Noura mati dibunuh suaminya dan diberi kesempatan hidup kembali ke-3 tahun yang lalu. Dalam kehidupannya yang kedua, Noura bertekad untuk membalaskan dendam pada suaminya yang suka berselingkuh, kdrt, dan membunuhnya.
Dalam rencana balas dendamnya, bagaimana jika Noura menemukan sesuatu yang gila pada mertuanya sendiri?
"Aah.. Noura." Geraman pria itu menggema di kamarnya. Pria itu adalah Zayn, mertua Noura yang sering menyelesaikan kebutuhan diri sambil menyebut nama menantu wanitanya.
"Kenapa dia melakukan itu sambil menyebut namaku..?" Noura harus dihadapkan mertua gilanya yang sudah duda. "Anaknya gila.. ayahnya juga lebih gila, eh tapi.. besar juga ya kalau dilihat-lihat."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paket 20 CM
'Dia kenapa?' Noura benar-benar tidak mengerti.
Beberapa saat lalu, Zayn masih terlihat tenang meski ia telah menujukan sisi yang mengerikan. Namun, kini tatapannya berubah makin liar dan aura gelapnya sungguh terasa.
'Dia aneh banget sih susah ditebak gini...' Batin Noura, tubuhnya sedikit gemetar.
Zayn mulai merayap mendekat, jemarinya yang besar dan kuat mencengkeram paha wanita itu tanpa peringatan. Noura tersentak, napasnya tercekat dalam dada.
“Da—Daddy, apa yang kau—”
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, satu tangannya meraba da-da Noura.
"Ah-"
Plak!
Karna terkejut Noura spontan menampar Zayn, telapak tangannya mendarat keras di pipi Zayn.
“Daddy? Apa yang kau lakukan?!” Suara Noura bergetar, antara marah dan ketakutan.
Namun, Zayn tidak menjawab. Sebaliknya, lelaki itu justru semakin menekan tubuhnya, lalu mendadak mencium Noura, membungkam semua protesnya.
Noura membeku, di bawah kendali pria itu, ia kehilangan kata-kata.
Noura berusaha melawan, tapi percuma. Tenaga Zayn jauh lebih besar, membuatnya sulit bergerak.
Tubuh pria itu terasa panas, dan wajahnya memerah seakan terbakar emosi. Bibirnya menekan Noura dengan paksa, membuat wanita itu gemetar.
Dengan sekuat tenaga, Noura menggigit bibir Zayn hingga pecah.
"Argh!" Zayan meringis, darah segar mengalir di sudut bibirnya.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Noura. Tangannya meraba ke belakang, mencari sesuatu untuk berjaga-jaga. Jemarinya akhirnya menemukan gunting di meja kecil di belakangnya.
"Daddy, kenapa?" Suara Noura bergetar, masih berusaha memahami perubahan drastis pria itu. "Aku sudah bilang belum siap... jangan berlebihan..."
Namun, tatapan Zayn tetap tajam, emosinya belum reda. Dia melangkah maju, membuat Noura semakin terdesak.
"Kau bilang tidak siap, tapi kau melakukannya dengan suamimu?" Gumam Zayn sinis. "Aku hanya ingin tau... siapa yang lebih unggul antara aku dan suamimu?"
"Hah?" Noura semakin bingung. "Apa maksudmu?"
Tatapannya melirik ke arah gunting di tangannya, kemudian kembali menatap pria di depannya. Apakah Zayn sedang mengucapkan sesuatu yang aneh? Atau hanya terbawa emosi? Noura benar-benar tidak mengerti.
Noura menarik nafas dalam, berusaha tetap tenang. "Ada yang Darrel katakan padamu, Daddy?"
Zayn menyipitkan mata. "Kau membantunya mengerjakan dokumen... dan menghabiskan malam bersamanya, bukan?"
"Hah?" Noura tersentak. "Aku tidak melakukan itu!"
Zayn mengernyit, masih tidak percaya. "Jangan bohong, Noura. Di leher Darrel ada bekas merah dan itu terlihat baru, siapa lagi yang bisa—"
"Itu bukan dariku!" Noura menatapnya tajam, lalu perlahan melangkah mendekat, jemarinya mencengkeram kerah kemeja Zayn. Suaranya lebih rendah, penuh ketegasan.
"Satu-satunya pria yang akan kuberi tanda seperti itu adalah Daddy... pengganti suamiku, sesuai kesepakatan."
Zayn terdiam, ia menunggu jawaban lebih lanjut, namun yang didapatinya adalah tatapan penuh perlawanan dari Noura.
Noura menarik nafas panjang sebelum lanjut menjelaskan. "Darrel yang selingkuh, Daddy. Bukan aku."
Zayan membeku. Mata merahnya menyiratkan keterkejutan.
Zayn mulai mencerna semuanya. Matanya menatap Noura dengan tajam, mencoba membaca ekspresinya.
Noura dengan tenang merapikan kerah kemeja Zayn, mencoba menenangkan suasana. "Dia kan sempat pergi dari rumah. Aku hanya bersama Daddy saja semalaman, kan?" Katanya pelan.
Zayn mengangguk pelan, tapi masih belum sepenuhnya puas dengan jawaban itu. Kecurigaannya belum hilang.
"Lalu, kamu benar-benar membantu Darrel dengan tugas dokumennya? Apa dia mengancammu?" Tanyanya lagi, matanya menyipit seolah mencoba menangkap kebohongan.
Noura menahan nafas. Ia tidak menyangka Zayn akan menyadarinya secepat ini. Yah.. Darrel juga pasti melimpahkan kesalahan pada Noura.
'Nggak boleh.. Daddy nggak boleh tau kalau aku sengaja merusak isi dokumennya. Pokoknya aku harus menjadikan Darrel kambing hitam..' Batin Noura waspada.
"Tidak, itu kan milik Darrel dan aku tidak menyentuhnya. Ya.. Darrel memang tidak cocok mengurus dokumen." Jawab Noura dengans sedikit provokasi.
Zayn menghela nafas panjang, masih memikirkan jawaban Noura. "Ya begitulah dia.. aku akan mempertimbangkan lagi posisi CEO untuknya."
Noura mengangguk patuh, merasa sedikit lega karena Zayn tidak memaksanya untuk memberikan jawaban lebih jauh.
Tiba-tiba, tangan Zayn terangkat dan dengan lembut mengusap kepala Noura. Gerakan yang begitu kontras dengan ketegangan sebelumnya.
"Maaf aku terlalu sensitif jika berkaitan denganmu. Darrel juga hari ini tidak akan pulang dulu sebelum membereskan kesalahannya." Ucap Zayn dengan lembut.
"Apakah Daddy sudah memberinya pelajaran?" Tanya Noura berbinar, ia ingin sekali mendengar Darrel tersiksa.
"Ya, Noura. Sesuai dengan keinginanmu."
'Ini bagus sekali.. aku akan terus buat dia menderita' Batin Noura puas.
Zayn lalu melihat sekeliling, penasaran dengan apa yang dilakukan Noura. "Dari tadi kamu sedang apa?"
"Oh ya!" Noura lalu kembali ke dapurnya, mencoba menunjukan sesuatu. .
"Aku masak sesuatu tadi." Ucap Noura penuh semangat.
Zayn yang mengikutinya dari belakang, bersandar di dekat pintu dan mengamati. "Oh? Apa yang kau masak?" Tanyanya dengan nada penasaran.
"Hanya pancake. Tapi cobalah," jawab Noura, lalu mengambil satu suapan, menambahkan sedikit krim, dan menyodorkan sepotong pancake itu ke arah Zayn.
Zayn menerima potongan itu dan memasukkannya ke dalam mulut. Begitu rasa manis dan lembutnya menyentuh lidahnya, matanya melebar. "Ini... enak!"
Noura tersenyum puas. "Yakan?"
"Kamu memang pandai memasak," puji Zayn sambil mengunyah perlahan.
"Sekarang ayo makan bersama," ajak Noura, berusaha mencairkan suasana.
Zayn mengikuti tanpa banyak protes. Kini, emosinya sudah lebih tenang, meskipun ada sesuatu yang masih mengganjal di benaknya.
Saat mereka duduk dan mulai menikmati makan malam, keheningan yang nyaman sempat menyelimuti. Namun, tiba-tiba, Zayn mengulurkan tangannya, menangkap tangan Noura, dan menggenggamnya erat.
Noura terkejut. "Ada apa Daddy?"
Zayn menatapnya dalam. "Apakah kamu menggunakanku untuk balas dendam terhadap Darrel?"
Noura menegang. Pria ini terlalu tajam. Ia dengan mudah membaca setiap gerak-geriknya.
Noura menelan ludah, mencoba mencari jawaban. "Ya sebenarnya seperti itu, tapi... jika Daddy tidak berkenan, aku bisa—"
"Siapa bilang aku tidak berkenan?"
Zayn mencondongkan tubuhnya, lalu mengecup bibir Noura dengan penuh kepemilikan. "Aku sangat berkenan," bisiknya, membuat Noura membeku di tempat.
Noura mulai memerah. Wajahnya terasa panas. "Tapi memangnya tidak apa-apa kamu mengerjai anak sendiri?"
"Ya terkadang dia harus diberi pelajaran. Dia selalu seenaknya." Jawab Zayn tegas.
Noura akhirnya menghela nafas, mungkin ia harus memperingati ini. "Tapi aku tidak ada niat jatuh cinta padamu, Daddy. Jadilah pengganti suamiku untuk balas dendam, hanya itu."
Mendadak Zayn mendekat dan menarik dagu Noura, "Apakah kamu yakin dengan perkataanmu, hm?"
Noura terdiam sekejap kemudian langsung berdiri. "Ah, aku harus cuci piring haha makannya sudah habis kan," gumamnya, mencoba kabur.
Tapi sebelum kabur Zayn malah memeluk Noura dari belakang dan membisikkan beberapa kata.
"Hati-hati.. tanganmu kan belum sembuh."
Noura bergidik dan segera menyelesaikan sesi cuci piringnya. Disana Noura mengatur nafas dan jantungnya yang berdetak tak karuan.
"Orang gila, orang gilaa.." Gumamnya.
Setelah selesai, ia kembali ke ruang makan dan melihat Zayn masih duduk di sana, tersenyum kecil.
"Aku harus mengerjakan sesuatu di kamar Daddy... lalu langsung tidur," ucap Noura kaku, mencoba menghindari kontak mata. "Umm... selamat malam."
Baru saja ia berbalik untuk pergi, Zayn tiba-tiba menarik pergelangan tangannya, membuat Noura hampir tersentak.
Zayn mendekat, lalu mengecup dahinya dengan lembut. Cup! "Selamat malam," ucapnya pelan.
Noura membelalak. Wajahnya semakin memanas. Ia mundur dengan langkah kaku, bahkan suaranya tak keluar dengan benar. "O- oke..."
Noura buru-buru menepuk pipinya sendiri setelah masuk ke dalam kamarnya.
Astaga, aku harus sadar! Dia tetap saja psikopat! Pikirnya, lalu segera kembali ke kamarnya.
Namun, sebelum tidur, Noura membuka ponselnya, berniat mengecek sesuatu.
"Oh ya... paketku yang 20 CM juga datang hari ini." Gumamnya senang.
"Ah, semoga itu bisa mengobati kesepianku.."
Beberapa saat menunggu, Noura turun dari lantai atas dengan mengendap-endap.
"Aman.. sepi nih."
Noura segera mengambil paket yang ada di depan pintu. Sebuah box besar berwarna cokelat muda
Sesampainya di kamar, Noura sudah sangat excited membuka box itu.
"Uh.. datanglah padaku 20 CM!"
Noura akhirnya membuka paket itu perlahan... dan yang ia lihat membuatnya terkejut.
"Apa.. ini...?"
Di dalam kotak itu, berisi banyak piring putih dan sendok. Noura langsung lemas lalu melihat label pemesanan.
"Ini atas nama Zayn.. berarti.. paketku ketuker!!" Noura memegang kepalanya dengan panik.
Di sisi lain, Zayn juga menerima paket serupa di kamarnya. Begitu membuka kotaknya, ia menatap benda panjang yang bergetar di dalamnya.
Zayn terdiam sejenak, lalu menyeringai tipis. "Haa.. tak kusangka dia suka 20 CM yang bergetar payah begini?" Gumamnya dengan suara rendah.
'Rasanya mau mati lagi saja' - Noura