NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekacauan

"Rasyafa, apa Kamu pernah berpikir ada hubungan yang saling berselingkuh?"

Rasyafa menoleh, tertawa bodoh karena pikirannya masih mencerna hubungan kakaknya yang jauh dari kata normal. Keduanya tengah duduk di pinggiran jalan ditemani segelas minuman hangat. Setelah tahu kalau Delan juga bersama seorang perempuan yang katanya kekasih Delan, mereka pergi begitu saja.

Pergi dari tempat tersebut, lalu berakhir duduk di pinggiran jalan yang juga digunakan orang-orang untuk nongkrong malam. Keduanya bukan yang menjalani hubungan rumah tangga, tapi keduanya ikut pusing dan semakin mendekati gila melihat hubungan kakak mereka.

"Hanya mereka yang bodoh, Divina. Sudah jelas-jelas mereka saling mencintai, tapi malah adu selingkuh," balas Rasyafa terdengar putus asa.

"Bahkan, saat aku melihat mereka saat masih serumah saja, berpikir jatuh cinta setelah menikah itu lebih indah," sambungnya yang diangguki Divina.

Keduanya memang sering bermain ke rumah Delan saat itu, hanya sekadar mampir atau melepas rindu. Mereka juga kadang hanya iseng untuk melihat interaksi keduanya dan menggoda mereka. Dua gadis itu memang kompak kalau soal menggoda dan menjahili kakaknya, terutama Radella yang mudah salah tingkah.

"Benar, aku juga mikir perjodohan tidak seburuk itu saat melihat kebahagiaan kak Radella dan bang Delan," timpal Divina menyetujui kalimat Rasyafa barusan.

"Padahal, siang tadi aku baru saja baikan sama kak Radella," desah Rasyafa.

"Baikan? Kamu berantem sama kak Radella?" sahut Divina dengan terkejut.

"Lebih aku yang mendiami kak Radella. Malah sekarang lihat bang Delan juga. Sepertinya, aku sudah mulai gila karena mereka, Div."

Divina tertawa, Rasyafa pun turut tertawa, mereka menertawakan diri mereka sendiri. "Harusnya kita tidak peduli sama mereka dari awal!"

***

Kembali ke tempat di mana Delan dan Tantri berada. Setelah kepergian Rasyafa dan Divina, keduanya masih diam lebih tepatnya Delan yang masih terdiam. Sementara, Tantri sudah terisak tidak bisa menyembunyikan rasa sesaknya, hati perempuan itu hancur dalam sekejap.

Padahal, mereka baru saja membahas rencana hubungan mereka dan Tantri sudah sangat bahagia saat Delan yang memulai. Meski belum ada kepastian waktu, tapi Tantri bersyukur Delan mulai membuka perihal keseriusannya. Tidak ada satu jam setelahnya, bom datang meledakkan perasaannya, pikiran dan harapannya.

"Tantri, maafkan aku." Suara Delan baru terdengar setelah semuanya kacau, pria itu hanya membisu dan detik ini baru membuka suara.

Suara lirih penuh penyesalan, dan yang membuat Tantri semakin sakit adalah karena pria itu meminta maaf. Bukankah, artinya semuanya benar kalau pria itu sudah menikah dan dirinya adalah seorang selingkuhan. Demi Tuhan, meski Tantri teramat mencintai Delan, dia masih memiliki pikiran waras untuk menjauh dari hal-hal seperti itu.

"Kenapa? Apa salahku?" Suara Tantri terdengar lirih, sarat akan rasa sakit dan putus asa yang semakin membuat Delan dirundung perasaan bersalah.

Delan menatap Tantri dengan sorot bersalah yang teramat besar, bukan seperti ini yang dia harapkan. Dia tidak berniat membuka statusnya yang pernah menikah dengan Radella, dia hanya ingin melanjutkan bersama Tantri saat semuanya siap. Waktunya siap, hatinya juga siap melepaskan Radella dan kembali menerima Tantri.

Namun, takdir tidak sejalan dengan apa yang dia inginkan dan rencanakan. Kalimat tentang kebohongan akan terkuak cepat atau lambat memang benar adanya. Hanya saja, Delan tidak menyangka akan secepat ini, sepuluh hari setelah perceraian. Padahal, dia sudah merencanakan keseriusannya beberapa bulan lagi, di mana dia sudah merasa siap bersama Tantri dan melupakan Radella sepenuhnya.

"Kamu membuatku menjadi seorang perempuan yang jahat, Delan."

Delan reflek menggeleng, baginya Tantri adalah perempuan terbaik. Perempuan itu selalu bisa bersikap dewasa, tenang, tulus dan jangan diragukan visualnya. Tantri nyaris bisa dikategorikan sebagai perempuan sempurna. Dan melihatnya tersakiti seperti ini, membuat Delan menyesal dan merasa bersalah, dia menyesal karena selama ini hanya diam saja.

"Tidak, ini bukan salah Kamu. Ini salahku, semuanya salahku yang tidak bisa jujur dari awal!" balas Delan dengan tegas.

Tidak bisa dibohongi, dia ingin mengusap dan memeluk tubuh Tantri yang sudah terlihat kacau. Dalam sekejap, suasana berubah berantakan begitu saja dan ini semuanya lagi-lagi salahnya. Awalnya tadi dia menyalahkan kehadiran Rasyafa dan Divina, membongkar semuanya di depan Tantri langsung.

Namun, dia kembali berpikir jernih kalau yang terjadi sekarang kepadanya, hubungannya dan kekacauan ini adalah karena ulahnya. Tidak seharusnya dia melibatkan Tantri dalam permasalahan keluarganya, hingga menyakiti perempuan tersebut. Dia bisa dari awal mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

Mungkin akan menyakiti keduanya, karena saat itu dia memang mencintai Tantri. Namun, sakit itu tidak akan sedalam ini saat semuanya sudah berjalan sangat jauh. Kalau saja, Tantri kecewa dan mengakhiri semuanya, dia juga tidak bisa menahan, Tantri berhak bahagia dengan pria yang lebih baik lagi.

"Kenapa Kamu tega berselingkuh dari istri Kamu? Sejak kapan Kamu menikah? Ya Tuhan, Delan, ini sangat menyakitkan."

Tantri menutup wajahnya, untung saja keadaan di tempat tersebut semakin surut mengingat malam semakin beranjak. Hanya menyisakan beberapa orang berlalu lalang yang memang sesekali melirik ke arah mereka. Meskipun, tangisan Tantri tidak bersuara keras, perempuan itu hanya terisak dengan hebat.

Otaknya terus menekan agar dirinya bisa tetap tenang, tapi demi Tuhan rasa sakit di dadanya tak kunjung reda. Tantri bukan perempuan cengeng yang sering menangis, dia cukup dewasa untuk bisa berpikir logis. Namun, soal perasaan, semuanya akan kalah begitu saja.

"Tantri, ini salah paham. Aku tidak pernah selingkuh darinya dan Kamu bukan selingkuhanku!" Delan jadi frustasi sendiri ditambah keadaan Tantri yang membuat dadanya sesak oleh rasa bersalah.

Selama menjalin hubungan dengan Tantri, Delan tidak pernah melihat Tantri sekacau ini. Dia beranjak, duduk di samping perempuan itu dan membawanya ke dalam pelukan. Meski cintanya tidak bisa sebesar dulu, tapi rasa sayang itu masih ada, biar bagaimanapun mereka sudah menjalin hubungan cukup lama.

"Sekali lagi maafkan aku, Tantri," bisik Delan hanya menambah rasa sesak perempuan itu.

Tantri melepas paksa pelukan mereka, wajahnya mendongak dan menatap tepat ke mata Delan. Delan yang melihatnya pun semakin teriris, wajah anggun dan tenang itu sekarang kacau dan itu karenanya. Matanya yang biasanya menatap teduh, hangat penuh cinta, sekarang menatap dirinya dengan nanar, kekecewaan dan kehampaan.

"Apa Kamu mencintai istrimu?" Suara Tantri terdengar semakin serak.

Pertanyaan yang membuat Delan menegang sebentar dan kembali terdiam. Diamnya Delan cukup menjawab pertanyaan Tantri. Perempuan itu tersenyum miris, entah siapa dirinya bagi Delan selama ini dalam ceritanya. Padahal, dalam cerita dirinya, Delan adalah kekasih hatinya, masa depannya. Dan dia hanyalah seorang perempuan selingkuhannya dalam cerita Delan.

"Kami sudah berpisah, Kamu satu-satunya perempuan yang ada di hidupmu."

Bukannya senang, Tantri malah terbelalak kaget dengan pengakuan Delan. Dia semakin merana dengan dirinya sendiri, entah apa yang pernah dia lakukan hingga terjebak dalam kisah rumit seperti ini. Dia ingin menertawakan dirinya sendiri yang terlihat menyedihkan.

"Mari kita saling melepaskan, Delan. Aku tahu ini sangat berat bagiku, tapi aku tidak bisa menyakiti diriku lebih dalam. Menyakiti dirimu, menyakiti istrimu atau mungkin mantan istrimu, entahlah itu. Mari kita lupakan, kita pernah membangun hubungan yang manis dan bahagia...."

"Jujur aku kecewa, kita baru saja mulai membicarakan hubungan ke tahap serius. Namun nyatanya, aku seperti orang bodoh yang tidak tahu kalau aku sedang dibohongi. Aku terlalu cinta dan percaya kepadamu, hingga menaruh semua harapanku kepadamu."

Tantri menarik napas lalu mengembuskannya dengan berat, mengatakan hal menyakitkan itu tidak mudah. Ditambah dia mengatakan di saat perasaannya masih kacau balau. Namun, dia masih bisa sedikit berpikir waras kalau mereka tidak bisa lagi melanjutkan. Delan sudah beristri, meski pria itu bilang sudah bercerai tapi Tantri tahu, Delan mencintai istrinya dan tidak mencintai dirinya.

Pernyataan miris yang sangat memukul perasaannya, jadi dia selama ini hanya berjuang sendirian. Antusias sendirian dengan hubungan mereka yang sebenarnya hanya hubungan gelap bagi Delan. Pernyataan demi pernyataan kembali mengundang air mata yang tadinya sudah mulai mengering.

"Tantri, aku mohon. Dengarkan aku dulu!" pinta Delan dengan putus asa. Meski dia sudah menyiapkan risiko terbesar dari kekacauan ini, dia hanya ingin menjelaskan kesalahpahaman karena tidak ingin Tantri berpikir buruk tentang Delan atau Tantri sendiri.

"Tidak. Ini sudah cukup menyakitkan. Terimakasih untuk kebahagiaan semu selama ini, dan maafkan atas sikapku kalau ada yang membuatmu merasa kurang nyaman!" Tantri bersiap, mengusap kasar air matanya yang sialnya masih terus mengalir.

"Jangan berkata seperti itu, sekarang kita tengah kacau. Aku akan mengantarmu pulang dan besok kita kembali berbicara lagi setelah semuanya lebih tenang!" sahut Delan. Dia tidak ingin mereka berpisah dengan sangat menyakitkan, meski ujungnya mereka berpisah tapi Delan ingin berpisah dengan tetap tersenyum hangat.

"Cukup, Delan. Biarkan aku sendiri!" Tanpa menunggu apapun, Tantri melenggang pergi meninggalkan Delan yang terlihat frustrasi dan menatap nanar punggung perempuan itu.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!