Rumah Warisan Ibu Angkat

Damar yg melihat Wulandari ingin pergi seketika menarik tangan Wulandari.

Lukisan yg berada di tangan Wulandari pun terjatuh dengan keras ke lantai kamar tersebut.

"Kamu harus menjadi istri saya Wulandari, kamu tidak saya perbolehkan untuk pergi." Ucap Damar yg langsung mengunci pintu kamar tersebut lalu memasukkannya ke dalam saku celana nya.

"Kang apa yg ingin kau lakukan, izinkan saya pergi, saya tidak mencintai kang damar, saya mencintai suami saya, walaupun suami saya teh miskin, tapi dia baik sama saya." Ucap Wulandari yg sudah berlinang air mata.

"Dengar Wulandari, baik saja tidak membuat mu kenyang, mending kamu menikah bersama saya, menjadi ibu dari anak saya, kamu akan hidup enak tidak perlu bekerja mencari uang lagi dengan cara menari seperti ini." Ucap Damar dengan suara tinggi.

"Tidak kang, lebih baik saya miskin tapi bahagia dari pada menikah dengan kang damar , walaupun kaya tapi saya tidak cinta, saya tidak mau kang, tidak mau hiks hiks." Teriak Wulandari sambil menangis dengan perasaan takut di hati nya, takut mengkhianati suami nya.

Damar yg di liputi rasa kecewa pun seketika men4mpar pipi mulus Wulandari.

PLAK

Arghh

Wulandari pun jatuh terduduk sambil memegang pipi nya yg terasa perih.

"Dengar Wulandari, saya mencintai kamu, apa susah nya kamu meninggalkan laki-laki miskin tidak berguna itu, dia hanya menjadi beban untukmu." Ucap damar.

"Jangan paksa saya kang, kamu teh jahat sama saya hiks."Ucap Wulandari yg masih sesenggukan menangis.

"Baiklah kalau itu masih menjadi pilihan mu." Ucap Damar yg langsung melepas kemeja nya.

Dan tampaklah tubuh berotot nya yg menjadi idaman setiap wanita, tapi tidak dengan Wulandari, perasaan nya kini tengah ketakutan yg teramat sangat.

Damar pun langsung menarik tangan Wulandari dan menghempas nya ke tempat tidur mewah milik Damar.

"Apa yg ingin kau lakukan kang, jangan kang saya mohon." Ucap Wulandari berlinang air mata dengan rasa takut beringsut ke sudut ranjang.

Damar pun Langsung mengukung tubuh mungil Wulandari dan langsung mencumbu nya dengan kasar di sertai teriakan histeris Wulandari yg begitu memilukan.

Aarghh

"Jangan kang, Lepaskan saya, saya mohon jangan lakukan ini kang hiks hiks hiks ." Tangis Wulandari di sertai teriakan permohonan nya sama sekali tidak di gubris oleh Damar.

Apalah tenaga nya yg hanya secuil dibanding pemuda di hadapannya yg dengan tanpa perasaan menodai nya.

Ditengah perbuatan Damar, Wulandari pun akhirnya pingsan tak sadarkan diri, tapi Damar terus saja memacu tenaga nya tanpa berhenti di tengah Wulandari yg tidak sadarkan diri akibat syok dan rasa takut berlebihan.

Beberapa jam kemudian Damar pun menyudahi aksi bejat nya pada Wulandari dengan rasa puas, tetapi dirinya tetap berniat ingin menikahi Wulandari, mungkin dengan ini Wulandari dapat menerima nya menjadi suami nya pikir Damar.

Setelah itu Damar pun ke kamar mandi berniat ingin membersihkan tubuh nya, setelah membersihkan tubuh nya, Damar pun menuju ke dapur nya di lantai bawah ingin memasak makanan enak untuk nya dan Wulandari dengan langkah penuh kepuasan dirinya pun berjalan meninggalkan Wulandari yg masih dalam keadaan pingsan tanpa busana dan hanya di tutupi nya dengan selimut saja.

Beberapa saat setelah kepergian Damar keluar kamar, Wulandari pun sadar dari pingsan nya dan langsung melihat keadaan nya di balik selimut tanpa busana, Wulandari pun menangis sejadi-jadinya, sungguh dirinya merasa bersalah dengan tidak sengaja mengkhianati suami nya.

"Wulan sudah kotor kang bodang, Wulan sudah tidak pantas untuk akang hiks hiks." Ucap Wulandari menangis sedih karena ketidakberdayaan nya.

Dengan susah payah Wulandari pun mengenakan kembali pakaian nya yg berada di samping tubuh nya.

Wulandari pun menoleh ke kiri dan kanan tanpa siapapun di kamar tersebut dan tanpa sengaja Wulandari melihat sebuah gunting di atas meja, Wulandari pun beringsut dari atas ranjang nya dengan susah payah di karenakan rasa perih di bagian inti nya.

Kemudian Wulandari pun berhasil menggapai gunting tersebut.

Masih dengan berlinang air mata, Wulandari pun berucap.

"Maafkan Wulan kang bodang, Wulan sudah mengkhianati cinta akang hiks hiks hiks." Tangis Wulandari terdengar begitu menyayat hati siapa pun yg mendengar nya.

Cklek

Tiba-tiba pintu kamar itu pun terbuka dan terlihat lah sosok damar.

Damar yg baru masuk ke kamar nya dibuat terkejut akan Wulandari yg sedang memegang gunting tajam itu.

"Wulandari apa yg ingin kau lakukan." Ucap Damar pada Wulandari yg sedang memegang gunting di tangan nya dengan perasaan cemas.

"Daripada saya menikah dengan kamu, lebih baik saya teh mati.!!" Ucap Wulandari langsung me3nusuk perut nya tanpa henti.

JLEB

JLEB

JLEB

BRUK

Waktu seakan berhenti tanpa sempat Damar mencegah Wulandari memb*nuh dirinya sendiri.

Tubuh Wulandari pun ambruk dengan berlinang d4rah segar mengalir di lantai kamar tersebut.

WULANDARI....

Teriak Damar terduduk melihat jasad Wulandari yg sudah tidak bernyawa.

"Sebegitu tidak ingin kah kau menikah dengan ku Wulandari sampai kau tega memb*nuh dirimu sendiri.?" Ucap Damar menitikkan air mata nya.

" Apa salah ku ingin memiliki mu Wulandari.?" Ucap Damar lagi sambil menatap kosong jasad wanita pujaan nya.

"Baiklah kalau begitu, sampai mati pun kau tetap milikku Wulandari." Ucap Damar menatap nanar jasad Wulandari.

Damar pun berjalan mendekati jasad Wulandari yg sudah tidak bernyawa itu, sejenak Damar membelai wajah cantik dan mulus Wulandari lalu memeluk Wulandari sebentar dan mengecup kening Wulandari.

Damar pun mengambil selimut putih gading di atas kasur nya lalu membungkus tubuh Wulandari dengan erat.

Setelah itu Damar pun menuju arah cermin besar full body yg berdiri tegak dengan kokoh dan berat itu, damar pun perlahan menggeser cermin itu , tampak lah di sebalik cermin itu sebuah pintu.

CKLEK

Damar pun membuka pintu itu dengan lebar lalu diri nya menghampiri jasad Wulandari dan setelah itu menggendong nya memasuki pintu itu yg terdapat tangga menuju ke bawah tanah.

Di dalam ruangan bawah tanah itu terdapat sebuah kasur dan tempat penyimpanan barang antik dan koleksi milik Damar.

Damar pun meletakkan jasad itu di atas kasur tersebut, sejenak Damar tersenyum sedih lalu damar pun meninggalkan ruangan itu menuju kamar nya dan menutup kembali pintu nya seperti semula dan sebuah cermin menyembunyikan pintu itu.

Setelah Damar membersihkan kamar nya dan mengganti seprei kasur nya, damar pun membakar seprei itu tanpa sisa, setelah memastikan tidak ada jejak apapun lagi, damar pun segera berkemas ingin pulang ke kota setelah memakan makanan yg tadi nya di masak nya.

Bersambung.