NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:912
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenangan yang Selalu Terbawa

"Harusnya kita gak ke sini, udah tahu musim hujan." Keluhan terdengar dari bibir seorang perempuan dengan tatapan sedih.

"Iya, siapa yang ngide ke Puncak," sahut perempuan lainnya menyetujui ucapan perempuan yang tadi mengeluh.

Mereka Radella dan Lana, sedangkan Cindy mendengus mendengar ucapan dua temannya karena perempuan itu yang merekomendasikan tempat. Liburan paling nyaman memang di Puncak, tempat dengan nuansa adem, sejuk dan alami. Sangat cocok bagi mereka yang setiap hari harus bergelut dengan kepadatan kehidupan kota.

Melupakan kalau sekarang sudah masuk musim penghujan, sedangkan di Puncak saja tidak masuk musim penghujan sering turun hujan, apalagi saat musim hujan seperti ini. Mereka masih dalam perjalanan dan sudah masuk ke wilayah Puncak, tapi naas hujan turun lebat. Mengakibatkan jalan sulit untuk ditempuh karena kondisi yang kurang baik.

Mereka akhirnya menepi, bukan hanya mobil yang mereka tumpangi saja. Beberapa mobil yang searah juga melakukan demikian, untuk mengindari hal-hal buruk. Di sana, hujan lebat seperti ini rawan kecelakaan karena jalanan terjal, dekat jurang juga beberapa pohon tua yang sering tumbang saat hujan lebat seperti sekarang.

"Udah tahu musim hujan, kenapa kalian malah setuju aja gak ngasih solusi tempat lain," balas Cindy dengan kesal.

Radella berdehem singkat, karena saat itu dirinya juga tidak kepikiran hal ini. "Kita nikmati saja, udah terlanjur," sahutnya tersenyum memperlihatkan giginya.

Mereka menghabiskan waktu kurang lebih satu jam setengah di dalam mobil menunggu hujan reda. Mengisi kebosanan dengan bercerita banyak hal, mengingat kenangan lama mereka yang mengundang tawa. Tidak ada yang membahas perihal pribadi masing-masing untuk saat ini, setidaknya menunggu waktu dan tempat yang sesuai.

Mobil kembali melaju begitu pun dengan mobil-mobil lain yang ikut menepi sebentar, karena keadaan sudah lebih baik. Cindy mengendarai dengan hati-hati lantaran jalanan masih licin, lebih baik datang terlambat asal selamat. Butuh waktu dua jam hingga di tempat tujuan, sebuah vila kecil dengan pemandangan alam yang memanjakan mata.

"Akhirnya!" sorak Radella begitu turun dari mobil.

"Liburan, kita datang!" seru Lana ikutan berteriak sambil merentangkan tangan.

"Norak," sahut Cindy dengan tatapan malas. Sangat terbiasa dengan kelakuan dua temannya, dan tidak menyangka mereka tetap sama di usianya yang sekarang.

Berjalan menemui sang pemilik untuk meminta kunci, vila yang dipesan Cindy semalam melalui online. Untuk dua hari satu malam karena besok siang mereka sudah kembali ke kota. Cukup singkat tapi sangat berharga nantinya, mengingat mereka sudah memiliki kesibukan masing-masing.

"Kamar tidurnya satu doang?" tanya Radella melihat keadaan di dalam.

"Iya, tinggal ini doang yang ada di kawasan sini," sahut Cindy yang lebih dulu tahu keadaan vila mengingat perempuan itu yang memesan.

"Gak masalah, ini sangat luas untuk kita bertiga. Atau kita juga bisa tidur di sini, di depan perapian," timpal Lana yang tidak memusingkan tempat tidur. Mereka hanya semalam saja, dan poin plusnya mereka bisa lebih dekat dan deep talk sebelum memejamkan mata, pikir Lana.

Mereka segera membereskan barang yang mereka bawa, dilanjut menyiapkan makanan mengingat waktu sudah masuk siang. Perjalanan mereka sangat panjang, ditambah tadi berhenti untuk sarapan, lalu ke rest area dan terakhir menepi menunggu hujan reda. Jelas saja, rasa lapar kembali melanda dan beruntung Cindy sudah menyediakan bahan makanan karena perempuan itu juga pandai mengelola makanan.

Dua puluh menit makanan telah siap, mereka bertiga sudah duduk di kursi masing-masing. Menikmati masakan Cindy yang sesuai dengan lidah mereka, sedari dulu saat berkumpul Cindy memang yang bertugas menyiapkan hidangan. Karena, Lana dan Radella tidak begitu pandai memasak.

Namun, untuk Radella sedikit ada peningkatan mengingat dia pernah belajar sungguh-sungguh untuk membuatkan makanan dirinya dan Delan. Meski dengan menu sederhana dan terbatas, tapi Delan tidak pernah protes. Delan juga sering membantu dan berakhir pria itu yang memasak dirinya yang hanya memperhatikan.

Tanpa sadar bibir Radella tersenyum tipis, kenangan manis di dapur bersama Delan dengan aneka cerita. Yang paling berkesan adalah saat mereka berlomba memasak mie instan dengan rasa yang lebih unggul. Tidak mau saling mengalah dan tetap mengunggulkan masakan masing-masing, itu terlihat konyol dan kekanakan. Namun, itu sekarang yang paling dirindukan.

"Radella?" tegur Lana dan Cindy hampir berbarengan. Mereka menatap aneh Radella yang tiba-tiba senyum tanpa ada alasan, ditambah tatapan perempuan itu terlihat melamun.

Radella tersentak, dia tersadar baru saja mengingat kenangan dirinya dan Delan. Sedetik kemudian kepalanya menggeleng mengusir kenangan manis tapi menyakitkan untuk sekarang. Lalu matanya menatap dua temannya dengan sedikit kikuk, dia mengutuk dirinya yang sempat-sempatnya mengingat hal yang malah membuat hatinya sesak.

"Kamu baik-baik saja, kan?" Tangan Lana terulur menyentuh dahi Radella yang langsung ditepis.

"Aku baik-baik saja," decak Radella sambil merengut.

"Terus kenapa tiba-tiba senyum, lalu menggelengkan kepala gitu?" sahut Cindy yang juga merasa aneh dengan sikap Radella.

Radella terdiam, dia tidak mungkin mengatakan kalau dirinya baru saja teringat kenangan bersama Delan. Dia tidak ingin membicarakan perihal hubungannya dengan Delan, setidaknya untuk sekarang. Namun, berbeda dengan dua temannya yang memang sudah menahan diri sedari tadi, saat Radella mengatakan telah berpisah dengan Delan.

"Teringat momen lucu?" jawab Radella terdengar ragu.

Mereka mengangguk paham, hanya sebatas itu karena mereka juga tahu kalau perempuan itu tengah memikirkan sesuatu hingga membuatnya tersenyum. Lana yang tidak bisa lagi menahan penasarannya berinsiatif untuk bertanya. Sebelum itu, dia memastikan kalau mereka telah menyelesaikan makanannya, bahkan tidak menyisakan apapun di meja.

"Radella, apa kita boleh tahu kenapa Kamu berpisah dengan Delan?" tanya Lana hati-hati.

Pertanyaan yang sudah dia simpan sepanjang perjalanan, tadinya ingin langsung bertanya saat Radella menjawab di mobil tadi. Namun, urung karena perempuan itu langsung terlihat lesu dan muram. Dia tidak ingin merusak suasana, terlebih mereka baru saja berangkat dan belum jauh dari rumah Radella.

"Apa karena kalian belum ada rasa cinta?" sahut Cindy. Hanya alasan itu yang dia pikirkan saat ini, mengingat Radella dulu bercerita demikian.

Radella terdiam lagi, sulit baginya untuk tidak membahas hubungannya dengan Delan dari orang-orang yang mengetahui hubungan mereka. Bukan hanya sulit untuk tidak membahas, tapi Radella juga sulit untuk tidak teringat kenangan mereka. Seolah, kenangan itu terus berputar ke mana pun dirinya melangkah.

"Ya begitulah, kita memang tidak cocok satu sama lain," balas Radella bertolak belakang dengan hatinya yang menjerit.

"Satu tahun terlalu cepat untuk menyimpulkan semuanya, Radella."

Radella menoleh, melihat Cindy yang baru saja berujar. Wajah Cindy terlihat serius saat mengatakan demikian. Dalam hati kecilnya, Radella menyetujui ucapan Cindy barusan. Satu tahun terlalu cepat dan gegabah dalam memutus hubungan pernikahan hanya karena alasan belum ada rasa, tapi yang terjadi dengan dirinya adalah karena mereka masih memiliki kekasih masing-masing.

"Mungkin satu tahun terlalu cepat untuk memutuskan demikian. Tapi, satu tahun waktu yang lama untuk menciptakan kenangan, terlebih kalian tinggal berdua dalam atau atap," sambung Cindy menaikkan suasana menjadi serius. "Apa Kamu tidak merasa kehilangan sekarang?"

Radella ingin berteriak, dia sangat kehilangan dan mulai menyadari perasaannya saat semuanya berakhir. Air matanya bahkan ingin keluar karena rasa sesak setiap kenangan hadir menyamai langkah kakinya. Dia membenarkan ucapan Cindy, satu tahun waktu yang lama untuk menciptakan kenangan.

"Entahlah, aku pikir semuanya juga sudah terlambat," lirihnya tersenyum getir.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!