"Aku tidak akan menikah!" Peony Thamyta.
"Kalau begitu, pergi dari rumah ini." Darius Sedjatie.
Peony, gadis yang selalu di kurung ayahnya dalam sangkar emas, di beri dua tawaran; harus menerima di jodohkan, atau pergi dari rumah yang selama ini memberinya kemewahan.
Tanpa membawa identitas aslinya sebagai anak tunggal Tuan Sedjatie.
Karena tak siap menikah, Peony sengaja memilih opsi kedua dan bekerja demi mendapat uang sebagai bentuk perjanjian agar terbebas dari perjodohan konyol itu.
Tapi siapa sangka, jika bos-nya ternyata orang yang sama dengan lelaki yang akan jodohkan dengannya?
Ini semacam jebakan? Atau pendekatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nitapijaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jeffdan sudah tau
Jeffdan bersenandung kecil sembari mengeringkan rambut yang setengah basah. Dia baru saja selesai mandi dan sedang menunggu makan malamnya di antar oleh Peony.
Tapi ini sudah mulai jam delapan dan gadis manis itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Padahal Jeffdan sudah lapar sejak tadi, dirinya juga malas jika harus turun ke dapur karena jaraknya cukup jauh dari kamarnya.
Lebih baik menelepon Sora agar kepala pelayan itu memberikannya makan malam sesegera mungkin, dan juga Jeffdan ingin menanyakan kemana perginya asisten manisnya itu.
Tak lama pintu kamarnya pun di ketuk, sepertinya Sora sudah berdiri di depan sekarang. Buru-buru Jeffdan membuka pintu dan menerima nampan berisi makan malam untuknya.
Dia juga menahan Sora, ingin menanyakan kemana perginya Peony. “Dimana Peony? Aku tidak melihatnya sejak tadi,” tanya Jeffdan tak sabaran.
“Noja Peony meminta izin pada saya, katanya dia di ajak makan malam dengan temannya, Tuan. Bukankah Peony juga sudah meminta izin pada Tuan Muda?” Jawab Sora seadanya. Peony memang meminta izin padanya tadi sore serta di bumbui sedikit kebohongan.
Peony nyatanya berbohong kepada Sora, saat di tanyai apakah sudah meminta izin pada Jeffdan. Gadis itu mengangguk mantap yang mana membuat Sora seketika mengangguk percaya.
Jeffdan mengangguk sebagai jawabannya, lalu Sora pun undur diri untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum larut malam.
Lelaki itu mengerang kesal, matanya menyipit tajam. Sialan apakah Peony pergi dengan Yuda? Pikir Jeffdan menggebu-gebu. Lalu pria tampan itu segera mencari ponsel miliknya; berusaha menghubungi Peony untuk segera pulang.
Namun naas karena Peony sama sekali tidak menjawab panggilannya, ponselnya pun sepertinya sengaja di matikan karena saat Jeffdan menelepon hanya di balas oleh suara operator saja.
Pria tampan itu kesal. Sungguh. Lalu mengacak rambutnya yang baru saja dia rapikan sendiri. Ternyata memikirkan Peony bisa membuatnya gila seperti ini.
Jeffdan terduduk di pinggir ranjang, tiba-tiba saja dirinya kalut, otaknya tidak bisa berfikir jernih tentang kemungkinan- kemungkinan yang bisa saja terjadi pada Peony.
Lelaki itu mengingat pertemuannya dengan Darius kala itu, dimana Darius dengan terang-terangan mengaku bahwa Peony merupakan anak tunggalnya. Dan dengan kesadaran penuh meminta Jeffdan untuk menjaganya serta melanjutkan kebohongan publik yang Peony buat.
"Haaah! Semua ini terasa tidak nyata!" Jeffdan membuang nafas panjang. Sampai sekarang, Jeffdan masih tak percaya bahwa Peony adalah anak tunggal Darius. Sekaligus gadis yang selama ini gencar Tzuyu tawarkan padanya.
Andai saja dulu Jeffdan langsung menyetujui perjodohan itu, pasti sekarang dia sudah menikah dan bahagia bersama Peony.
Dia juga jadi memikirkan pertemuan pertamanya dengan Peony yang menganggap bahwa dia adalah mata-mata, "Ternyata dia memang bukan gadis biasa," gumam Jeffdan.
"Hah! Dimana sih, dia. Buat aku khawatir saja!"
Hari pun juga semakin larut, sekarang sudah jam dua belas kurang dan Jeffdan belum mendapati paviliun Peony yang menyala. Dia kembali menatap ponsel miliknya, dia perlu menghubungi Yuda untuk segera mengantarkan Peony kembali ke mansion. Itu pun jika benar Yuda yang menculik Peony.
“Kau di mana? Cepat kembalikan Peony padaku!” Pekik Jeffdan saat Yuda sudah menjawab panggilannya.
Yuda yang baru saja terbangun dari tidur lelapnya pun mendengus sebal, apa apaan ini! Tengah malam, di hubungi, dan lagi, kembalikan Peony? Untuk apa? Bahkan Yuda tidak sedang meminjam gadis manja milik Angkel Darius itu, kan.
“Kau mabuk berat sepertinya, kembalilah tidur Jeffdan! Ini sudah larut malam!” ujar Yuda, dia tengah mengusap matanya dan menguap di sebrang sana.
“Cepat katakan di mana kau sembunyikan Peony! Bukankah Peony pergi denganmu tadi sore?!” Jeffdan tak sabaran, ini lah efek kegilaannya terhadap Peony. Terutama setelah dia tau bahwa Peony, gadis yang sama yang selalu Tzuyu bicarakan.
“Kau gila? Atau mengigau?! Sepertinya otakmu itu sedang koslet. Dan, Aku mengantarmu ke rumah sakit jiwa sore tadi! Sepertinya kau benar-benar mabuk berat Jeffdan, kenapa kau jadi gila seperti ini. Sudah lah, aku ingin tidur!! Lelah. Kau juga cepat-cepat tidur agar tidak semakin gila.” Katanya mengomel panjang lebar, biarlah Yuda di bilang kurang kerjaan karena meladeni orang mabuk ataupun mengigau.
Dirinya sudah lelah seharian bekerja.
Jeffdan mengusap kasar wajahnya, merasa bodoh pada dirinya sendiri. Benar juga yang Yuda katakan, karena nyatanya pria keturunan Jepang itu memang menemaninya ke rumah sakit jiwa sore tadi.
Jeffdan membenturkan kepalanya pada ranjang, lalu menoleh singkat kala mendapati ponselnya yang berdering; ada yang mengirimnya pesan di malam yang larut ini.
From Tani :
"Peony menginap di apartemen milikku, kau tenang saja besok ku kembalikan."
Sialan!
Geram Jeffdan membanting ponsel yang berada di genggaman nya hingga terlempar entah kemana.