Lin Yi Yue hanya punya satu keinginan, terbang bebas. Dia tidak ingin lagi terikat atau pun terkurung dalam sangkar lagi.
Bertemu Bai Ruyi membuat perasaannya campur aduk, harusnya ada rasa benci tapi mengapa juga ada harapan. Pria itu memberikannya janji yang indah, berkata akan mengubah sangkar menjadi rumahnya dan akan menemaninya terbang kemana pun.
Lin Yi Yue menginginkannya, tapi apakah itu mungkin? Beban yang dia tanggung sangat besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velika Sastra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekacauan di Kota Awan
Zhao Hua mengetuk gerbang Kediaman di depannya. Seorang penjaga membuka gerbang, tapi begitu gerbang dibuka Zhao Hua menghilang.
"Siapa? Tidak ada orang, apa aku salah dengar?" Penjaga itu menutup gerbang dengan bingung.
Zhao Hua bersandar di balik pohon, "Aku hampir lupa untuk datang diam-diam."
"Nona Zhao apa target selanjutnya ada di kediaman Chen?" Zhao Hua keluar, seorang wanita tua berdiri di depan pohon.
"Target? Aku tidak membunuh mereka."
"Nona Zhao, mari bicara di sana." Wanita tua itu menuntun Zhao Hua ke gazebo.
"Nona Zhao bilang tidak membunuh tapi kematian mereka sudah menyebar di Alam Langit."
Zhao Hua menuangkan teh, "Siapa pun yang pintar tahu kebenarannya."
"Nona Zhao tidak peduli dengan pandangan orang lain, lalu kenapa repot-repot mengumpulkan bukti?"
"Jika ingin membunuh bisa melakukannya dengan terang-terangan, tidak perlu rencana yang berbelit."
Wanita tua itu tersenyum, "Benar juga, kalau begitu biar aku serahkan sendiri ingatanku ini."
Zhao Hua mengeluarkan buka, "Terima kasih Nenek Chen."
Nenek Chen mengambil buku itu, saat suara teriakan mengalihkan keduanya. "Nenek."
Seorang gadis kecil berlari mendekat, "Nenek apa yang kamu lakukan?"
Nenek Chen memeluknya, "Nenek kedatangan tamu, kenapa kamu di sini?"
"Nona Zhao, ini cucu saya Chen Xia."
Nenek Chen memegang buku itu, keningnya bersinar. Lalu sinar itu mengalir ke lengannya dan menyinari buka.
"Terima kasih Nenek Chen."
"Tidak masalah, Nona Zhao tidak tahu bagaimana kabar cucuku di Paviliun Bai Yue?"
Zhao Hua menunjukkan wajah bingung, "Anda punya cucu di sana?"
"Chen Lai, cucu saya teman Tuan Muda Bai."
"Ohh, ternyata cucu Anda." Zhao Hua ingat ada murid yang begitu cerewet ternyata Chen Lai.
...****************...
Keluar dari Kediaman Chen, Zhou Hua memutuskan untuk jalan-jalan di pasar Kota Awan.
Zhao Hua memasuki toko kue, ratusan jenis kue dan permen menyambut kedatangannya.
Penjaga toko mendekat, "Nona Anda ingin membeli kue atau permen."
Zhao Hua menyusuri rak itu, "Ini… kue dan permen kalian?"
Penjaga toko tersenyum, "Tidak hanya ini saja, kami juga memiliki kue dengan dua isian, tiga isian hingga lima isian yang berbeda."
Penjaga toko membawa nampan berisi beberapa kue dan permen. "Nona apakah kamu ingin mencicipinya?"
"Permen di toko kami dibuat dengan buah-buah segar, Nona cicipilah."
Zhao Hua memakan permen, bibirnya berkerut merasakan betapa manisnya permen itu, hampir meludahkannya.
"Nona bagaimana? Bukankah sangat manis?"
Zhao Hua mengangguk setuju, memang manis dan itu sangat manis. Sedikit heran bagaimana Lin Yi Yue bisa tahan dengan rasa manis ini.
"Bungkusan satu kotak." Bagaimana pun semua kue dan permen ini bukan dia yang memakannya.
"Satu kotak? Nona kamu ingin yang mana?"
"Semuanya, masing-masing kue dan permen satu kotak."
"Semuanya…" Penjaga toko bergetar saking bahagianya.
Zhao Hua mulai bingung, "Apakah tidak bisa…"
"Bisa-bisa, Nona tolong tunggu sebentar." Penjaga toko memberikan kursi untuk Zhao Hua duduki.
"Kalian bantu aku membungkus kotak kue dan permen…" Penjaga toko menunjuk pelayan, "Kamu buatkan teh untuk Nona."
Hampir setengah jam menunggu Zhao Hua menatap tumpukan kotak di depannya.
"Nona dimana Anda tinggal, saya bisa menyuruh orang untuk mengantarnya. Nona tulis saja alamatnya di sini."
"Tempat tinggal… tidak perlu."
Zhao Hua melambaikan tangannya, tumpukan kotak itu menghilang dari sana.
Ia lalu meletakkan beberapa tahil emas.
"Terima kasih Nona, lain kali datang lagi." Penjaga toko melambaikan tangannya, menatap kepergian Zhao Hua.
Zhao Hua terus berjalan menyusuri pasar Kota Awan, hingga tanpa sengaja melihat hal yang menarik.
Zhao Hua memegang tusuk konde dengan ukiran phoenix. Tusuk konde itu dibuat dengan kayu.
"Nona apakah kamu ingin membeli tusuk konde ini?" sang penjual bertanya.
"Ya, berapa harganya." Zhao Hua meletakkan satu tahil emas.
Penjual itu dengan cemas mengembalikan emas itu ke tangan Zhao Hua. "Nona bukannya tidak ingin dijual, tapi… sudah ada orang lain yang memesannya."
"Milik orang lain?" Zhao Hua mengembalikan tusuk konde dengan kecewa.
"Nona bisa memilih tusuk konde lain, lihat bagaimana dengan ukiran burung merak ini."
Zhao Hua menatap tusuk konde itu, menggeleng. "Tidak… Bibi bagaimana jika kamu mengajariku membuatnya? Aku ingin menggunakannya sebagai hadiah."
Zhao Hua mengeluarkan emasnya, "Bibi, bisa mengajariku kan?"
Penjual menatap emas-emas itu, berbinar. "Boleh, bisa, tentu saja bisa.
...****************...
Zhao Hua menatap puas tusuk konde di tangannya. Ada goresan di jarinya dan telapak tangannya memerah akibat mengukir.
Zhao Hua berdiri diam di gerbang Kota, mengangkat tusuk konde itu. "Sangat cantik… kenapa langit tiba-tiba gelap?"
Langit di Kota Awan dengan cepat gelap, bagai kabut yang menutupi pegunungan.
"Energi jahat? Bagaimana bisa ada di sini."
Tubuh Zhao Hua berubah menjadi ribuan daun, melesat masuk ke Kota Awan.
Kebakaran terjadi dimana-mana, ribuan daun melintasi toko kue yang terbakar. Penjaga toko panik, berteriak keluar.
"Cepat-cepat bawa semuanya keluar!"
"Ibu! tolong aku!"
"Tolong! Anakku terjebak, tolong!"
Zhao Hua bergegas turun, mengeluarkan Anak kecil yang terjebak di bawah meja.
"Terima kasih, terima kasih Nona…"
Zhao Hua mendongak, puluhan energi jahat berterbangan di langit Kota Awan. Ia melompat, membuka lukisan penjara, menangkap beberapa energi jahat.
Ribuan daun melintas, terbang memasuki kediaman Chen. Zhao Hua pergi ke belakang, Nenek Chen terbaring lemah di lantai.
"Nenek Chen… bertahanlah sebentar."
Nenek Chen menangkap tangan Zhao Hua, "No-Nona Zhao… bu-buku…"
Zhao Hua mengeluarkan buku, Nenek Chen mengambil buku itu. "Kali ini tidak akan aku biarkan kalian dituduh lagi…"
"Nenek Chen, itu tidak perlu. Kau harus menyimpan kekuatanmu…"
"Nona Zhao, bisakah kamu membantuku menjaga cucuku… Chen Xia ada di dalam lemari."
Nenek Chen berusaha mengendalikan nafasnya. Darah segar menetes membasahi bibirnya.
Zhao Hua diam, lalu bergegas masuk ke dalam. Dalam lemari Chen Xia memeluk lututnya, tubuhnya bergetar.
Mata merahnya mengeluarkan tangis, melihat Zhao Hua tangisnya pecah.
"Hua jie… orang itu datang… membakar… ibu dan Ayah banyak darah…"
Zhao Hua memeluknya, "Tidak apa-apa Kakakmu masih ada di Paviliun, setelah ini kalian bisa tinggal di sana."
Zhao Hua menahan kepala Chen Xia di bahunya. Melawati Nenek Chen, ia mengambil buku yang penuh bercak darah.
"Ayah, Ibu apa yang terjadi!" Chen Lai bersujud di depan mayat kedua orang tuanya.
Chen Xia mendengar teriakan itu, menoleh. "Kakak!"
Zhao Hua membawa Chen Xia, mendekat.
"Nona Zhao, sebenarnya apa yang terjadi?" suaranya bergetar, tangannya mengepal.
Zhao Hua menggeleng, "Aku tidak tahu, yang jelas ada orang yang sengaja membuat kekacauan ini. Adikmu melihat pelakunya, jadi kamu harus menjaganya."
Zhao Hua menurunkan Chen Xia, gadis itu dengan cepat memeluk Chen Lai terisak hebat, menggumamkan banyak hal.
Zhao Hua mememberikan buku dengan bercak darah. "Setelah tenang, kamu bisa melihatnya dengan Bai Ruyi."
"Terima kasih Nona Zhao…"
"Kalian bisa tinggal di Paviliun."
Zhao Hua menatap Kakak beradik itu, ia tidak mengerti perasaan mereka. Ia tidak memiliki orang tua atau pun keluarga.
Zhao Hua melompat, mengeluarkan lukisan penjara. Terbang di Kota Awan, menangkap satu persatu energi jahat yang mengacau.