Penderitaan bisa dikatakan sebagai temannya. Tangis air mata tak pernah lupa untuk hadir. Perih dari luka yang tercipta selalu ia tahan. Namun, bagaimana jika ia harus menikah hanya untuk menggantikan posisi pengantin perempuan.
Elvira Pelita harus menggantikan posisi sang kakak dalam pernikahan, menjadi pengantin perempuan yang bersanding dengan pria yang seharusnya ia panggil kakak ipar.
Arkanio Althaf Zerion harus menikahi sang calon adik ipar karena calon istrinya melarikan diri. Ia selalu membenci pernikahannya karena bagi Arka, Vira penyebab perginya perempuan yang amat dicintainya.
"Jangan mendekat jangan sakiti aku, aku bisa menjelaskan semuanya. Aku tidak bersalah." Vira was-was karena Arka semakin mendekat.
"Kau salah, kau bersalah!" teriak Arka tepat di muka Vira.
Bagaimana pernikahan yang dipenuhi kebencian itu akan berjalan dan bagaimana cara Vira menyakinkan Arka bahwa ia tidak bersalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebahagiaan Sesaat
"Hati-hati," pekik Nando menahan tubuh Vira yang terhuyung ke belakang.
"Terima kasih, Pak Nando." Vira segera melepaskan diri dari Nando. Berjalan pelan menuju motor yang terparkir rapi.
"Bu Vira yakin mau bawa motor?" tanyanya saat Vira sudah mengenakan helm.
"Saya antar aja ya, Bu." Ada nada khawatir saat Nando mengatakan niatnya.
"Maksud saya baik. Bu Vira kan lagi hamil trus wajah ibu juga kelihatan pucat banget, apalagi tadi hampir aja jatuh. Bukan mendoakan saya cuma takut terjadi hal yang tidak diinginkan," ujar Nando memberikan alasan dibalik ucapannya. Ia juga tidak ingin Vira salah paham akan ucapannya.
Suasana sekolah sudah sepi hanya tinggal guru yang sedang mengajar ekstrakurikuler. Kebetulan atau tidak Vira dan Nando sama-sama berniat pulang. Mungkin Tuhan sedang berbaik hati mengirimkan seseorang untuk membantu Vira.
"Apa tidak merepotkan. Pak Nando kelihatan sedang buru-buru." Vira tidak enak hati jika harus merepotkan orang lain.
"Tidak sama sekali tidak. Mari saya antar." Nando mengeluarkan motornya. Meminta Vira untuk membonceng melalui lirikan matanya.
"Bagaimana dengan motor saya," ungkap Vira.
"Tinggal saja, tidak akan hilang jika di tinggal semalam." Vira pun percaya.
Ia mengenakan helm dan mulai naik ke jok belakang. Motor matic itu pun mulai meninggalkan parkiran. Melaju di atas aspal hitam. Vira tidak kesulitan karena ia mengenakan celana, tidak dapat dibayangkan jika Vira mengenakan rok yang tentunya ia akan duduk menyamping.
Tidak banyak pembicaraan yang menyertai keduanya. Vira menjawab seadanya saat Nando mengajaknya mengobrol, terkesan menghindar. Nando yang merasakan jika Vira membatasi pembicaraan dengannya pun mulai terdiam. Selanjutnya mereka tidak terlibat pembicaraan.
Jalanan ramai mengingat ini jam pulang kerja dan sudah biasa jika terjadi macet, beruntung Vira dan Nando tidak terjebak macet. Motor terus melaju membelah jalanan. Namun, Nando merasakan ada yang salah dengan motornya. Tidak ingin terjadi hal buruk, ia memilih menepi.
"Kenapa," ucap Vira heran dan memilih turun dari motor dan melepas helm yang ia kenakan.
"Sepertinya ban motor saya bocor," duga Nando melihat ban depan motornya yang kempes. Ia melihat sekeliling mencari bengkel terdekat.
"Saya panggilkan taksi ya, biar ibu cepat sampai rumah," usul Nando tidak tega melihat Vira yang sudah kelelahan, apalagi langit mulai berganti warna. Jarak yang harus ditempuh pun masih lumayan jauh.
"Motornya?" Benda mati pun Vira khawatirkan nasibnya. Sungguh wanita yang tidak terduga.
"Masuk bengkel lah, dan pastinya akan saya tunggu. Jadi, Bu Vira bisa kan naik taksi sendirian." Nando mengangkat sebelah alisnya, menanti jawaban dari Vira di sebelahnya.
Vira terlihat menimang-nimang usulan Nando. Bukan karena ia takut melainkan ia merasa bersalah telah merepotkan pria di depannya. Jika saja Nando tidak menawarkan diri untuk mengantarnya, kejadian seperti ini tidak akan terjadi.
"Atau mau telpon suaminya biar di jemput." Perkataan Nando menyadarkan Vira jika ia memiliki seorang suami. Pria yang tidak menginginkannya mana mungkin mau membuang-buang waktu untuk menjemput Vira.
"Suami saya...."
Tiiinnn!
Perkataan Vira terhenti karena suara klakson mobil. Keduanya menoleh memandang sebuah mobil hitam berhenti tepat di samping mereka. Mobil itu sangat familiar di penglihatan Vira. Saat kaca mobil diturunkan, dugaan Vira benar jika mobil itu milik Arka.
"Masuk mobil." Arka berkata begitu datar, menatap tak suka pada lelaki yang berdiri di dekat Vira.
Dadanya sesak melihat keduanya, dan tangannya sudah mengepal ingin memukul wajah polos pria itu. Arka tidak tahu apa yang sudah membuatnya seperti ini, tapi ia tidak suka jika Vira dekat dengan lelaki lain.
Vira tidak bisa mempercayai bahwa Arka ada di hadapannya dan memintanya untuk masuk mobil. Dirinya masih diam memandang Arka yang menatapnya dengan tajam. Kilatan amarah terlihat jelas di mata Arka dan membuat Vira enggan untuk masuk mobil.
"Kenapa gak masuk, suaminya sudah menunggu loh, Bu," ucap Nando menatap heran pada pasangan suami istri di depannya. Terutama pada Vira yang tidak bergeming dari tempatnya.
Arka yang sudah mulai jengah melihat keduanya pun terpaksa turun. Menghampiri Vira yang asik diam.
"Cepatlah masuk, jika ingin sampai rumah secepat mungkin." Arka menarik tangan Vira begitu lembut, membuka pintu penumpang untuk Vira. Dirasa Vira sudah masuk dan duduk dengan tenang Arka pun menutup pintu.
Hati Vira menghangat mendengar suara lembut Arka. Seolah ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Seulas senyum tipis menghiasi bibir Vira. Kebahagiaan kecil yang menerobos masuk tanpa permisi menuju hati yang retak.
"Jangan salah paham, Pak. Saya hanya berniat membantu, mengingat jika Bu Vira sedang...."
Nando tidak jadi meneruskan perkataannya bahwa Vira sedang hamil karena Arka sudah mengangkat tangan menghentikan ucapan Nando.
"Terima kasih sudah memedulikan istri saya, tapi tidak baik seorang lelaki membawa wanita bersuami bersamanya," kata Arka memberikan tatapan tak bersahabat pada Nando. Menyindir melalui perkataannya.
Nando mengerjap beberapa kali mendengar sindiran dari suami rekan kerjanya. Sebenarnya niat Nando baik mengantar Vira pulang dengan selamat, tapi Nando melakukan kesalahan. Langsung memberi tawaran pada Vira yang jelas sudah bersuami dan memiliki seorang pria yang memperdulikan. Sebelum melakukannya seharusnya Nando bertanya terlebih dahulu mengenai suami Vira, tapi saat itu ia khawatir dan dipikirannya hanya mengantar Vira dengan selamat.
"Semua tidak seperti apa yang Anda pikirkan. Saya hanya membantu Bu Vira itu saja tidak lebih apalagi memiliki niat terselubung."
"Saya tidak suka ada yang menyentuh milik saya. Jadi, saya peringatkan untuk menjauh dari istri saya. Paham." Arka menepuk bahu Nando, kemudian memutari mobil dan duduk pada kursi kemudi. Mobil bergerak meninggalkan Nando yang tak bisa berkata apapun.
Di dalam mobil Vira hanyut dengan pikirannya sendiri. Ia mendengar semuanya, apa saja yang Arka katakan pada Nando. Hatinya berdesir mengingat saat Arka mengucapkan kata 'istri saya' dengan penuh penekanan. Vira melayang tinggi dengan sikap lembut Arka di sore hari ini.
Membayangkan semua perkataan Arka tadi menjadikan pipinya bersemu merah. Ia bahagia hanya dengan perkataan kecil dari Arka, tapi nyatanya membuat dampak buruk pada kesehatan jantungnya. Karena terus berdetak begitu kencang.
Hormon kehamilan menjadikan Vira cepat merasakan sesuatu dan langsung mengapresiasikan apa yang telinganya dengar, dan entah bagaimana rasa pusing dan mual yang Vira rasakan, hilang begitu saja. Bahkan Vira merasa bahwa tubuhnya kembali sehat.
“Kamu merindukan papa ya, Nak. Makanya hari ini kamu rewel." Vida berkata dalam hati.
Sekarang Vira tahu apa yang terjadi, ternyata anaknya merindukan suara Arka, maka dari itu sejak tadi Vira merasa mual dan pusing.
"Jangan besar kepala, aku melakukannya untuk diriku sendiri. Wajahmu sudah diketahui banyak orang, jika mereka melihatmu dengan pria lain otomatis akan mengundang banyak pertanyaan. Aku hanya menyelamatkan martabat diriku sendiri di muka masyarakat." Arka berkata dengan begitu lancar. Tidak berpikir bahwa perkataannya sudah menjatuhkan Vira yang sedang terbang tinggi.
***
Happy reading.
Kayaknya gak bisa tidur deh karna digantung wkwk. Sabar ya sabar, selamat menanti kelanjutan cerita ini hehe
Salam sayang dari aku. ??
Orang berpendidikan kok mau2nya di aniaya sama ayah dan suaminya..gk masuk akal..
Ceritanya terlalu lebay..
Thor coba bikin tokoh perempuan yg kuat dan punya harga diri
Vira kamu jgn bodoh pergi dari rmh itu..kamu seorang pendidik harusnya tegas dan punya sikap..
thor viranya harus di bikin tegas dan punya sikap dong..