Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan? Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: Setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Berisiko
Keesokan harinya. Laras kini tengah mempersiapkan sarapan pagi-nya. Karena mereka sedang berlibur, Laras membeli makanan siap makan di online hari ini. Terlihat Dina yang baru saja bangun tidur sedang mengusap-usap kelopak matanya. Kemudian, seraya merapihkan beberapa piring yang ada, Laras memegang bahu Dina.
"Kamu tidur nyenyak sayang?" -Laras
Dina yang masih berusaha mengumpulkan sisa-sisa nyawa yang masih berada di alam mimpinya menjawab. Pandangan terpaku pada piring-piring yang sedang Laras susun.
"Iyaa, Bu~ Sepertinya begitu ... Hoams~" -Dina
Selagi kini masih hanya ada mereka berdua di meja makan, Laras yang masih berdiri menatap sebuah kamar. Kamar yang dimana udara tadi malam terasa panas disana. Dan sepertinya, Mas Andi belum juga bangun saat ini. Laras menoleh ke Dina sebelum akhirnya berjalan menghampiri kamar itu.
"Sebentar, yaa sayang ... Ibu ingin melihat Ayah dulu." -Laras
Dina hanya terdiam. Sedikit mengangguk merespon karena nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya selepas ia tidur beristirahat.
Tek!
Laras membuka pintu tersebut. Ia melihat Mas Andi yang baru juga terbangun sedang duduk di sisi pinggir ranjang mereka. Dengan ponsel Laras yang menyalah di nakas tidak jauh dari Andi berada. Laras sempat menoleh. Berpikir apakah Andi baru saja melihat layar ponsel Laras? Ia merasa takut jika Riko pagi ini tiba-tiba mengiriminya pesan. Namun karena Andi tidak mengetahui kata sandi ponsel Laras, seharusnya itu aman. Dan untuk memastikan itu, dengan ekspresinya yang ragu, Laras berkata.
"Apak kamu baru saja bangun, Mas?" -Laras
Andi menunduk. Seraya memegang kepalanya dan menghembuskan nafas kecilnya. Laras sempat berpikir lagi. Apa jangan-jangan Andi telah mengetahui semuanya? Atau ...
Hmm ...
Laras berjalan dan mendekat ke arah Andi. Ketika ia ingin melihat layar ponselnya sendiri, tiba-tiba itu menutup mati begitu saja. Dan Laras kini duduk di samping suaminya. Bertanya dengan nada lembut dan pelan.
"Kenapa Mas?" -Laras
Pandangan mereka bertemu. Namun, perasaan khawatir Laras belum juga terjawab sampai akhirnya, Andi berkata dengan nada pelan dan jujur.
"Aku merasa sedikit pusing." -Andi
Mendengar ucapan itu, membuat Laras merasa lega. Perasaan khawatir Laras tentang apa yang ia pikirkan ternyata salah. Dan Laras merasa lega sekarang, dengan memegang punggung telapak tangan Andi di sampingnya.
"Mungkin, karena cuaca belakangan ini sering berubah-berubah. Kondisi kamu jadi sedikit terganggu. Aku sudah menyiapkan sarapan pagi. Mari makan dulu, Dina juga sudah menunggu disana." -Laras
Mendengar itu membuat Andi sedikit nyaman. Ia merasa beruntung karena memiliki istri yang dapat diandalkan seperti Laras. Wanita karier yang sukses dan akan menemani ia hidup sampai nanti. Andi tersenyum memandang Laras, mengangguk. Dan memberikan kecupan singkat di bib r Laras.
Cup!
Beberapa saat kemudian. Andi dan Laras berjalan bersama menghampiri Dina yang sedang menunggu kehadiran mereka. Andi menyambut hangan Dina tersenyum serta mengucapkan.
"Selamat pagi sayang~" -Andi
"Pagi juga ... Ayah~" -Dina
Ketika melihat Andi, Dina langsung terisi penuh energinya. Seakan ia mirip ponsel yang baru saja terisi penuh daya-nya. Dina sangat berantusias menanyakan kelanjutan acara liburan mereka. Ia bertanya dengan penuh emosi riang.
"Hari ini, kita akan kemana lagi Ayah?" -Dina
Mendengar dan melihat Dina anak mereka yang sedang bersemangat seperti ini, membuat Laras dan Andi saling pandang. Lalu tertawa kecil kemudian. Laras mendekat dan duduk di samping Dina. Membuka nasi box yang telah mereka pesan sebelumnya.
"Kemana aja, asal kamu bahagia sayang ..." -Laras
Pandangan Dina mengarah manis tersenyum melihat Laras, lalu berganti menoleh ke arah Andi yang sedang ikut membuka nasi boxnya.
"Beneran, Ayah?" -Dina
"Iyaa dong~!" -Andi
Begitulah suasana hangat yang terjadi pagi ini di keluarga Andi. Di meja makan, ketika tawa, canda dan bahagian berada di sekitar mereka. Keluarga kecil ini tengah merasakan kebahagiaan sebuah keluarga di pagi hari. Berkumpul bersama sebelum menentukan, tempat mana lagi yang akan mereka kunjungi kali ini.
Beberapa jam kemudian. Di saat keluarga Andi telah bersiap untuk pergi, tiba-tiba saja hujan turun. Dan rencana mereka untuk mengunjungi tempat wahana harus tertunda. Ekspresi sedih muncul di wajah Dina ketika mereka bertiga sudah berada di depan hotel yang mereka pesan.
Perlahan, hujan itu mulai turun. Seiring waktu turunnya hujan, kini semakin deras. Membuat Andi, Riko dan Laras harus sedikit kembali masuk kedalam lobby hotel. Hari kedua mereka berlibur pun harus di tunda. Karena kondisi cuaca saat ini yang tidak memungkinkan.
"Yaah ... Hujan. Kita nggak bisa naik wahana perahu ombak deh." -Dina
Laras dan Andi menatap Dina. Dan mencoba mencari alternatif lain untuk menghibur hatinya yang sedang merasa kecewa. Malam ini, Andi sebenarnya sudah mempunyai ide acara, kejutan untuk Dina agar tidak bersedih lagi.
"Hmm ... Sayang, kita lanjut lain kali saja, yaa, liburannya?" -Laras
Dengan ekspresi yang masih sedih, Dina pun mau tidak mau menuruti hal tersebut. Dimana ia seharusnya hari ini menaiki wahanan, tiba-tiba harus tertunda karena cuaca.
"Yaudah, deh! ... Dina mengerti." -Dina
Karena merasa tidak enak, Andi menyuruh Laras dan Dina untuk kembali masuk kedalam kamar lebib dulu. Andi ingin menyiapkan sebuah kejutan untuk Dina. Untuk mengganti sebuah acara yang telah gagal seperti ini. Andi mendekatkan diri ke Laras yang sedang memegang bahu anaknya.
"Kamu masuk dulu, yaa, ke kamar ... Aku ingin pergi sebentar." -Andi
"Kemana?" -Laras
Laras merasa bingung dengan apa yang akan Andi lakukan. Karena Laras merasa yakin dengan Andi, ia pun menuruti keinginan suami yang entah apa itu. Laras menganggukan dan memberi kode bahwa ia telah paham dan mengerti. Laras mengajak Dina untuk kembali masuk ke dalam kamar.
"Dina ... Disini dingin. Kita masuk dulu, yuk!" -Laras
Dina tidak menjawabnya, ia hanya terus menunduk dan berbalik ketika Laras menuntunnya untuk kembali masuk kedalam kamar hotel mereka. Ekspresi Dina yang sedang ngambek seperti ini, masih tetap dalam batas lucu. Ketika mereka telah kembali, Andi langsung keluar menuju parkiran mobil. Ia ingin membeli sesuatu yang dapat menghibur Dina.
Beberapa saat kemudian. Ketika Laras dan Dina sedang menatap ke arah luar jendela secara bersamaan. Dina pada saat ini mengutarakan isi hatinya yang merasa kecewa karena cuaca tiba-tiba turun hujan seperti ini.
"Kenapa, sih Bu. Setiap kita ingin bersenang-senang ... Selalu seperti ini?" -Dina
Tanpa menoleh, dan terus menopang dagunya Dina masih terus menatap hujan yang berada di luar jendela mereka. Beberapa kumpulan gedung yang berada di hadapan mereka hampir tidak terlihat karena embun di luar sana.
Laras berusaha menenangkan Dina. Memeluknya, serta mengusap rambut dan pipi anak mungil ini. Perhatian kecil Laras seperti ini, selalu mampu membuat Dina kembali merasa nyaman ketika berada di pelukannya. Tapi kali ini berbeda, selagi memberikan pelukan hangat untuk Dina, Laras masih sibuk memainkan ponsel dengan satu tangannya. Entah apa yang sedang Laras buat.
"Sabar, yaa sayang ... Kita kan nggak bisa ngontrol cuaca. Lain kali pasti kita akan kesini lagi." -Laras
Ketika mendengar janji Laras, Dina menolehnya. Mendongak keatas dan tersenyum kepadanya memastikan ucapan Laras itu. Jika benar, Dina akan amat merasa senang pastinya.
"Janji yaa?" -Dina
Laras tersenyum. Mengangguk kecil menatap Dina sebelum akhirnya kembali sibuk memainkan ponselnya lagi. Namun, di tengah-tengah kasih sayang dan kesibukan Laras sendiri ketika bermain ponsel, suara pintu dari belakang mereka tiba-tiba terbuka.
Tek!
Hal itu membuat Laras menjadi panik seketika dan reflek mematikan ponselnya kembali. Meletakannya di atas meja yang berada di depan mereka saat itu. Laras sebenernya tahu, bahwa yang datang mengenakan kostum badut itu adalah Mas Andi. Karena hanya ia yang tahu tokoh kartun favorit apa yang disukai Dina.
"Waah! ... Lihat itu sayang!" -Laras
Dina berbalik. Menoleh dan melihat sebuah tokoh kartun favoritnya telah berdiri di depan pintu kamar hotel mereka. Memegang sebuah balon dan kue di tangan sebelahnya. Walaupun sebenarnya ini bukan acara ulang tahun. Tapi hal ini Andi lakukan semata-mata untuk menghibur Dina anak tersayangnya.
"Waaah~ itu, kaan?" -Dina
Dina berlari dan memeluk badut itu. Peluka Dina, di sambut hangat oleh badut yang berdiri bersama mereka. Ketika Dina sudah kembali ceria, mereka kini menyanyikan sebuah lagu ucapan selamat ulang tahun sebelum meniup lilin yang menyala di tengah-tengah kue itu.
Selamat ulang tahun~
Selamat ulang tahun ~
"Ayok sayang, tiup lilinya lalu ucapkan do'a kamu!" -Laras
Dina mendekatkan tangannya seperti berdoa. Mengucapkan sesuatu yang tidak di dengar Andi dan Laras yang bersamanya. Sebelum akhirnya Dina meniup lilin tersebut.
Huf!
"Yeeeay!!"
Sebuah tepukan tangan dan pelukan untuk Dina mewarnai adegan hangat mereka. Ketika akhirnya, Andi membuka topeng badutnya karena merasa sudah sulit untuk bernafas. Ketika melihat orang itu ternyata Andi ayahnya, Dina kembali kaget dan senang.
"Ayaah?!" -Dina
"Ini terlalu sesak sayang!" -Andi
Pelukan dari Dina dan Laras pun kini tertuju untuk Andi yang telah berhasil membangun atau mengembalikan suasana Dina agar ceria kembali. Tugasnya sebagai orang tua yang baik, kini sudah ia laksanakan.
"Terimakasih, yaa Ayah ..." -Dina
"Sama-sama sayang~" -Andi
Di sela-sela penghujung akhir keriangan keluarga itu. Sempat terpikirkan oleh Andi apa yang Dina do'a atau harapkan. Hal ini juga membuat Laras penasaran namun tidak ia ungkap. Mereka hanya menoleh memandang Dina untuk mengetahui itu.
"Dina harap ..."
"Agar Ayah Ibu selalu bisa bersama seperti ini!" -Dina
Deg!
Dina tersenyum. Merasa senang memejamkan mata karena melihat orang tuanya bisa kembali berkumpul seperti ini. Entah ucapan ini, Dina buat secara sengaja atau tidak. Tapi hal ini berhasil membuat Laras dan Andi saling pandang. Sebelum akhirnya mereka tertawa kecil, menunjukan ekspresi yang terlihat memaksakan senyumnya karena merasa malu kepada Dina.
Malam hari.
Ini adalah malam terkahir mereka di hotel ini. Ketika liburan mereka kini harus selesai dan besok akan kembali pulang kerumah. Laras yang sedang mandi di dalam kamar mandi hotel, masih sibuk membersihkan badannya sebelum tidur. Sedangkan Andi, ia sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang untuk segera beristirahat.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja ponsel Laras yang berada di atas nakas samping ranjang mereka berbunyi. Nada dering itu cukup keras sehingga membangunkan Andi yang sedikit sudah tertidur. Nada panggilan itu akhirnya berbunyi ketika Andi melihat ponsel milik Laras terus menyala dan mengeluarkan suara.
Ting~
Ting~
Ting~
Notifikasi pesan yang masuk di ponsel Laras berhasil membuat Andi terbangun beranjak dari ranjangnya. Dengan rasa penasaran, Andi berjalan perlahan untuk melihat siapa orang yang telah melakukan beberapa panggilan itu dan mengirimi pesan untuk Laras di jam-jam segini. Disaat ia tahu bahwa Laras sedang cuti dari kantor perusahaannya.
Mata Andi semakin fokus pada ponsel milik Laras yang masih menyala. Namun sudah tidak berbunyi. Langkahnya pelan penuh dengan rasa penasarannya yang belum terjawab sampai saat ini. Karena setelah di pikir-pikir, beberapa kali juga hal ini pernah terjadi menurut Andi ketika mereka sedang berada di rumah ketika sarapan pagi.
Tap ...
Tap ...
Tap ...
Langkah demi langkah Andi kini sudah semakin dekat dengan ponsel milik Laras. Dan tiba-tiba saja, ketika Andi hendak ingin mengambil ponsel milik Laras, sebuah tangan kecil nan bersih lebih dulu menggapainya.
Laras tiba-tiba hadir dari belakang dan mengambil ponsel miliknya sendiri. Andi berbalik dan kini pandangan mereka bertemu. Serta dengan, rasa penasaran terhadap hal ini yang belum terjawab sepenuhnya untuk Andi.
Andi mengelak, ia tidak ingin Laras salah sangka karena merasa Andi akan mengambil barang privasinya. Walah kenyataan itu malah sebaliknya. Dengan ekspresi polosnya, Andi menggaruk-garuk kepalanya ketika tangan yang ia ulurkan kalah cepat dengan tanga Laras yang baru saja hadir.
"Ah, aku tidak bermaksud ... Aku kira itu ponsel ku. Karena sedari tadi, itu berbunyi." -Andi
Kini Laras merasa bingung di hadapan Andi. Tentang apa yang akan ia ucapkan sekarang. Salah-salah, ini kalah bisa menimbulkan kecurigaan. Atau masalah pertengkaran yang baru di rumah tangga mereka. Mala Laras berbulat, bingung ingin berkata apa setelah mendengar pernyataan Andi. Kini pandangan mereka kembali bertemu secara intens. Seakan menunggu salah satu dari mereka mengungkapkan kecurigaannya.
Laras mendekatkan wajahnya. Dan memberikan ci man kepada Andi yang berdiri sangat dekat di wajahnya. Mendapat perlakuan itu, membuat Andi lemah dengan kecantikan Laras. Di tambah, ki i Laras hanya mengenakan handuk berwarna putih yang belum terlepas. Suara-suara Laras seakan membuat Andi merasa lupa. Tentang apa yang ingin ia cari tahu sebelum kejadian ini.
Hmm~
Cup!
Begitulah kejadian mereka saat ini. Di saat, Laras berhasil memanfaatkan keadaan yang membuat dirinya merasa aman kembali. Mengkambing hitamkan perbuatan hubungan mereka agar tidak menimbulkan kecurigaan terhadap Andi. Membuat lupa semuanya dan hanya fokus menikmati moment ini bersama Laras.
Keesokan harinya.
Tepatnya pada siang hari. Ketika keluarga Andi kini telah sampai di rumah sejak pagi tadi. Dan saat ini, mereka berdua telah kembali bekerja dengan urusannya masing-masing. Juga Dina yang sedang bersekolah pada siang ini.
Di meja kantor tempat Laras bekerja, ia sedang membalas pesan-pesan dari Andi sejak kemarin. Walaupun sebenarnya, sejak kemarin juga mereka terus mengirim kabar. Kabar yang tidak Andi ketahui sampai saat ini, dan hampir saja Andi melihat sebuah rahasia besar mereka.
"Aku kangen Laras ..."
"Bisakah kita malam ini bertemu?" -Riko
Laras terdiam sejenak. Berpikir apakah ia akan menemui Riko malam ini atau tidak. Melihat kejadian sebelumnya yang hampir saja membuat Laras ketahuan. Laras tidak bisa membayangkan, jika malam itu Andi benar-benar sudah melihatnya, apa yang akan terjadi pada hubungan rumah tangga mereka. Pesan dari Riko tiba-tiba muncul kembali.
"Laras?" -Riko
Hingga, Laras menghembuskan nafas kecilnya. Berkata di dalam hatinya untuk lebih berhati-hati kedepannya. Tentang hubungan gelap dan rahasia yang telah ia mainkan selama ini.
Huufs~
"Tadi malam itu, hampir saja." -Laras
Setelah melalui pemikiran yang cukup matang, Laras menyetujui ajakan Riko untuk bertemu. Dan hari ini, Laras kembali membuat alasan akan lembur kerja kepada Andi. Agar membuat ia mempunyai waktu yang cukup lama sebelum pulang kerumah.
Ting~!
Sebuah pesan masuk baru saja berbunyi pada ponsel Andi yang ia letakan di depannya. Andi mengambil ponsel dan melihat pesan yang baru saja Laras kirim. Pesan itu berhasil membuat Andi terdiam sejenak dan seperti berpikir.
"Mas ... Aku akan pulang telat hari ini, bisakah kamu yang menjemput Dina? Aku sepertinya lembur." -Laras
Sebuah kecil dalam batin Andi baru saja bergumam. Tidak terdengan dan hanya ia sendiri yang tahu.
"Lembur? ... Apa karena kemarin ia mengambil cuti. Dan pekerjaannya, menuntut ia lembur hari ini?" -Andi
Setelah terdiam dan bergumam sendiri di dalam hatinya, Andi membalas pesan Laras. Agar ia tida perlu merasa cemas soal Dina. Hari ini, Andi yang akan menjemput Dina sepulang sekolah. Agar Laras, bisa bekerja dengan lebih baik tanpa memikirkan apapun.
"Baiklah ... Aku mengerti. Jaga kesehatan mu, jangan lupa makan." -Andi
"Terimakasih sayang, love you~" -Laras
Pesan chat mereka berakhir. Ketika Andi yang masih merasa sedikit bingung dan harus menerima keadaan ini membalas pesan Laras dengan.
"Love you to~"
Bersambung ...