini,"
"Ya, soalnya ponsel gue ketuker sama om om yang nabrak pagi itu,"
"Pantes aja, dia orang sibuk Cass, paling ponsel Lo balik lusa atau semingguan haha,"
"Hemmh, kayak ga ada kurir aja. Masa iya sih harus nunggu dia senggang,"
"Yaudah jangan marah-marah, nanti cantiknya hilang loh," ucap Bram
"Dih haha, Lo ngapain kesini? Gue gak punya apa-apa disini,"
"Nonton yuk, ada film horor bagus,"
"Kenapa ga film romantis atau yang action aja sih. Gue penakut," ucap Cassie
"Kan seru kalo di bioskop kerasa tegangnya," Bram beralibi
"Oh gue tahu, itu akal-akalan Lo aja kan, biar kalo gue takut trus gue jadi peluk Lo. Ah udah kebaca di jidat Lo,"
"Hahaha yah ketahuan deh haha,"
Dan obrolan mereka pun tertawa bersama, lama kelamaan obrolan mereka semakin seru, meskipun baru kenal Cassie merasa dekat dengan Bram.
"Eh saking serunya ngobrol gak kerasa ya udah dua jam gue disini," sahut Bram
"Ya, lagian gue lagi males keluar," Cassie menundukkan wajahnya.
Bram mengangkat dagu Cassie hingga wajahnya melihat kearahnya.
"Gue tahu Lo lagi sedih, ini soal keluarga Lo kan?"
"Kelihatan banget ya, orang luar kayak Lo bisa tahu permasalahan yang gue alami," sahut Cassie
"Gue cuma nerka aja, dari ucapan kekesalan Lo tadi pagi dan dari ucapan asisten Lo yang asal ceplos. Semua orang juga pasti bakal berpikir hal sama Cass," jawab Bram
Dan mereka terdiam,
"Yah...gimana ya, gue ga mau ikut campur sih. Gue cuma pengen bilang, gue bersedia jadi teman Lo disaat Lo sedih," ujar Bram
Cassie tersenyum miring, "Mau-maunya sih jadi temen disaat sedih doang,"
"Karena gue tulus pengen jadi temen Lo,"
"Thanks ya Bram,"
Setelah itu Bram pun pamit pulang. Cassie masuk kedalam rumah, televisi menyala namun tak ada yang menontonnya. Itu berarti Mamanya sudah pergi ke kamar. Setelah mematikan televisi Cassie pun masuk ke kamarnya yang tepat berada disebelah kamar Mamanya.
"Sekarang gantian aku ya, aku mulai buka resleting kamu. Sebelum ku masukkan kedalam mulut, aku mencium aromanya, hmmm wangi yang khas lembab dan membuat ku bergairah,"
"Itu suara Mama, ngapain sih dia," gumam Cassie pelan.
Ia pun membuka pintu kamar Mamanya dengan sangat pelan lalu mengintip sedikit. Masih belum terlihat jelas, ia pun memasukkan wajahnya lebih dalam ke dalam kamar.
Dan, Cassie melihat pemandangan yang sangat menjijikkan.
"Itu siapa dibelakang kamu sayang," terdengar suara pria dari dalam video call.
Cassie langsung menarik wajahnya dan berlari ke kamarnya.
"Eh itu anakku. Sepertinya dia mengintip, udah dulu ya," ucap Dina kemudian membetulkan pakaiannya yang terbuka di bagian dada.
Cassie gemetaran. Apa yang ia lihat tak seharusnya dilihat diusianya yang sekarang. Cassie melihat rudal besar yang menonjol dari balik video call Mamanya. Sementara Mamanya membuka bagian dadanya dan mereka melakukan VS
"Gilaaa! Hiks.... aku gak nyangka Mama ngelakuin itu dengan orang lain," gumam Cassie
"Cassie, buka pintunya nak,"
"Untuk apa Ma? Mau jelasin apa? Cassie udah lihat dengan mata kepala sendiri, Mama juga selingkuh?"
"Mama gak selingkuh sayang, Mama frustasi, dan Mama baru melakukannya hari ini itu pun hanya lewat video call," ucap Mamanya.
"Haha gila keluarga ku gila semua, gak ada etika yang baik disini. Kalian mau aku jadi seperti apa? Hah, Arghhh,"
"Cass, buka dulu mama mau jelasin,"
"Papa selingkuh, dan Mama baru saja diceraikan tapi sudah buka-bukaan sama orang yang bukan muhrim, dimana etika kesopanan Mama!" Cassie berteriak dibalik pintu kamarnya kemudian menangis sejadi-jadinya.
"Cass tapi Mama butuh pelampiasan, itu pun Mama ga secara langsung kan?"
"Tetap aja Ma, Mama seperti gak punya harga diri," ujar Cassie membuat hati Mamanya tersadar.
"Astaga, Cassie benar, gak seharusnya aku seperti itu. Apa bedanya aku dengan wanita pelakor itu meski hanya lewat video call," Dina merenungi ucapan Cassie.