Berkisah tentang seorang wanita yang terbangun sebagai karakter game yang pernah ia mainkan, Putri Verxina. Seorang putri Kerajaan yang terpaksa menjadi pemimpin pasukan yang memerangi Raja Iblis dan pasukannya. Verxina memiliki dua rekan yang bersamanya sejak dia masih kecil, yaitu Lukasz dan Maria.
Verxina sering dijuluki sebagai Putri Gila karena berbeda dengan para bangsawan gadis seusianya, ia memilih jalan hidupnya sebagai seorang pejuang. Bahkan tanpa penyelidikan yang mendalam, ia menyanggupi menjadi pemimpin pasukan pertahanan dari Monster dan Iblis yang nantinya akan menjadi jalan hidupnya.
Setelah menyelesaikan pertempuran pertamanya yang membuat korban jiwa dalam jumlah besar, dia bertemu dengan Ivory yang menyatakan sebagai dewa dari dunia ini dan meminta untuk Verxina dapat mencapai babak akhir tersembunyi dari dunia ini tentunya dengan sebuah imbalan. Verxina menyanggupinya dan meneruskan perjuangannya dalam mempertahankan dunia ini dari serangan pasukan Raja Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azurius07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasanku Berada Disini
Siang Hari, jalanan menuju kota Northridge.
Kami telah berada perjalanan selama dua hari dari kastil pertahanan pertama menuju kota Northridge.
Perjalanan sangat membosankan dengan aku dan Maria yang berada didalam kereta kuda, sementara Lukasz dan Elano berada di kursi kusir. Pemandangan yang dapat kami lihat juga hanyalah perbukitan dan pegunungan yang memisahkan kami dengan alam bebas.
“Apa kita akan sampai Lukasz?” tanyaku kembali, setidaknya pertanyaan itu telah keluar dari mulutku puluhan kali.
“Sebentar lagi kita akan sampai Yang Mulia,” jawabnya yang selalu sama disetiap pertanyaanku.
“Anda benar-benar membenci perjalanan jauh Yang Mulia,” ucap Maria dengan tawa kecilnya, wajah kusamku melihat kearahnya
“Setidaknya aku tidak mabuk perjalanan saat pertama kali naik,” ucapku dengan nada kesal padanya.
Selain itu, aku juga dapat mendengar Elano dan Lukasz bercakap-cakap mengenai kebiasaanku, tentunya aku tak bisa mendengar mereka, namun aku tahu mereka pasti membicarakanku disana.
“Maria, bukankah kau dulu itu berasal dari Northridge?” tanyaku padanya, aku pernah melihatnya di info karakter saat bermain game ini.
“Bagaimana anda tahu itu?” tanya balik Maria padaku, berarti informasi di game ini benar semua adanya.
“Asal tebak saja, lagipula tingkahmu seperti tidak sabar ingin pergi ke Northridge sebelum kita kesini dulu,” ucapku coba mengelak darinya.
“Benar Yang Mulia, saya dulunya lahir di kota Northridge, namun setelah diadopsi oleh Gereja, saya dipindahkan ke Gereja Ibukota untuk membantu pengobatan disana, dan kita bertiga bertemu,” ucap Maria sebelum sebuah ingatan muncul di kepalaku.
(***)
Seorang anak gadis membawa seorang anak laki-laki seumurannya yang terlihat berdarah dengan luka bekas cakar di punggungnya. Keadaan Ibukota sedang cukup kacau karena terlepasnya puluhan monster disana.
Gadis tersebut memasuki Gereja yang sedang kosong. Seluruh anggota Gereja sedang melakukan pengobatan dan pembersihan sisa-sisa monster.
“Halo! Ada orang disini?!” teriak gadis itu, tapi tidak ada balasan.
“Tidak apa-apa Yang Mulia, aku baik-baik saja,” ucap anak laki-laki itu mencoba menenangkan gadis itu, walaupun hanya bualan saja.
“Kau diam saja disini! Aku akan coba cari pertolongan di dalam!” ucapnya yang berlari sambil berteriak minta pertolongan didalam Gereja.
“Ini tidak terlalu buruk untuk pergi dari dunia ini, oh cukup dalam,” ucap laki-laki tersebut sambil merasakan perut dan punggungnya.
“Hehe, mungkin aku bisa dipanggil oleh pahlawan oleh Yang Mulia atas ini,” ucapnya yang makin lemas sebelum melihat seorang gadis berlari menuju dirinya.
“Apa yang terjadi? Apa kamu baik-baik saja tuan Ksatria?” tanya gadis baru itu padanya.
“Tidak sepertinya, apa ada penyembuh di Gereja ini?” tanyanya yang dibalas gelengan kepala oleh gadis itu.
“Tapi aku bisa melakukannya, walaupun tidak terlalu mahir dengan itu, aku bisa mencobanya,” tak punya pilihan lain, anak itu mengiyakannya.
Telapak tangan gadis itu mengeluarkan sinar kehijauan, walaupun warna sihirnya masih hijau kusam, secara perlahan, luka yang dideritanya mulai menutup. Pendarahan yang terjadi juga mulai terhenti secara paksa walaupun dengan rasa sakit yang luar biasa.
Sesekali gadis itu berhenti dan meminum sesuatu lalu melanjutkannya lagi. Namun, sebelum selesai, tiba-tiba kaca jendela Gereja pecah dari luar. Sesuatu masuk kedalam gereja dengan sangat cepat. Lampu-lampu tiba-tiba mati menyebabkan ruangan menjadi gelap. Hanya sinar matahari dari jendela yang pecah yang dapat menyinari beberapa sudut Gereja.
Anak laki-laki tersebut menutup mulut gadis disebelahnya yang sepertinya akan berteriak saat melihat monster itu. Dia menggelengkan kepala yang dijawab dengan anggukan oleh gadis tersebut. Suara kaca pecah terdengar sebuah mata berwarna biru menyala terlihat di kegelapan. Sinar yang masuk berhasil menyinari sosok itu. Monster dengan tubuh besar dan kepala singa maju dengan mengendus-endus bau mangsanya.
Monster terus berjalan maju mencari lokasi kedua anak yang bersembunyi darinya. Jantung mereka berdetak lebih kencang daripada sebuah drum yang ditabuh berulang-ulang. Sekarang monster itu berada tepat diatas mereka. Monster kembali mengendus-endus mereka dan menggerakkan kepalanya kebawah.
“Hei jelek!” sebuah tombak terbang menuju kepala monster itu, namun kaki depannya menghentakkan tombak itu. Tombak terpelanting kebawah dan gadis pertama telah ada disana dengan tombaknya berhasil memberikan sebuah sabetan ke wajah monster itu.
Auman keras terdengar yang menerbangkan bangku disana, termasuk kedua gadis dan anak laki-laki itu. Gadis bertombak melemparkan pedangnya ke anak laki-laki itu.
“Jangan dirusak Lukasz, itu pedang hadiah kakakku,” ucap gadis bertombak ke anak laki-laki bernama Lukasz.
“Yang Mulia terlalu berharap padaku, tidak buruk juga ya anda ini. Nona biarawati, tolong berlindung di belakang kami. Ini tidak akan lama,” ucap Lukasz.
“Heh, makasih ya sudah menyembuhkan Lukasz, untuk pembayarannya nanti akan aku berikan setelah kami mengalahkan singa jadi-jadian ini,” ucap Putri Verxina muda.
(***)
Ah, aku jadi ingat pertemuan kita di Gereja itu, siapa sangka aku menemukan sebuah berlian disana,” ucapku melirik Maria.
“Mana ada Yang Mulia, saya yang menemukan dua buah permata disana,” jawab Maria padaku.
“Ah bukan, seorang Putri Anggun dan seorang Gorila jadi-jadian lebih tepatnya,” senyumku makin besar mendengarnya dari Maria.
“Siapa yang kau panggil Gorila!” Teriak Lukasz dari luar.
“Siapa lagi, itu anda tuan Lukasz!” balas Maria dari dalam.
“Oh iya, kota Northridge yang kuingat dulunya adalah sebuah kota besar yang berada di wilayah ujung Selatan Kerajaan Andalusia.”
“Kota ini awalnya adalah sebuah benteng raksasa yang memiliki tugas untuk menahan serangan monster-monster yang mencoba menerobos masuk kedalam wilayah Kerajaan.”
“Namun, seiring waktu berjalan, kota ini mulai dihuni orang-orang yang menawarkan penginapan dan lain-lain. Seiring waktu, serangan monster juga berkurang intensitasnya sehingga para tentara dipindah tugaskan ke bagian lain.”
“Sekarang seluruh tentara yang berada disini adalah dari pasukan bayaran yang secara langsung membuat kota ini juga menjadi kota-kota seperti halnya kota lain,” penjelasan singkat Maria dapat kupahami dengan baik seperti di penjelasan latar belakang kota ini di game.
“Yang Mulia, kami dapat melihatnya, Kota Northridge!” ucap Elano dari depan. Aku dan Maria membuka jendela dan melihat kota yang kami tuju sekarang berada di depan kami.
Kota Pertahanan Monster, Northridge.
Bagian yang menunjukkan kota ini adalah Benteng dan tembok kokoh dengan bendera kota ini yang berwarna hijau. Kota ini memiliki julukan lain sebagai Kota Peti Mati karena tingginya jumlah korban jiwa pada setiap pertempuran yang terjadi disini setiap tahunnya. Rata-rata orang yang berada disini adalah pendatang dan pasukan bayaran yang bekerja untuk kota ini sebagai tentara.
Kota yang dapat dipandang sebagai Pertahanan terakhir manusia dari ancaman Iblis dan Monster, Kota Northridge.
Kota ini lebih besar dari yang terlihat di game. Dan kota ini terlihat lebih parah daripada yang kuperkirakan.
Tatapan para warga saat kami melintasi jalanan … tatapan yang suram dan sepertinya sudah tidak memiliki arti hidup. Mungkin, ini karena Bangsawan sebelumnya memutuskan untuk pensiun dan kepemimpinan kota sekaligus sebagai komandan pasukan ada ditanganku, seorang Putri Kerajaan yang tidak memiliki pengalaman apapun, dan seorang wanita.
Mungkin saja kepercayaan mereka padaku sangat rendah, bahkan dibawah nilai nol, terbelih lagi setelah aku membawa kembali kabar yang sangat buruk dari garis depan dimana hanya segelintir orang yang kembali bahkan dengan luka-luka, namun…
Mereka juga tidak menduga kalau aku berhasil mengalahkan seluruh monster yang ada disana. Beberapa kereta kuda sengaja hanya kuisi dengan permata sihir monster.
Benar, monster dan iblis memiliki permata sihir didalam tubuhnya, terlebih lagi dengan semakin besar dan kuatnya monster yang datang, maka permata sihir yang dihasilkan akan makin berharga.
Seluruh harta yang didapatkan ini dapat kugunakan dengan sangat bebas untuk beberapa masa kedepan.
Sebuah misi yang tidak seharusnya dapat kami menangkan, berhasil kami menangkan. Kami sudah sepantasnya mendapatkan hadiah sebanyak ini.
Aku tahu cara memenangkan hati kalian penduduk kota ini, dan aku akan melakukannya dengan cara yang sangat masuk akal dan manusiawi yang pernah kulakukan.
Setelah perjalanan yang cukup panjang, kami sampai di kediaman mantan bangsawan di kota ini. Kediaman yang kataku terlihat mewah, bahkan untuk bangsawan di kota ini. Dibandingkan rumahku di sana ini terlihat seperti menara.
“Tuan Putri! Yang Mulia!” seorang wanita berkacamata dan berpakaian seperti seorang pelayan Eropa berlari menuju arahku.
“Syukurlah anda baik-baik saja!” ucapnya sambil memegang tanganku dan mengambil beberapa tas kami untuk dibawa masuk kedalam.
Pelayan wanita ini adalah sosok yang disebut Ivory, NPC yang bertugas dalam membantu administrasi saat didalam game, mungkin disini juga sama.
“Selamat datang kembali! Saya telah menyiapkan bak mandi air hangat dan makan malam hari ini. Beristirahatlah semuanya hari ini!” ucapnya pada kami yang saling pandang satu sama lain.
“Lukasz, pastikan seluruh pasukan beristirahat, Elano tugasmu bantu Lukasz. Maria, kau juga beristirahatlah,” ucapku ke seluruh anggota.
“Tapi Yang Mulia, sebagai pengawal!” aku memotong ucapan Lukasz dan memintanya untuk melakukan tugasnya dan beristirahat setelahnya.
“Di arah ini Yang Mulia, dan nona Maria,” ucap Ivory pada kami.
Aku melihat Lukasz dan Elano dengan wajah yang kusut saat tahu tidak ada tugas mengawalku di sore hari ini. Padahal aku hanya ingin tidur setelah mandi, kita bisa melakukan itu besok saja saat kita di kota.
Maria berpisah denganku, dan kini aku berjalan dengan Ivory melihat kamar mandi milikku. Kamar mandi bangsawan ini, dengan ukuran yang besar, bak mandi yang luas juga. Ternyata bangsawan sangat mewah kehidupannya ya?
“Terima kasih Ivory, kau bisa beristirahat untuk hari ini,” ucapku ke Ivory yang berdiri dibelakangku. Sebelum aku melepaskan pakaianku, ia mengatakan sesuatu.
“Omong-omong anda sangat luar biasa disana Yang Mulia, anda berhasil melakukan apapun yang orang lain gagal lakukan Yang Mulia … atau Silvana25,” ucapannya mengejutkanku, tidak ada yang tahu akan itu, Silvana25, nama streamingku …
Siapa Ivory ini sebenarnya?!