Berliana dan Exsel dulunya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Sebuah insiden terjadi, hingga muncul kesalahpahaman diantara mereka.
Masing-masing saling membenci dan mengelak rasa sayang yang masih sama meskipun 5 tahun telah berlalu.
Dengan status dan kekuasaan Exsel, sangat sulit bagi Berliana untuk bisa lepas dari genggaman Exsel.
“Bagiku tak ada kata kembali! kaca yang pecah tak akan bisa memantulkan bayangan seperti semula.” ~Berliana
“Rasanya sulit melepaskan wanita itu, sekalipun dia yang salah. Kenapa?” ~Exsel
Jadi sebenarnya siapa yang salah? dan siapa yang benar?
Hingga perlahan-lahan kebenaran mulai terungkap, kesalahpahaman pun mulai terpecahkan. Hingga pada akhirnya menunjukkan Berliana tidak bersalah. Lalu bagaimana cara Exsel menebus kesalahpahaman itu pada sosok Berliana yang masih dicintainya?
Dan bagaimanakah sikap Berliana yang akan membalas ketidakadilan yang ia terima pada musuh-musuhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ArumSF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah benar Anda ibu saya?
Berliana akhirnya duduk di kursi paling pojok, ia berusaha untuk tidak menarik perhatian. Walau sebenarnya dengan kecantikannya sangat sulit untuk tidak menarik perhatian.
“Ayo ikut saya,” tiba-tiba wanita yang tak lain ibu kandungnya Berliana datang menghampiri.
Seakan tidak berniat untuk lama-lama di sana wanita itu meminta Berliana untuk segera mengikutinya.
Begitu sampai di ruang pribadi milik ibunya, Berliana hanya diam saat tahu jika Chelsea sudah menunggu dirinya di sana.
“Yo! bukankah ini wanita rendahan itu?! wanita penghancur hubungan orang lain! dasar rendahan!” Berliana yang kini mendengar makian itu, ia langsung saja menatap sinis ke arah Chelsea dengan ekspresi datarnya itu.
Wanita rendahan? perusak? bukankah hal itu lebih cocok dideskripsikan kepada Chelsea yang terlalu terobsesi dengan Exsel?
Meski memang pesona lelaki itu bukanlah hal yang mudah untuk ditahan, tapi sikap Chelsea ini sudah lebih ke arah gila ...? karena obsesi.
“Apa perlu kaca?” sarkas Berliana yang langsung membuat Chelsea geram.
“Padahal hanya satu kalimat, tapi rupanya kamu paham,” ujar Berliana lagi dengan nada yang lebih acuh.
“Berliana cukup!”
Melihat sikap ibunya yang seakan sangat membela Chelsea, Berliana hanya menatap datar dan semakin dingin. Tidak ada rasa sedih atau rasa iba yang seakan minta dikasihani, karena Berliana sudah tidak ingin mengharapkan kasih sayang ibunya lagi.
Berbeda dengan Chelsea yang justru kini terlihat sangat puas, ia bahkan dengan terang-terangan terus tersenyum mengejek pada Berliana seakan mengatakan jika dia telah menang dari Berliana.
“Jadi apa yang Anda inginkan? saya malas terlalu lama di sini!”
“Minta maaf pada Chelsea!”
Berliana yang mendengar hal itu sontak menautkan alisnya, minta maaf? atas dasar apa?
“Anda bercanda?!”
“Saya ibu kamu Berliana! apa kamu lupa?”
“Tentu tidak. Tapi apa Anda pernah menganggap saya anak kandung Anda? bukankah sedari saya lahir saya hanya di urus okey Ayah saya! apakah pernah saya merepotkan Anda untuk keperluan saya meski itu di saat saya masih balita?”
“Bukankah Anda tahu sendiri jika semua kebutuhan dan keperluan saya sudah sepenuhnya dipenuhi oleh Ayah saya sendiri!”
“Cukup! minta maaf!”
“Saya tidak mau!” tegas Berliana.
Kadangkala Berliana bertanya dan ingin memastikan apakah memang benar Berliana anak kandung wanita yang ada dihadapannya saat ini.
Kenapa ada ibu yang seperti itu?
“Jangan membuang-buang waktu saya Berliana! kamu jelas-jelas sudah membuat keluarga Safety malu! apa tidak ada rasa bersalah dalam diri kamu?!”
“Heh?! konyol!” sarkas Berliana mengejek.
“Apakah anda lupa jika hal itu terjadi karena perbuatan anak Anda sendiri? jangan bersikap kekanak-kanakan jika Anda sendiri tidak bisa melihat mana yang benar dan salah!”
“Sepertinya sia-sia saya datang ke sini! anggap saja setelah ini saya tidak akan mengganggu Anda lagi!” ucap Berliana cepat dan hendak meninggalkan ruangan itu.
Minta maaf? konyol! itu hanya mimpi bagi Chelsea jika ingin Berliana meminta maaf pada wanita itu.
“Dasar anak laki-laki bajingan! pantas saja kamu tidak sopan. Darah memang tidak bisa bohong!” teriakan marah yang terdengar menggelar penuh kekesalan.
Tatapan yang seakan-akan sangat membenci Berliana yang merupakan anak kandungnya sendiri.
“Sonya!!!” Berliana tak kalah marah saat ayahnya disebut dengan laki-laki brengsek dan bajingan.
“Sekalipun saya tahu jika Anda menikah dengan ayah saya karena keterpaksaan! tapi apakah selama ini Anda pernah dirugikan? bukankah Ayah saya selalu berbuat baik dan memperlakukan Anda layaknya sebuah emas permata yang berharga?”
Berliana memang tahu jika ibunya terpaksa menikah dengan ayahnya karena desakan kakeknya yang tak lain adalah ayah dari Sonya.
Demi mempertahankan perusahaan kecil yang telah dibangun, kakeknya menawarkan ibunya pada ayahnya.
Walau sebenarnya yang paling dirugikan itu ayahnya, karena selain dia rugi secara perasaan dan materi, dia juga diperlakukan acuh dan dingin oleh istrinya.
Berbeda sekali dengan perlakuan Sonya pada Bram ayah dari Chelsea yang merupakan cinta pertamanya itu.
“Cukup! kamu tidak berhak untuk membahas mengenai hal itu! kamu tidak akan mengerti!”
“Bagaimana saya bisa mengerti jika Anda hanya diam dan tidak mengungkapkan kekesalan Anda itu? tapi apakah tidak ada sedikit saja rasa sayang atau terima kasih pada apa yang telah Ayah saya berikan dan korbankan?”
Sonya hanya diam.
“Jujur saja, bagi saya memiliki anak seperti kamu adalah hal yang tidak pernah saya inginkan! apalagi jika itu tidak lain adalah anak dari laki-laki brengsek itu! jika bukan ia yang memberikan obat perangsang di hari pernikahan mungkin saya tidak akan tidur dengannya dan sampai melahirkan kamu!”
“Ayah saya bukan orang seperti itu! lagipula Anda terlalu percaya diri sampai berfikir jika Ayah Saya akan melakukan hal rendahan itu demi Anda!”
“Jika memang dia bermoral harusnya tidak mengambil kesempatan saat itu!”
“Apa Anda gila? bukankah hal yang wajar untuk melakukan hal itu jika memang Ayah saya mau! Jelas-jelas kalian pasangan suami-istri!”
Meski setiap perkataan Sonya mengandung kebencian yang membuat hati Berliana merasa tertohok dengan sangat dalam. Tapi sikap acuh dan datar Berliana yang seakan terlihat tegar itu, membuatnya seakan terlihat tak peduli akan rasa sakitnya.
“Sudahlah! berbicara dengan Anda hanya akan membuat saya membuang-buang waktu. Saya tidak ingin berurusan dengan wanita yang jelas-jelas tidak pernah bisa melihat kebaikan ayah saya sedikitpun! karena dimatanya hanya ada cinta pertamanya! ”
Berliana menatap ke arah Chelsea yang seolah hanya menjadi penonton, ia seakan puas membuat sepasang ibu dan Anak bertengkar hebat.
“Jelas dia anak tiri Anda dan Anda memperlakukan dia layaknya anak kandung Anda. Apakah Anda pernah berfikir jika sekalipun Anda memperlakukan saya dengan baik, apakah suami Anda itu akan menerima saya? apakah dia akan memperlakukan saya layaknya anak sendiri?”
Untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun, Berliana berbicara panjang lebar. Ini seperti bukan dirinya yang biasanya hanya akan mengatakan beberapa patah kata saja.
“Jangan pernah ganggu saya jika tujuan Anda hanya untuk membuat saya mengalah atau minta maaf pada anak tiri Anda. Sekalipun Anda ibu kandung saya, saya tidak akan peduli!” tegas Berliana yang pada akhirnya memilih untuk keluar tanpa berniat meminta maaf.
Berliana terus saja masih bisa mendengar teriakan dan makian dari Sonya yang tak terima dirinya pergi begitu saja tanpa meminta maaf.
“Jelas-jelas Anda wanita bodoh yang terbutakan oleh cinta! apakah Anda tidak pernah merasa jika mungkin selama ini Anda hanya dimanfaatkan oleh suami Anda itu demi bisa menghancurkan Ayah saya,” gumam Berliana yang masih tidak terima akan sikap Sonya itu.