Sistem: Pembalasan Pengantin Yang Dibuang

"Oke, minta tunggu sebentar yah," kata Selma. Pelayan tersebut menganggukkan kepala lalu undur diri dengan sopan.

Setelah itu, Selma menoleh pada Julio dengan senyum manisnya yang penuh kepalsuan. "Itu si ketos cupu, babe, aku mau lanjut kerjain tugas aku bareng dia. Soalnya dia sibuk meeting OSIS mulu sih, makanya aku ajakin aja main ke sini biar pair projectnya ada kemajuan."

Selma kemudian menekuk bibirnya. "Coba aja aku yang jadi pasangan project kamu, pasti aku nggak usah capek-capek nyocokin waktu free, karena kamu pasti bakalan luangin waktu buat kita ngerjain bareng kan, babe?" Matanya membinarkan puppy eyes yang manja. Lantas Jemari Julio terangkat, mengusap pucuk kepala Salma.

"Iya dong, baby, tapi mau gimana, pair projectnya udah ditentuin, lagian cuma sementara aja," kata Julio. Dia tersenyum. Kyrann tidak membuatnya gelisah sama sekali. Pasalnya, Julio tahu Kyrann itu bukan tipe Selma. Tidak mungkin juga dia harus cemburu pada cowok kaku dan cupu seperti Kyrann. Tidak selevel.

Si ketos itu juga tidak jelas asal usulnya. Diketahui dia hanya seorang pindahan dari Berlin lalu mendapatkan beasiswa karena nilai akademiknya tertinggi saat ujian masuk, makanya Kyrann bisa masuk di sekolah swasta bergengsi seperti Mirelle International Highschool.

Lanjut, Julio mengambil laptop dan buku pelajaran Selma dan mendampingi pacarnya itu ke ruangan tamu di lantai satu.

Begitu sampai, Kyrann terlihat duduk di sofa, cowok itu mengenakan kemeja yang diselipkan ke dalam celana. Layer atasnya berupa vest berwarna gelap. Tak lupa kacamata yang membingkai wajahnya, khas si ketos cupu itu.

Julio mengangkat tangannya, mendekap bahu Selma untuk merangkulnya erat, seolah memperlihatkan bahwa gadis itu miliknya seorang. Kyrann hanya diam, matanya berkilat tajam di balik kacamatanya.

"Ohhh, sorry, kamu nggak nunggu lama, kan?" tanya Selma.

Kyrann beranjak pelan. "Nggak, aku juga baru dateng."

Julio meletakkan laptop dan buku-buku setya alat tulis Selma di meja dan kembali merangkul gadis itu.

"Kalau cewek gue ngerepotin lo, jangan marah ke dia, samperin gue aja," kata Julio santai. Dia mengelus rambut Selma. "Karena cewek gue kalau soal ngerjain tugas harus dibujuk pake 1001 cara."

Selma hanya tersenyum kaku, tapi dalam hatinya berisik. "Sok heroic banget sih cowok ini, uuwgghh… kenapa gue bisa klepek-klepek sih sama dia dulu."

"Sure," sahut Kyrann singkat.

Julio kemudian menoleh pada Selma. "Oh iya, babe, gosip soal kita putus masih diomongin sama anak-anak Mirelle High, kita foto bareng dulu, biar mereka nggak gosipin kamu sama Damian lagi."

Selma mengulas senyum dan mengangguk. "Awkeyy…"

"Wait yah, bro," kata Julio pada Kyrann.

Julio merangkul Selma lebih erat dan dia mengangkat kamera hapenya ke depan.

Cekrek!

Cekrek!

Julio kemudian mengoper hapenya pada Kyrann. "Bantu fotoin gue sama cewek gue."

Kyrann menerima benda pipih itu dan segera mengarahkan kameranya pada pasangan kekasih itu. Wajahnya tampak tenang, tanpa ekspresi. Tapi, dalam hati dia amat kesal. Waktu mengerjakan tugasnya jadi terpotong karena hal tidak berguna seperti ini.

Sementara itu, Selma dan Julio berpose layaknya kekasih yang romantis.

Cekrek!

Cekrek!

Begitu selesai, Julio memeluk Selma. "Aku balik dulu yah, baby." Dia kemudian mengecup dahi Selma. Kyrann memalingkan wajahnya.

"Rann, gue cabut dulu yah, bro," Julio menepuk bahu Kyrann dan melangkah pergi dari ruangan luas itu.

Ketika punggung Julio menghilang dari balik pintu, Selma segera menarik selembar tisu dan menggosok bekas ciuman Julio di dahinya.

"Huftttttt… finally pergi juga tokek gosong itu!" gerutu Selma, menyentakkan dirinya duduk di sofa sambil menyilangkan lengan.

"Kamu udah bisa jalan tanpa tongkat, yah." sahut Kyrann. "Keadaan kamu sudah membaik sekarang?"

Selma terpaku sejenak. Dia lalu menurunkan pandangan pada kaki kanannya. Ya, kaki Selma memang sudah pulih total. Tapi, yang tak dia sangka adalah Kyrann memperhatikan itu. Sementara, Julio sama sekali tidak menanyakan keadaannya tadi.

"Ohhh ini, iyaa udah pulih, besok aku mau check up di RS lagi kok."

"I see…"

Selma kemudian beranjak dan meraih buku-buku dan laptopnya. "Kita ngerjain tugasnya di perpus aja yuk, Toscu," ajak Selma. Kyrann menyusul gadis itu, berjalan di sebelahnya.

"Hmmmm, capek juga yah acting," sahut Selma. "Aku tuh muak banget sama Julio, tapi aku harus sabar dikit biar depetin momen bongkar perselingkuhan dia sama Debora."

"Muak tapi kamu mau-mau aja dicium sama dia," sindir Kyrann.

"Ch, nggak usah ingetin aku soal itu deh! Kalau aku nolak yang ada dia curiga. Lagian bukan kiss on the lips kok, jadi yahh… sabar-sabarin aja dulu."

"Kenapa? Bukannya kiss kayak gitu hal yang biasa buat orang pacaran?"

Selma menoleh, menatap Kyrann sekilas lalu kembali memandang ke depan. "Yahhhh mungkin buat orang lain biasa, tapi buat aku itu nggak biasa."

"Wait!" Selma menoleh lagi. "Kamu pasti mikir kalau aku sama Julio udah pernah macem-macem, kan?"

"Omo-omo, ternyata kamu nggak, sepolos itu yah, Toscu."

"Aku memang nggak sepupu yang kamu kira," sahut Kyrann tenang. Wajahnya tetap menghadap ke depan dengan tatapan lurus dari balik kacamata.

Selma terdiam beberapa saat, memindai wajah Kyrann.

Gadis itu berdeham. "Ekhm… prinsip aku pokoknya soal ciuman bibir or lain-lain itu harus dilakuin kalau udah sah sebagai suami istri."

"Gini-gini bibir aku masih virgin yah, jadi nggak usah mikir aneh-aneh soal aku sama Julio." Selma menggembungkan pipi dan menyimpulkan tangan di dada. Tak sadar, Kyrann mengangkat sudut bibirnya, sehingga senyum samar tercipta di sana.

Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam perpustakaan pribadi yang luas. Ratusan atau bahkan sampai ribuan buku tersusun rapi di rak-rak megah yang berdiri tinggi dan kokoh.

Keduanya lalu menuju sebuah meja di tengah ruangan. Kyrann sempat menoleh pada sebuah lukisan besar di dinding.

Selma duduk, mengatur laptop serta buku dan alat tulisnya. Dia menatap Kyran yang pandangannya tertuju pada lukisan cantik.

"Itu mama aku," Selma menyunggingkan senyum. "Ini perpustakaan pribadinya, mama aku hobi membaca. Makanya papa aku bikin ruangan ini khusus jadi perpustakaan buat mama aku."

Kyrann duduk di hadapan Selma. "Mama kamu cantik."

Gadis itu tersenyum lebar dengan mata berbinar. "Yupssss, sekarang kamu pasti nggak heran kenapa aku bisa secantik itu, kan?" Selma menangkup kedua sisi wajahnya dengan jemari lentiknya.

Kyrann diam sejenak. Matanya memindai wajah bening di hadapannya itu. "Iya, kamu memang cantik."

Selma merasakan bibirnya kaku. Matanya mengedip pelan. Kenapa dibilang cantik sama orang yang ngaku nggak naksir sama dia malah bikin salting?

Di sisi lain, Kyrann terkejut dengan dirinya sendiri yang mengeluarkan kata-kata itu. Dia pikir dia mengucapkannya dalam hati. Dia tidak sadar keceplosan.

Kedua remaja itu menyentuh apa saja yang bisa dia sentuh untuk mengatasi rasa gugup. Selma seolah-olah membuka buku pelajaran, sementara Kyrann mengeluarkan laptop dari tasnya.