NovelToon NovelToon
Cegil Kesayangan Drexler

Cegil Kesayangan Drexler

Status: sedang berlangsung
Genre:Gadis nakal / Diam-Diam Cinta / Murid Genius / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Enemy to Lovers
Popularitas:19.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

0o0__0o0

Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.

Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.

***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.

0o0__0o0

Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.

Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.

***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."

Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.

"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.

Cup..!

Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.

"DREXLER, FIRST KISS GUE"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Di Antara Tarian & Rahasia

...0o0__0o0...

...Sore hari di sekolah. Studio klub balet....

...Beberapa siswa tampak berceloteh sambil bersandar di dinding kaca—geng Sinta, seperti biasa, paling bertingkah. Tidak pernah kapok....

..."Gak apa-apa lo kalah, Sin," kata Dina santai, seakan hasil lomba cuma angka. "Yang penting lo yang kepilih mewakili sekolah, meskipun gagal bawa pulang piala."...

..."Iya," sambung Lela cepat. "Dengan lo yang jadi perwakilan aja udah cukup buktiin rendah-nya kemampuan ketua klub balet kita."...

..."Bener," tambah Riska. "Harusnya dia mundur. Lo aja yang gantiin jadi ketua. Lebih pantas."...

...Sinta tak merespons. Diam. Tatapan-nya kosong ke depan seperti ada batu besar yang menggelayut di dadanya....

...Kemudian—...

...“Apasih yang di harepin dari anak broken home…?” Dina mengucapkan-nya pelan, tapi penuh racun....

...Riska terlonjak. “Lyra anak broken home ? Serius ? Lo tau dari mana, anjir ?”...

...Dina menyeringai, puas melihat ekspresi terkejut Riska....

...“Hush, jangan kagetan, Ris. Dari vibes-nya aja kelihatan, kayak ada luka di mata. Plus… aku dapet gosip dari orang terpercaya.”...

...Riska mendekat, penasaran. “Gede nih gosip, Din. Lo yakin ? Atau ada skandal yang belum gue tau ? Spill, cepet!”...

...“Kira-kira nyokapnya kayak apa ya, sampai bokapnya nikah lagi ?” gumam Lela, sok-sok detektif....

...Dina mendecih. “Ya jelas mirip Lyra. Gatel. Murahan.”...

...Sinta mengembuskan napas panjang. Bukan karena setuju tapi karena tekanan yang menghimpit-nya makin sesak. ...

...Dia tak membenarkan gosip itu, tapi juga tak menghentikan-nya....

...Yang memenuhi kepala Sinta cuma satu:...

...Bagaimana dia bisa mendapat pengampunan dari Lyra ?...

...Ancaman ayah tirinya terus menggema, menusuk tiap celah kesadaran-nya. Membuat tangan-nya dingin dan pikiran-nya kacau....

..."Sial." Umpat Sinta Frustasi. "Apa yang harus gue lakuin ?" Batin-nya berteriak. Otaknya tercekik kecemasan....

...Sementara itu—...

...Lyra, yang berada di dalam studio lebih awal, jelas mendengar semuanya....

...Tapi gadis itu tetap tenang....

...Diam....

...Fokus....

...Lyra memutar tubuh dengan keseimbangan sempurna, seolah setiap kata jahat justru mendorong ritmenya menjadi lebih presisi....

...Setiap kalimat mereka di balas bukan dengan argumen, tapi dengan gerakan yang makin memesona—seperti angin yang menari, seperti amarah yang berubah menjadi seni....

...Lyra melangkah ke tengah ruangan, satu kaki terangkat tinggi, tubuhnya melengkung dalam garis yang tajam dan indah....

...Sampai akhirnya—...

...Dina merasa muak. Jengah. Ia menekan tombol stop pada speaker dengan gerakan dramatis....

...Musik terputus....

...Lyra berhenti berputar. Kakinya turun perlahan ke lantai, napasnya tetap teratur. Tanpa menatap mereka, ia melangkah ke pojok studio dan mengambil tumblernya....

...Keheningan menggantung....

...Terlalu tebal untuk di sebut biasa....

...Terlalu dingin untuk di sebut aman....

...Lyra menggenggam tumblernya sebentar, lalu membalikkan tubuh....

...Pelan....

...Tenang....

...Terlalu tenang—hingga membuat tiga gadis itu otomatis menutup mulut....

...Tatapan Lyra mengunci mereka satu per satu. Dingin. Stabil. Tanpa ekspresi… tapi ada sesuatu di baliknya. Sesuatu yang membuat udara di studio mendadak menegang....

...“Lucu,” katanya datar....

...Suara itu rendah, tapi cukup untuk membuat Dina menelan ludah....

...“Ngomongin teknik balet gue, gue maklumi.” Lyra berjalan perlahan, langkah-nya ringan tapi tegas. “Ngomongin hasil lomba pun oke. Kompetisi wajar bikin orang gusar.”...

...Lyra berhenti tepat di depan Dina. Jaraknya nyaris terlalu dekat....

...“Tapi begitu kalian bawa-bawa nyokap gue…” Lyra menunduk sedikit, suaranya turun menjadi bisikan tajam. “Di situ kalian salah besar.”...

...Dina mencoba balas menatap—tapi pandangan Lyra terlalu tajam, seperti kaca yang bisa memotong....

...Lyra lanjut, nada suaranya tetap datar, namun getaran-nya punya taring. “Kalian pikir kalian paham hidup gue ?” Ia mendekat sedikit. “Kalian pikir kalian tau apa yang terjadi di rumah gue ? Atau apa yang di lakuin orang-orang dewasa di sekitar gue ?”...

...Riska otomatis mundur setapak. Lela memegang lengan Dina tanpa sadar....

...Lyra tersenyum tipis—senyum yang tidak mengandung kehangatan sama sekali. Senyum predator....

...“Kalau mau gosip,” katanya, “minimal jangan bodoh. Tanya dulu ke orangnya.” Ia menepuk dagu Dina perlahan. Gerakan kecil… tapi penuh peringatan....

...“Meskipun,” Lyra memiringkan kepala, “untuk tipe kayak Lo, Din… Gue ragu otak Lo bisa memproses lebih dari tiga fakta sekaligus.”...

...Wajah Dina memerah, tapi tak bisa menjawab....

...Lyra beralih menatap Riska dan Lela. Tatapan yang membuat dua gadis itu serempak menunduk....

...“Dan ngomongin nyokap gue dengan kata-kata kotor ?” Nada suaranya turun drastis. “Coba ulangi sekali lagi.”...

...Studio seakan membeku....

...“Ulangi,” bisiknya. “Dan gue pastikan, kemampuan balet kalian bukan cuma turun… tapi hancur.”...

...Kata-katanya tidak keras. Tidak kasar. Tapi ancaman di baliknya terasa nyata....

...Sinta yang sedari tadi diam membeku akhirnya tersentak saat Lyra menatap-nya. ...

...Namun Lyra tidak mengancam Sinta. Tidak berkata apa-apa. Tatapan itu lebih… rumit....

...Tapi hanya sekejap....

...Kemudian kembali datar....

...Lyra menarik napas ringan. “Next time,” katanya sambil berjalan kepojok, “kalau mau jatuhin orang, jangan pakai nama keluarga. Itu cara pengecut.” ia mengambil tasnya. Berjalan ke arah pintu....

...Namun meninggalkan efek seperti pintu besi jatuh....

...Tiga gadis itu serempak terdiam, tubuh mereka kaku....

...Dan Sinta… hanya bisa menunduk....

...Untuk kesekian kalinya, mereka sadar:...

...Lyra bukan tipe yang bisa di injak. Tak mudah menjadikan-nya korban. Dia singa....

...Dan mereka baru saja mencolek ekornya....

...Studio balet kembali hening setelah Lyra berjalan keluar beberapa langkah....

...Namun tiba-tiba, gadis itu berhenti. Lyra menoleh. Tatapan-nya… berubah....

...Tidak lagi dingin—tapi tajam seperti seseorang yang akhirnya memutuskan berhenti bersabar....

...Lyra memutar tubuhnya berjalan kembali. Perlahan, tapi menyiratkan bahaya....

...Dina spontan bersuara, mencoba terdengar berani, “Ng–ngapain lo balik ? Mau ngancam lagi ?”...

...Lyra tidak menjawab....

...Justru ia meletakkan tumbler ke lantai, lalu mengikat ulang rambutnya. Gerakan sederhana yang membuat ketiga gadis itu mundur selangkah....

...Karena Lyra melakukan itu seperti seseorang yang bersiap beraksi....

...Dan saat Dina membuka mulut untuk berkata sesuatu yang jelas bukan ide bagus—...

...PLASS..!...

...Dalam satu gerakan cepat, Lyra menyabet tangan Dina yang terulur dengan pukulan ringan, tepat di pergelangan....

...Tidak keras....

...Tapi cukup membuat Dina tersentak dan kehilangan keseimbangan....

...“Refleks Lo buruk banget,” kata Lyra datar....

...Dina mundur, wajahnya memerah antara kaget dan malu....

...Riska maju refleks, “Eh, Lyra lo kok—”...

...Bug..!...

...Lyra menendang ringan sisi kaki Riska. Tepat di titik yang membuat orang otomatis meringis dan goyah, tapi tidak sampai membuatnya jatuh....

...“Dan Lo,” Lyra melirik Riska sekilas, “Kalau mau ikut campur, minimal tahu cara berdiri dengan benar.”...

...Riska terhuyung. Nafasnya tercekat....

...Lela spontan mengangkat kedua tangan-nya, “Oke—oke, kita nggak macam-macam, sumpah—!”...

...Tapi Lyra mendekat begitu cepat, hingga Lela terpaku....

...Lyra tidak menyentuh Lela. Cuma berdiri di hadapan-nya lalu berhenti… terlalu dekat....

...“Gue bahkan gak perlu mukul Lo,” bisik Lyra. “Lo udah takut duluan.”...

...Lela langsung pucat....

...Setelah itu, Lyra bergerak beberapa langkah mundur. Ia menatap mereka bertiga sambil berdiri tegap, tubuhnya ringan seperti penari, tetapi aura tubuhnya… mengintimidasi....

...“Denger baik-baik,” katanya. “Gue gak suka nyentuh orang. Tapi kalau kalian bawa-bawa nyokap gue lagi—”...

...Lyra mengangkat kakinya tinggi dalam teknik développé yang sempurna, lalu menurunkan-nya cepat dalam stomping ringan ke lantai....

...BRAK....

...Lantainya bergetar....

...Dan ketiga gadis itu otomatis mundur bersamaan....

...Lyra menatap mereka seperti predator yang baru menunjukkan taringnya....

...“—kalian bakal ngerasain yang lebih dari itu.” Nada suaranya pelan....

...Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang meragukan maksudnya....

...Lyra mengambil tumblernya, lalu berjalan keluar tanpa menoleh lagi....

...Pergi—namun meninggalkan getaran yang lama hilangnya....

...Dina terduduk di lantai....

...Riska menahan napas kuat-kuat....

...Lela memeluk lengan sendiri, muka pucat....

...Dan Sinta… hanya berdiri terpaku. Dalam hati ia tahu satu hal:...

...Mereka baru saja memancing sesuatu yang seharus-nya tidak pernah mereka sentuh....

...Lyra bukan sekadar penari. Ia singa yang baru bangun....

...Lyra baru saja melangkah keluar studio ketika sebuah suara lirih—namun putus asa—memanggilnya....

...“Lyra… tunggu.”...

...Langkah Lyra berhenti....

...Tidak ada yang berani memanggilnya dengan nada seperti itu—kecuali seseorang yang nekat atau putus asa....

...Sinta....

...Gadis itu berdiri di ambang pintu, tubuhnya gemetar halus. Tatapan-nya tidak lagi kosong, tapi penuh ketakutan bercampur keputusan besar yang baru ia ambil dalam detik terakhir....

...Dina, Riska, dan Lela otomatis tersentak....

...“S–Sinta ? Lo ngapain manggil dia ?” bisik Riska tak percaya....

...Lyra menoleh perlahan. Ekspresinya tetap datar. Mata dingin-nya menancap ke arah Sinta....

...“Ada apa ?” tanyanya pelan, tapi nada itu cukup membuat Sinta menggigit bibir bawahnya....

...Langkah-langkah Lyra membawa dirinya mendekat—dan setiap langkah itu membuat ketiga temannya mundur refleks… seolah mereka takut Lyra akan meledak lagi....

...Tapi Sinta tetap di tempat. Tidak bergerak. Walaupun wajahnya pucat....

...Ketika Lyra akhirnya berhenti di depan-nya, Sinta menunduk dalam-dalam....

...“G-gue… mau minta maaf.”...

...Suaranya bergetar, tapi jelas terdengar di seluruh studio....

...Lyra menatapnya tanpa berkedip....

...Sinta melanjutkan, tangannya terkepal di sisi tubuh....

...“Gue… harusnya ngehentikan mereka waktu ngomongin keluarga Lo. Harusnya gue… nggak diem aja.”...

...Dina menatap Sinta dengan mata melebar. “Lo gila ? Ngapain lo minta maaf sama dia ?!”...

...“Diam, Din.”...

...Kali ini suara Sinta pecah—keras, tegas, sesuatu yang belum pernah mereka dengar....

...Studio langsung membeku....

...Sinta kembali menatap Lyra. Wajahnya seperti memikul sesuatu yang tak terlihat....

...“Gue salah. Dari awal.” Nafasnya berat. “Gue… nggak pantes jadi wakil klub kalau gue cuma diem waktu temen-temen gue nginjek harga diri orang lain.”...

...Lyra masih diam. ...

...Dingin. ...

...Tak tersentuh....

...“Tolong terima… maaf gue.” Sinta menunduk makin dalam. “Gue nggak nyangka mereka bakal bawa-bawa nyokap Lo. Gue janji… itu nggak bakal keulang lagi.”...

...Dina berbisik panik, “Sin, serius lo ? Kita cuma bercanda, ngapain lo segitunya ?”...

...Sinta menatap ketiga temannya dengan mata merah—bukan karena marah, tapi karena beban yang ia pikul....

...“Bercanda ?” Ia menggeleng, napasnya goyah. “Itu bukan bercanda. Itu jahat.”...

...Keheningan menggema....

...Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa lama… Lyra menarik napas sedikit. Ia menatap Sinta lebih dalam, seakan mencoba membaca apa yang sebenar-nya terjadi pada gadis itu....

...Dan dengan nada rendah yang membuat semuanya membeku, Lyra berkata: “Kalo cuma mau minta maaf karena lo takut… gue gak butuh.”...

...Sinta mendongak. Air matanya hampir jatuh, tapi ia menahan keras-keras....

...“Bukan… bukan karena takut.” Suaranya pecah. “Gue cuma… gak mau lo benci gue. Beneran.”...

...Dina dan yang lain hampir tidak bernapas....

...Lyra menatap Sinta lama....

...Lama sekali....

...“Apa alasan lo peduli kalo gue benci lo ?”...

...Nada Lyra sangat dingin—dan justru itu yang membuat Sinta terpukul paling dalam....

...Sinta memejamkan mata sebentar....

...Kemudian membuka lagi, tatapan-nya jujur dan rapuh....

...“Karena… gue tau rasanya di benci, Lyra. Dan gue tau rasanya nggak punya tempat buat pulang.”...

...Itu kalimat yang membuat ruangan berdetak....

...Lyra—yang jarang terlihat terpengaruh—terdiam sesaat....

...Sinta menelan ludah, berani menghadap Lyra lagi. “Gue cuma… gak mau jadi salah satu orang yang bikin luka lo nambah.”...

...Semua terkejut....

...Bukan karena isinya saja—tapi karena itu keluar dari mulut Sinta. Gadis yang selama ini selalu nyari perkara sama Lyra. Dan selalu berusaha jatuhin Lyra....

...Namun bagi Lyra. Sinta hanya mainan pengisi waktu bosan. Atau hanya segelintir orang tidak penting....

...Lyra perlahan memalingkan wajah. Ekspresinya sulit dibaca, tapi jelas bukan amarah. Setelah beberapa detik, ia berkata pelan:...

...“…Gue denger maafnya.”...

...Sinta tersentak....

...Tapi Lyra menambahkan: “Tapi jangan pikir semuanya selesai gitu aja.”...

...Wajah Sinta menegang, namun ia mengangguk cepat....

...“G–gue paham.”...

...Lyra mengambil tasnya lagi, melewati Sinta....

...Namun sebelum benar-benar keluar, ia berkata tanpa menoleh: “Minimal… lo coba buat bener kali ini.” ...

...Brak..!...

...Pintu tertutup....

...Dan Sinta akhirnya jatuh berlutut....

...Bukan karena takut—tapi karena lega bercampur was-was karena Lyra belum menerima maafnya. Tapi setidaknya dia berhasil mengucapkan kata maaf itu. Walau dalam kondisi tertekan....

...Sementara ketiga teman-nya hanya bisa menatap-nya tanpa kata, masih mencoba memproses keberanian yang tidak pernah mereka sangka....

...0o0__0o0...

1
Sunarmi Yati
Aku udah kebal sama ke uwuhan kalian yang bikin aku ikut klepek-klepek 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Bias-nya cegil memang tidak kaleng-kaleng. BTS Woy...😍😍😍😍 gue juga penggemar BTS.🤭🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
OMG hukuman guntur memang the best 👍👍👍👍 lanjutkan tua Bangka sialan 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
gue setuju sama kata-kata tua Bangka guntur 👍👍🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
duuuuh anying lah kau Drexler. 🤣🤣🤣 bikin aku jadi salting brutal😍😍😍😍
Sunarmi Yati
kali ini gue setuju sama tindakan tua Bangka guntur 👍👍🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
bapak macam apa kau guntur ? mau kau bagaimana Hem ? gue rasanya pengen jedotin pala Lo ke batu🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Oh mantap Lyra. kamu benar-benar anak yang kuat. pemberani.👍👍👍 teruskan aku mendukungmu. libas aja tua Bangka sama jalangnya itu🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Gue tunggu sambutan dari Lo 🤣🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Drexler Lo emang gokil abis 👍👍👍😍😍😍
Sunarmi Yati
Giva I like you 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Bebek bener sih tua Bangka, 🤣🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
duuuu pengen gulung bumi gue rasanya..🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
Bisa juga ngegombal Lo cegil, 🤭🤭🤭🤭🤭
Sunarmi Yati
Astaga Lyra, tangan Lo benar-benar menggatal 🤣🤣🤣🤣
Sunarmi Yati
OMG...Lyra Lo emang gak ada takutnya... untung Xler sayang tulus.. jika tidak, habis Lo di gen...🤣
Sunarmi Yati
So sweet banget Drexler 😍😍😍😍
Ita rahmawati
lyra udh dititik paling benci sm regina 🤣🤣
_bunda@dlan_
I'm like for you Lyra,, 😍😘😘😘
Kenick Cafe
Wow banget Lyra 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!