NovelToon NovelToon
Berjaya Setelah Terluka

Berjaya Setelah Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Demi menikahi wanita yang dicintainya, Arhan Sanjaya mengorbankan segalanya, bahkan rela berhutang banyak dan memenuhi semua keinginan calon mertuanya. Terbelenggu hutang, Arhan nekat bekerja di negeri seberang. Namun, setelah dua tahun pengorbanan, ia justru dikhianati oleh istri dengan pria yang tak pernah dia sangka.

Kenyataan pahit itu membuat Arhan gelap mata. Amarah yang meledak justru membuatnya mendekam di balik jeruji besi, merenggut kebebasannya dan semua yang ia miliki.

Terperangkap dalam kegelapan, akankah Arhan menjadi pecundang yang hanya bisa menangisi nasib? Atau ia akan bangkit dari keterpurukan, membalaskan rasa sakitnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang terbuang pun bisa menjadi pemenang?

Karya ini berkolaborasi spesial dengan author Moms TZ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. 3. Menyambut Ibu, Rencana mencari Rumah kontrakan

“Apa menurutmu aku perlu mencari karyawan, Bud? Itu kan cuma warung kecil?" Arhan masih ragu.

"Tentu saja perlu," jawab Budi cepat. “Walaupun cuma warung, tapi warungmu itu sekarang sangat ramai. Dan aku lihat juga kamu mulai keteteran,” lanjutnya.

“Jangan melihat warung orang lain yang tidak mencari karyawan. Itu karena mereka memiliki istri atau anak yang bisa membantu. Tapi kamu kan cuma kerja sendirian?”

Arhan menganggukkan kepala. Yang dikatakan Budi memang benar.

“Tapi bagaimana dengan gaji mereka? Aku tidak mungkin bisa, maksudku mungkin belum. Menggaji mereka sesuai dengan gaji mereka di perusahaan."

“Soal itu jangan khawatir. Bagi mereka yang penting mereka dapat pekerjaan agar mereka tetap bisa membayar uang kos karena mereka adalah perantau."

"Ya kalau memang begitu, terserah kamu saja bagaimana mengaturnya.” Setelah melalui berbagai pertimbangan dan pemikiran yang matang, Arhan akhirnya menerima usulan sahabatnya.

*

Arhan sedang sibuk menyiapkan warungnya. Dua orang OB yang pernah disebutkan oleh Budi, Romi dan Joni juga sudah mulai bekerja padanya. Tiba-tiba ponsel di tangannya berdering. Nama Fahri muncul di layar. Sesaat kening Arhan berkerut, lalu segera mengangkatnya

"Assalamualaikum, Han. Apa kabar?" sapa Fahri dari seberang sana.

"Waalaikumsalam, Mas. Alhamdulillah baik. Mas sendiri gimana?" jawab Arhan.

"Alhamdulillah baik juga, Han. Eh, Han, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan sama kamu," kata Fahri dengan nada ragu.

"Ada apa, Mas? Ibu, Rina, dan Mbak Arum baik-baik saja kan?" tiba-tiba Arhan merasa cemas.

"Mereka baik jangan khawatir. Tapi,,," Fahri menggantung ucapannya karena merasa ragu.

“Ada apa, Mas? Bilang saja!"

"Gini, Han. Aku dapat tugas dari kantor untuk pindah ke Bandung. Kemungkinan aku akan tinggal di sana selama tiga sampai lima bulan," jelas Fahri.

"Oh, ya? Alhamdulillah… Selamat ya, Mas. Itu kan kesempatan bagus," kata Arhan.

"Iya, Han. Tapi ada masalahnya. Ibu nggak mau ikut aku ke Bandung. Katanya dia lebih betah di sini," ujar Fahri.

"Tapi kalau untuk meninggalkan ibu dan Rina hanya berdua saja di rumah, aku juga nggak tega. Kamu tahu sendiri kan, Rina itu masih muda dan belum berpengalaman," kata Fahri.

Arhan terdiam sejenak. “Aku ngerti, Mas. Jadi gimana baiknya?"

"Jadi, gini, Han. Kalau misalnya Ibu tinggal sementara sama kamu selama aku di Bandung, apa bisa?" tanya Fahri dengan hati-hati.

Arhan terkejut mendengar permintaan Fahri. Namun, tanpa ragu, ia menjawab, "Tentu saja bisa, Mas! Aku malah senang kalau Ibu mau tinggal sama aku."

Fahri tampak lega mendengar jawaban Arhan. "Alhamdulillah, Han. Makasih, ya. Soalnya iku ngotot nggak mau aku ajak. "

"Apaan sih, Mas. Ibu itu kan ibuku. Justru Aku yang berterima kasih karena selama ini Mas mau menyayangi Ibu. Sekarang gantian aku yang akan menjaganya," kata Arhan.

“Tapi, Han. Apa iya, kamu Ibu, dan Rina akan tinggal di ruko?" tanya Fahri khawatir.

"Tenang aja, Mas. Aku masih punya tabungan. Masih cukup untuk ngontrak rumah kecil. Yang penting Ibu nyaman," jawab Arhan dengan mantap. Tidak mungkin ia menempatkan ibunya di ruko. Walaupun di lantai atas ruko itu juga ada tempat untuk tidur. Tapi tempat itu sekarang sudah ditempati oleh Romi dan Joni.

"Alhamdulillah. Semoga setelah ini rezekimu semakin mengalir deras, ya." kata Fahri dengan nada terharu.

"Aamiin… makasih doanya, Mas. Semoga Mas juga," balas Arhan dengan senyum tulus.

Arhan merasa bahagia mendengar ibunya akan tinggal bersamanya.

"Mas, terus Rina gimana? Bukannya dia harus kuliah?" tanya Arhan bingung.

"Rina baru selesai ujian skripsi. Tinggal nunggu wisuda aja. Dia juga bilang, kalau Ibu ikut sama kamu, dia juga mau ikut," jelas Fahri.

Arhan semakin senang mendengar penjelasan Fahri. Setelah beberapa tahun dirinya terpisah dengan ibu dan adiknya karena menikah dengan Nurmala lalu pergi ke Korea, kini dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa berkumpul lagi dengan ibu dan adiknya.

"Jadi, kapan Ibu dan Rina bisa ke sini, Mas?" tanya Arhan antusias.

"Secepatnya, Han. Mungkin minggu depan aku sudah mulai bertugas di Bandung. Aku usahakan sebelum itu Ibu dan Rina sudah sampai ke sana," jawab Fahri.

"Oke, Mas. Kalau gitu, biar aku aja yang jemput Ibu dan Rina," tawar Arhan.

"Nggak usah, Han. Biar aku aja yang antar Ibu dan Rina ke tempatmu. Sekalian aku mau lihat tempat tinggalmu," tolak Fahri halus.

Arhan mengerti maksud Fahri. Ia tahu, Fahri ingin memastikan bahwa ia tinggal di tempat yang layak untuk ibunya.

"Baiklah, Mas. Aku tunggu kedatangan kalian," kata Arhan dengan nada senang.

"Oke, Han. Terima kasih banyak," balas Fahri.

"Mas Fahri ini apaan sih? Kok dari tadi terima kasih terima kasih melulu."

*

Malam harinya, setelah menutup warung dan kembali ke rumah Budi, Arhan menceritakan percakapannya dengan Fahri. Mereka duduk di teras rumah, menikmati kopi dan angin malam.

"Bud, tadi siang Mas Fahri telepon aku," Arhan memulai cerita.

Budi menoleh, "Oh ya? Ada apa?"

"Dia dapat tugas ke Bandung selama beberapa bulan. Ibuku nggak mau ikut, jadi nanti ibu dan Rina akan ke sini," jelas Arhan.

Wajah Budi sontak berbinar senang mendengarnya. "Terus terus, kapan ibu mau ke sini?” tanya Budi antusias.

“Mungkin minggu depan," ucap Arhan kemudian menarik napas dalam-dalam. "Bud, aku mau minta maaf sebelumnya. Aku ada rencana buat pindah dari sini," kata Arhan dengan nada hati-hati.

Budi terkejut. "Pindah? Mau ke mana? Kenapa harus pindah?" Terdengar jelas kalau di tidak suka dengan rencana Arhan.

"Aku mau ngontrak rumah kecil di sekitar sini. Aku nggak mau terus-terusan ngerepotin kamu. Apalagi sekarang aku bawa Ibu sama Rina," jelas Arhan.

Budi menggelengkan kepala. "Han, kamu ini gimana sih? Aku kan udah bilang, anggap aja rumah ini rumah kamu juga. Ibu sama Rina juga bisa tinggal di sini. Nggak usah ngontrak segala," tolak Budi.

"Aku tahu, Bud. Tapi aku juga pengen mandiri," balas Arhan. Ia menatap wajah sahabatnya itu lekat.

"Mandiri, kan? Selama ini kamu juga sudah mandiri. Kamu bisa kerja cari uang sendiri, gak pernah ngerepotin. Udahlah, nggak usah pindah. Tinggal di sini aja," Budi bersikeras.

Arhan menatap Budi dengan tatapan tulus. "Bud, aku sangat berterima kasih atas kebaikan kamu selama ini. Tapi kali ini aku mohon, izinin aku buat pindah. Lagipula aku tinggal gak jauh dari sini kok," pinta Arhan dengan sungguh-sungguh.

Budi terdiam sejenak. Ia bisa melihat keteguhan hati Arhan. Akhirnya, ia menghela napas dan mengangguk. "Baiklah, Han. Kalau itu memang keputusan kamu, aku nggak bisa maksa. Tapi ingat, kalau kamu butuh apa-apa, jangan sungkan buat bilang sama aku," kata Budi dengan nada berat.

Arhan tersenyum lega. "Pasti, Bud. Kamu akan selalu jadi sahabat terbaikku," jawab Arhan sambil menepuk pundak Budi.

“Oh, iya. Untuk mobil kamu, aku akan tetap pakai, tapi kali ini aku akan sewa. Dan untuk perbaikan jika ada kerusakan, aku yang tanggung semuanya,” lanjut Arhan.

Budi menghela napas kesal. “Harus segitunya ya, perhitungan sama teman?"

1
RMQ
cerita ini diawal memang bagus, saya tunggu sampai tamat dlu baru baca🤭🤭🤭
〈⎳ FT. Zira
pikiran orang yg gak mau usaha ya gini🤧
Hasanah Purwokerto
Bagus bgt filosofinya mam...👍👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Kasiaaaannnn...Fadil...umpanmu tdak termakan...hahahahaaaaa
Hasanah Purwokerto
Sudah benar apa yg kamu lakukan Arhan,,tidak ada gunanya mempertahankan wanita seperti Nurmala...
Hasanah Purwokerto
skak mat...
Hasanah Purwokerto
Cinta yg membabi buta,,jika terluka bs menjadi benci yg membabi buta juga..
Hasanah Purwokerto
Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..
Sunaryati
Wah dengan adanya ibu dan adik kamu mungkin menambah lariis warungmu, karena masakan ibumu
Hasanah Purwokerto
Betul kata pak tua..yuk bangkit yuk..kamu bisa Ar...💪💪💪💪
Hasanah Purwokerto
Ini orang berdua ya,.bukannya sadar diri malah menjadi jadi..
Hasanah Purwokerto
Smg karma segera datang pd kalian..
Hasanah Purwokerto
Ga akan pernah..justru kamu yg akan menangis dan memgemis di bawah kaki nya Arhan...
Hasanah Purwokerto
Yang sabar,,yg kuat ya Ar...
Gusti mboten sare...
Hasanah Purwokerto
Kok ky penjahat kelas kakap aja,,cm diinterogasi masa tangannya diborgol kebelakang begitu..
Hasanah Purwokerto
Cn Arhan punya bukti perselingkuhan mereka ya,,minimal sblm dihajar udah di poto dl...
Hasanah Purwokerto
Bener" uedaaaannn....
orang tua macam apa seperti itu...
Hasanah Purwokerto
Oalah...wong tuo kucluk...
membiarkan anaknya melakukan dosa...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Hasanah Purwokerto
Arhan patah hati sepatah patahnyaaaaa
Hasanah Purwokerto
Kli memang wanita terhormat,,apapun yg terjadi,,selama ditinggal suami ya akan menjaga kehormatannya...
bukan malah menyalahkan org lain..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!