NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:973
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 5

Bel jam istirahat berbunyi, Araya berdiri dari bangkunya berjalan ke arah Devan dan Naya, yang asik mengobrol.

"Devan, kamu ke mana kemarin?" tanya Araya, penuh hati-hati.

Wajah Devan yang awalnya bahagia berubah drastis menjadi datar. Pemuda itu berdiri. "Araya, bukankah sudah ku katakan padamu untuk bersikap dewasa. Kemarin kamu meninggalkan tanggungjawab mu sebagai ketua kelas, sekarang ...." Pemuda itu menoleh ke arah Naya yang wajahnya terlihat memohon.

"Kamu melukai Naya, sebenarnya apa masalahmu," ucap Devan, kesal.

"Aku tidak sengaja, Devan. Aku... aku sudah meminta maaf," jelas Araya.

Naya berdiri dari duduknya, memegang bahu Devan lembut, gadis itu berjalan ke arah Araya. "Devan, sudah. Lagipula itu salahku karena berada di depan pintu," ucap Naya.

"Kamu seorang ballet, Naya. Tidak cocok tubuhmu yang lembut ini tercoreng," ucap Devan dengan khawatir.

Naya tersenyum. "Makasih, kamu sungguh perhatian."

"Devan, aku ingin bicara berdua denganmu." Araya langsung saja ke intinya, jika tidak ia tidak memiliki kesempatan untuk bicara pada Devan.

Tanpa ragu Devan mengangguk. "Di mana?"

"Di dekat lapangan basket."

Devan tersenyum kemudian menangkup pipi Araya dengan lembut. "Sayangkuh ingin berbicara apa, hm? Apa itu penting?" tanya pemuda itu dengan lembut penuh perhatian.

Araya mengangguk, gadis itu tersenyum namun bukan lah senyuman yang ingin dia tampilkan.

"Bagaimana denganku, Araya?" tanya Naya.

Devan menggenggam tangan Araya dengan lembut. "Naya adalah sahabatmu, dia harus tahu juga."

Araya ingin sekali menolaknya namun dia tidak memiliki pilihan selain mengangguk dan setuju jika Naya juga ikut. Itupun sudah kebiasaan.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Di dekat lapangan basket.

Devan mengelus jidat Naya dengan lembut karena Naya mengatakan jidatnya kembali berdenyut menimbulkan rasa nyeri dikepalanya.

"Devan, pergilah. Aku akan duduk di sini mendengar kalian," ucap Naya.

Devan tersenyum kemudian mengangguk. "Kamu benar-benar teman yang pengertian," ucap Devan, mencolek hidung Naya.

Naya terkekeh geli, memukul lembut dada Devan. "Pergi, ih!"

Araya yang melihat aksi itu merasa sedikit cemburu, namun ia memilih untuk menyembunyikan rasa cemburu itu. Lagipula—mereka hanya berteman.

"Sekarang bicaralah," ucap Devan setelah sampai di depan Araya.

Araya mengangguk. "Aku sudah berbaikan dengan, Mama. Kemarin aku mencarimu, tapi kamu tidak kunjung menjawab setiap penggilanku," ucap Araya sedikit mendongak menatap Devan.

Devan memeluk Araya dengan erat. "Maafkan aku, yah? Kemarin aku ada urusan mendadak hingga lupa memgang ponsel. Syukurnya kalau kamu sudah berbaik dengan Mama-mu," ucap Devan terdengar ikut bahagia.

Araya membalas pelukan pemuda itu dengan erat. "Terimakasih, Devan. Kamu selalu ada untukku," lirihnya.

Devan mengangguk di dalam pelukannya. "Iya, sayang. Sebagai kekasih itulah gunanya, aku bangga padamu karena sudah bersikap dewasa," ucap Devan mengecup jidat Araya lembut.

Araya mengangguk.

"Ini semua karena mu," ucapnya.

Naya tersenyum, berdiri dari duduknya kemudian melangkah ke arah dua pasangan yang tengah saling pelukan.

"Araya, selamat, yah. Aku ikut senang mendengarnya."

Devan melepaskan pelukannya.

Araya mendekat ke arah Naya. "Naya, maaf kan aku, yah? Karena sudah merepotkan mu," ucap Araya merasa menyesal.

Naya tersenyum kemudian memeluk Araya dengan erat. "Tidak masalah, Araya."

Devan ikut tersenyum merasa lega karena kini Araya sudah membaik dengan ibunya. Pemuda itu memegang bahu Araya dengan lembut.

"Sayang, bagaimana kalau nanti malam kita makan bersama?" ajak Devan.

"Berdua?" tanya Araya.

Devan mengangguk. "Iya, sayang, hanya berdua. Malam ini ada festival kembang api, bakal seru," ucap Devan terdengar antusias.

Araya mengangguk. "Baiklah."

"Aku akan menjemputmu."

Di sisi lain Naya yang berada diantara mereka mengepalkan tangannya kuat, walaupun wajahnya tersenyum penuh kesenangan.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Malam pun tiba.

Araya berada di depan cermin, mencari pakaian-pakaian yang paling bagus untuk berjalan berdua dengan kekasihnya, Devan.

Ini adalah pertama kalinya mereka jalan berdua, jadi Araya benar-benar bersemangat untuk bersiap-siap.

Biasanya akan ada Naya yang mengikuti mereka berdua—alhasil Araya hanya menjadi nyamuk di antara keduanya. Memiliki foto dan menikmati waktu sama sekali tidak pernah ada untuk Araya.

"Hmm, apa yang aku harus bahas saat bersamanya." Pakaian saja belum menentu, Araya sudah mulai memikirkan topik apa yang akan nanti dia bahas bersama Devan.

Ceklek.

Pintu kamar gadis itu terbuka, menampilkan Rasti yang menatapnya penuh tanya.

"Kamu mau ke-mana?" tanya Rasti.

Araya terlihat kaku, bingung harus menjawab apa.

"Araya mau menyaksikan festival kembang api, Ma," jawabnya.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya— sejujurnya gadis itu ingin mengatakan. Kalau dia ingin pergi berjalan berdua dengan kekasihnya, sambil menikmati festival kembang api di pertengahan kota.

"Sendiri?"

"Ma, Araya ingin menikmati sejuknya angin malam dan memandang betapa indahnya kembang api saat terurai terpisah," jelas Araya.

Rasti mengangguk, ia berjalan dan mengambil sesuatu di dalam lemari Araya. "Gunakanlah ini." Rasti menyodorkan sebuah syal ke arah Araya.

"Angin memang memberikan kesejukan pada tubuh. Namun, angin juga bisa menimbulkan penyakit pada dirimu," ucap wanita itu penuh perhatian.

Araya mengambil syal tersebut kemudian tersenyum tipis. "Aku akan bersiap," ucapny.

Rasti mengangguk setelahnya wanita itu keluar dari kamar Araya. Araya menghela napas, mulai berganti pakaian dan menunggu Devan di depan rumah.

Sudah benerapa menit gadia itu menunggu, namun belum ada tanda-tanda Devan datang. Araya kembali memberikan Devan pesan, kemudian mmenelpon pemuda itu.

Terangkat!

"Halo, Devan, kamu di mana, aku sudah siap," ucapnya terburu-buru.

Di seberang telepon, Devan terdengar menarik napas. "Sayang, maafkan aku. Sepertinya aku tidak bisa datang, kamu pergi sendiri bisa kan?"

"Tapi ..."

"Aku punya urusan yang sangat penting," ucap Devan dibalik telepon. Suara pemuda itu memamg terdengar panik sekarang.

Araya pun mematikan panggilan tanpa mengucapkan sepatah kata-pun. Untuk apa dia bersiap-siap jika ujung-ujungnya tidak jadi. Baiklah! Araya akan pergi sendirian, menikmati festival kembang api.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Dersik angin menyapu kulit yang membutuhkan kehangatan. Syal yang berada pada lehernya semakin diiretkan agar memberi kehangatan. Bukankah ia bodoh, menikmati setiap halusan angin namun tetap mengeratkan syal pada lehernya agar tidak dingin?

Rambut panjang yang biasa diikat, terurai bebas. Ikut menikmati setiap hembusan angin yang menyambar. Kaki-nya yang terus melangkah melambat, pikirannya mulai bekerja. Mau ke-mana. Ia tidak memiliki arah pulang.

Hingga akhirnya mata yang sedari tadi memandang ke bawah jalanan, melirik ke salah satu cafe yang terlihat indah dan ramai. Rata-rata yang berada di sana adalah pasangan—tidak dibayangkan jika Araya dan Devan duduk dan menikmati setiap moment yang ada.

"Sampai semuanya terwujud," lirihnya.

Dengan lamgkah percaya diri, Araya memasuki cafe tersebut. Menatap seoang pemuda yang mengakhiri nyanyiannya.

Dengan keyakinan dan untuk menghibur diri Araya naik ke atas panggung, menghampiri yang memiliki acara.

"Apa aku bisa bernyanyi dan memainkan gitarmu?" ucapnya terus terang.

Tidak ada yang akan mendengarnya, dan tidak ada yang akan tahu siapa dia. Araya melepaskan syal pada lehernya, mengikat syal tersebut pada pingganga. Duduk di kursi dengan gitar yang dia pegang disertai mic yang sudah tersimpan pada tempatnya.

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!