Setelah lima tahun Fatur pergi ke luar negri untuk menghilangkan luka hatinya karena Anggita, kini ia kembali ke Indonesia dan tiba-tiba bertemu lagi dengan perempuan yang sangat ia cintai di masa lalunya. Sampai akhirnya Fatur jatuh cinta lagi untuk yang kedua kalinya kepada Anggita.
Disarankan membaca novel 'Jatuh Cinta Lagi' sebelum membaca novel ini.
Up dari senin sampai sabtu ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Snow White, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Mimpi
Tidak ada tempat bagi Fatur untuk menghindar dan bersembunyi saat ini, semua sudah terlambat untuk ia hindari dan tidak mempunyai pilihan lagi selain menghadapi Anggita. Mungkin saja Damar tidak tahu tentang hubungannya dengan Anggita, dulu. Kedua tangannya mengepal dengan begitu erat seraya menahan air mata yang hendak jatuh ke pipinya, napasnya masih tidak karuan dan lelaki tampan itu menarik kembali napas panjangnya dan mengumpulkan kekuatan untuk bisa berhadapan dengan Anggita. Lalu diusapnya air mata yang akhirnya kini jatuh ke pipi Fatur. Damar dan Anggita sudah berhenti tepat di depan Fatur, jaraknya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Diputarnya tubuh Fatur dan sudah mendapat ketiga orang berdiri mematung menunggunya, pertama kali yang ditangkap oleh kedua bola mata Fatur adalah sosok Anggita yang lekat dalam pandangannya. Tatapan itu yang sangat Fatur rindukan selama ini.
Dengan kedua bola matanya Fatur bisa melihat sikap Anggita yang awalnya biasa saja, kini berubah menjadi kaget dan menatap tajam kepada dirinya. Anggita kaget bukan main ketika melihat sosok Fatur ada di depannya saat ini, apa dirinya tidak salah lihat jika itu adalah Fatur. Mulutnya kaku dan lidahnya terasa kelu, walaupun Fatur sekarang sudah sedikit berubah tetapi Anggita masih bisa mengenalinya. Dia adalah lelaki yang pernah mengisi hari-harinya, dulu. Mata Anggita mulai berkaca-kaca dan hatinya terasa sesak, sungguh yang di hadapannya itu adalah Fatur. Lelaki yang sangat dirindukannya selama ini dan juga sangat Anggita cintai tanpa Fatur tahu.
"Tur, kenalkan. Ini Damar, pemilik tempat ini," kata Reza memperkenalkan Damar secara pribadi kepada Fatur karena mereka baru saja bertemu.
Jadi ini adalah kekasihnya Anggita yang akan memakai desain miliknya, lelaki dengan tinggi 175 cm dan berat 70 kg itu mempunyai bentuk tubuh yang atletis dengan kulit berwarna sawo matang. Seorang polisi yang mempunyai wajah tampan serta kedua tangan yang sangat kasar. Kedua mata yang sedikit bulat, rambut model spike, serta tatapan mata yang sangat tajam. Mata Fatur yang tadinya menatap Anggita kini beralih menatap lelaki yang ada di samping gadis itu. Lelaki yang telah merebut kebahagiaannya, apa pantas Fatur berbicara seperti itu. Hati Fatur sangat berkecamuk saat ini ingin rasanya dia teriak dan pergi dari sana karena tidak sanggup berhadapan dengan Anggita.
"Damar," ucap Damar memperkenalkan dirinya sabil mengulurkan tangan kanannya kepada Fatur.
Andai saja bukan Damar yang menjadi kliennya pasti Fatur sudah melampiaskan semua rasa kecewa dan amarahnya saat ini. Fatur masih terdiam namun tidak mungkin dirinya mengabaikan Damar begitu saja, dengan tangan yang gemetaran Fatur mencoba membalas uluran tangan Damar.
"Fatur," balas Fatur dengan nada terdengar sedikit parau dan menatap Damar dengan lekat.
Mata Anggita terus memperhatikan kedua lelaki yang ada didekatnya karena takut jika Fatur akan berbicara sesuatu kepada Damar tentang hubungan mereka berdua di masa lalu, karena Fatur adalah tipikal lelaki yang ambisius dan sangat terobsesi kepadanya. Sesekali gadis itu mencuri pandang menatap Fatur yang sedari tadi mencoba menghindari kontak mata dengannya.
"Gue senang dengan desain rumah lo, dan gue harap lo segera memulainya," kata Damar sambil melepaskan tangannya dari Fatur.
"Dengan senang hati gue akan segera memulainya," balas Fatur gugup dan mencoba terlihat tenang karena sedari tadi Anggita terus menatapnya.
"Kenalkan ini Anggita, calon istrinya Damar," sela Reza memperkenalkan gadis yang ada di samping Damar sebagai calon istrinya.
Bagai disambar petir telinga Fatur saat mendengarnya, padahal Fatur sudah tahu jika Anggita adalah calon istrinya Damar. Namun mengapa Fatur masih saja terkejut dan merasa belum percaya. Hati Fatur masih terasa tercabik-cabik, dan seperti oksigen di dalam tubuhnya hilang yang membuatnya kesulitan untuk bernapas. Sebisa mungkin dirinya harus tenang saat dirinya mengulurkan tangannya kepada Anggita. Tubuh Fatur lemas dan semangatnya untuk menyelesaikan misinya sirna sudah.
"Anggita, kenalkan ini Fatur. Dia yang telah membuat konsep rumah untuk kalian berdua," sambung Reza lagi memperkenalkan Fatur kepada gadis itu.
Mereka berdua saling menatap, matanya saling bertemu seolah berbicara jika mereka saling merindu dan memendam rasa sakit hati, mata Fatur yang tadinya sudah mulai mengering kini kembali berkaca-kaca saat menatap Anggita. Begitu juga dengan Anggita yang tanpa disangka air matanya jatuh ke pipi dengan cepat Anggita menghapusnya.
"Fatur," ucap Fatur terlihat gugup mengulurkan tangannya sebagai tanda perkenalan dengan suara yang sedikit gemetaran.
Anggita memperhatikan tangan Fatur yang ada di hadapannya itu dengan cepat gadis itu membalas uluran tangan Fatur.
"Anggita," kata Anggita membalas uluran tangan Fatur.
Kedua tangan itu kembali bersua setelah sekian lama, Anggita kembali merasakan hangatnya tangan Fatur setelah sekian lama. Tangan ini yang pernah dulu digenggamnya, tangan ini yang pernah mengusap air mata saat Anggita merasa sedih, tangan ini yang pernah memeluk tubuhnya dengan mesra, tangan ini yang pernah meraihnya saat jatuh dan tangan ini yang selalu Fatur genggam saat Fatur melewati masalah. Mata mereka saling menatap begitu lama, memang benar yang ada di hadapannya sekarang ini adalah Anggita. Mengapa bisa Anggita hadir kembali saat ini, saat Fatur mencoba untuk melupakannya. Lagi dan lagi kembali ada getaran di antara mereka berdua, getaran yang pernah terjadi dan ada dulu saat mereka pertama kali bertemu. Perasaan lima tahun lalu kini hadir saat ini dan terasa begitu sangat nyata, rasa cinta, rindu, sayang, benci, luka kini dirasakan oleh Anggita dan Fatur.
Fatur menjelajahi wajah Anggita dari atas rambut sampai bawah kaki, ternyata gadis itu masih sama seperti dulu. Anggita yang sangat dirindukannya, dan ia melihat jam tangan yang dulu diberikan untuk Anggita masih dipakai oleh gadis cantik itu. Fatur begitu kaget dan bahagia ternyata pemberian darinya masih dipakai, begitu juga saat kedua bola mata Fatur melihat sepatu pemberian darinya masih dipakai. Sepatu yang dulu Fatur berikan kepada Anggita uang pertama yang dihasilkan oleh Fatur dari tabungannya. Hati Fatur kembali sedih saat melihatnya, apa itu artinya Anggita masih menyimpan perasaan untuk dirinya. Lalu mereka melepaskan tangannya masih-masing mencoba untuk menenangkan dan mengendalikan perasannya masing-masing, rasa gugup menyelimuti perasaan mereka berdua.
"Gue sudah menghubungi para pegawai dan seorang mandor, jadi tinggal lo putuskan kapan mulai dan gue juga ingin lo ikut mengawasi pembangunan rumah ini. Jadi gue mau lo yang bertanggung jawab," kata Damar sambil menatap Fatur yang ada di hadapannya saat lelaki itu selesai melepaskan rindunya kepada Anggita.
Sungguh ini bukan ide bagus bagi Fatur karena itu tandanya ia akan bertemu dengan Anggita tetapi dirinya tidak mempunyai pilihan lagi selain mengiyakan karena Fatur sudah menyetujui tentang pekerjaan ini. Jika bukan karena Erik pasti sudah ditinggalkan pekerjaan ini.
"Iya," balas Fatur singkat sambil menatap Damar dengan rasa gugup.
Sedari tadi Anggita terlihat berusaha untuk menahan air mata yang hendak turun ke pipinya, begitu juga dengan Fatur yang berusaha menahan diri dari perasaannya kepada Anggita. Namun sayang air mata gadis itu jatuh dengan derasnya, untung saja Damar tidak memperhatikan kekasihnya itu.
"Masalah biaya kita bicarakan nanti malam atau besok," kata Damar lagi.
"Ok. Gue tunggu," kata Fatur singkat.