Anindita (40), seorang istri yang berdedikasi, menjalani kehidupan rumah tangga yang tampak sempurna bersama Bima, suaminya, seorang insinyur. Namun, semua ilusi itu runtuh ketika ia mencium aroma sirih dan parfum vanila murahan yang melekat di pakaian suaminya.
Bima ternyata menjalin hubungan terlarang dengan Kinanti, seorang siswi SMP yang usianya jauh di bawahnya dan merupakan teman sekolah putra mereka. Pengkhianatan ini bukan hanya merusak pernikahan yang sudah berjalan delapan belas tahun, tetapi juga melukai harga diri Anindita secara telak, karena ia dibandingkan dengan seorang anak remaja.
Dipaksa berhadapan dengan kenyataan pahit ini, Anindita harus memilih: berjuang mempertahankan kehormatan keluarganya yang tercoreng, atau meninggalkan Bima dan memulai hidup baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansan Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Rahasia
Bima tahu ia tidak bisa melawan Purbaya dan Ibu Kinanti dari jarak jauh. Ancaman untuk menyeret Anindita kembali ke pengadilan, membuka kembali aib anak haram di depan publik, adalah satu-satunya kartu yang bisa memaksa Anindita turun tangan. Bima sadar ia harus bertemu Anindita, tetapi untuk melakukan itu, ia membutuhkan Kinanti di sisinya.
Ia segera menghubungi Kinanti di Italia.
"Kau harus kembali, Kinanti," kata Bima melalui saluran terenkripsi. "Ibumu dan Purbaya akan menghancurkanku, dan itu akan menarik GEI kembali ke Indonesia. Kau tidak akan aman di mana pun."
Kinanti, yang kini hamil empat bulan, enggan. "Aku tidak mau kembali ke sana, Mas Bima. Aku takut dengan Anindita dan polisi."
"Anindita tidak akan menyentuhmu, dia akan terlalu sibuk menyelamatkan Rayhan," Bima berbohong, menggunakan nama Rayhan sebagai umpan emosional terakhir. "Kita akan menghadapi ibumu dan Purbaya bersama. Kita akan melakukan tes DNA dan aku akan mengakui anak ini, tapi kita harus melakukannya dengan caraku."
Kedatangan di Bawah Radar
Dua hari kemudian, Bima menunggu di area kedatangan bandara yang sepi. Kinanti tiba dengan penerbangan dini hari, wajahnya pucat karena kelelahan dan ketakutan. Kinanti mengenakan mantel tebal untuk menyembunyikan kehamilannya.
"Ini gila, Mas Bima," bisik Kinanti saat Bima membawanya ke mobil sewaan yang tidak mencolok.
"Hanya gila yang bisa menghadapi gila," jawab Bima. "Kita akan bersembunyi di safe house Dani yang lain. Tidak ada yang tahu tempat itu kecuali aku."
Meskipun Kinanti telah mengkhianatinya, Bima merasakan dorongan protektif yang aneh. Anak dalam kandungan Kinanti adalah satu-satunya warisan fisiknya yang tersisa.
Pertemuan Puncak dengan Sang Ratu Audit
Sore itu, Bima mengatur pertemuan yang sangat berisiko. Ia tahu ia tidak bisa menelepon Anindita; ia harus memberikan pesan yang hanya akan dimengerti Anindita. Bima mengirimkan sebuah file terenkripsi kepada Purbaya, yang isinya adalah rekaman suara Dani Wijaya saat ia bernegosiasi dengan GEI.
Beberapa jam kemudian, Anindita muncul di tempat yang diminta Bima: sebuah gudang kosong di kawasan industri Jakarta Utara, jauh dari jangkauan GEI dan media. Anindita datang sendirian.
Wajah Anindita tampak lebih kurus, tetapi tekadnya sekuat baja. Ia melihat Bima dan Kinanti berdiri berdampingan. Kinanti mundur selangkah, takut.
"Jadi ini permainannya, Bima," kata Anindita dingin. "Kau kembali, membawa selingkuhanmu yang hamil, dan kau menggunakan ancaman Purbaya untuk memaksaku bicara."
"Kami tidak datang untuk mengancammu, Ndita. Kami datang untuk bernegosiasi," kata Bima, melangkah maju. "Purbaya akan menggunakan kehamilan Kinanti dan rekaman suara di mana aku memanipulasi Rayhan. Kau tahu apa artinya itu bagi reputasi Rayhan."
Anindita memejamkan mata sesaat. Itulah titik kelemahannya: memori Rayhan.
"Apa yang kau mau, Bima?"
"Pertama, aku akan mengakui anak ini secara hukum dan membayar semua tunjangan. Itu harus. Kedua, aku ingin kau menggunakan koneksimu untuk membersihkan nama Kinanti dan memberinya identitas baru, seperti yang kau janjikan sebelumnya. Sebagai imbalan, kau harus memastikan Purbaya dan ibunya diam dan tidak pernah menyebut nama Rayhan dalam tuntutan mereka."
Anindita menatap Kinanti, tatapannya menyiratkan kebencian yang mendalam. "Kau berani kembali ke negara ini, setelah apa yang kau lakukan?"
Kinanti memberanikan diri. "Aku kembali karena anak ini, Anindita. Dia tidak bersalah. Sama sepertimu, aku ingin melindungi anakku."
Kata-kata Kinanti, yang merujuk pada naluri keibuan yang sama, sedikit melunakkan Anindita.
"Aku akan membantumu, Bima," putus Anindita, nadanya kembali dingin. "Aku akan menjamin Purbaya mundur, tapi bukan demi dirimu atau wanita itu. Aku melakukannya demi Rayhan. Dan sebagai imbalan, aku ingin kau dan Kinanti memberi kesaksian bersama."
Tuntutan Balik Anindita
"Kesaksian tentang apa?" tanya Bima curiga.
"Kesaksian bahwa GEI dan Tuan Wirawan menggunakan dana perusahaan untuk membayar perlindungan bagi Haris Wijayanto dan juga membiayai kampanye hitam terhadap perusahaan kita, termasuk menggunakan Kinanti sebagai agen ganda untuk mendapatkan file dan informasi sensitif," kata Anindita.
Bima terkejut. Anindita tidak hanya membersihkan namanya; dia mengubah Kinanti menjadi saksi kunci dalam perang korporatnya.
"Kenapa kau mau Kinanti terlibat?" tanya Bima.
"Karena jika Kinanti bersaksi, dia akan mendapatkan perlindungan saksi federal—perlindungan yang sah dari GEI, dan perlindungan yang jauh lebih kuat dari pada uang tunaimu. Ini adalah satu-satunya cara dia benar-benar aman," jelas Anindita. "Dan aku akan menghancurkan Wirawan di pengadilan dengan bukti yang lebih besar."
Anindita berjalan menuju pintu. "Kau punya 24 jam untuk memutuskan. Bergabunglah denganku, dan kau akan mendapatkan kedamaian untuk anakmu. Tolak aku, dan aku akan membiarkan Purbaya menghancurkanmu. Dan kali ini, aku akan memimpin serangan itu."