Hidup tak berkecukupan, memaksakan Alana mengubur impiannya untuk berkuliah. Dia akhirnya ikut bekerja dengan sang ibu, menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah cukup mewah dekat dari rumahnya. Namun masalah bertubi-tubi datang dan mengancam kehidupan dirinya dan sang ibu. Dengan terpaksa dirinya menerima tawaran yang mengubah kehidupannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengungkap Kebenaran
Para pegawai catering tengah serius bekerja setelah istirahat makan siang mereka. Alana kini berada di bagian memasak, karena menggantikan karyawan yang tak masuk bekerja.
"Coba cicipi dulu rasanya sedikit, jangan lupa kalau sayuran harus di masak singkat," ucap Bu Kinan yang sedang mengarahkan Alana.
Alana mengangguk lalu mencicipi tumis brokoli saus tiram yang dia masak. Dia pun meminta Kinan untuk mencicipinya.
"Ya sudah cukup, tekstur brokoli juga pas."
Alana segera menuangkan brokoli yang di masaknya ke dalam mangkuk stainless besar.
Tok, tok, tok!
Suara ketukan pintu membuat Kinan, Alana dan juga pegawai lainnya berhenti dan mengalihkan pandangan ke arah pintu. Kinan berjalan dan membuka pintu, lalu melihat seorang anak bersama dua orang pria dewasa.
"Bu Kinan, ada yang cari teh Alana," ucap bocah yang ternyata anak tetangga kontrakan tempat Alana tinggal.
Kinan melihat Alana yang wajahnya sedikit panik, karena dia tak pernah memiliki urusan dengan siapapun di tempat ini. Gadis itu menggelengkan kepalanya, dan Kinan mengangguk seraya meminta Alana bersembunyi dengan memberikan kode.
"Hari ini dia tidak masuk kerja, kalian bisa mencarinya besok," ucap Kinan yang mencoba menyembunyikan Alana. Walau dia tak tahu kenapa gadis itu tiba-tiba dicari orang. Namun, karena tingkah Alana yang tak neko-neko dan tak pernah membuat masalah membuat Kinan peduli padanya.
"Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu," jawab dua pria bertubuh besar sambil berpamitan dan pergi dari tempat itu. Sementara bocah yang bernama Deon tetap berdiri di depan pintu sambil menatap Kinan.
"Kok Bu Kinan bohong, padahal tadi aku lihat teh Alana masuk ke sini waktu berangkat sekolah."
Celotehan Deon membuat Kinan menutup mulut bocah itu karena pria yang sempat pergi itu berhenti dan menoleh ke arah mereka.
"Untuk memastikan jika dia tidak bekerja, kami akan mengecek masuk ke dalam," ucap kedua pria besar itu sambil memaksa masuk ke dalam ruangan memasak. Mereka melihat sekeliling dan memperhatikan wajah beberapa pegawai wanita dengan foto yang ada di ponselnya.
Alana yang sudah kabur lewat pintu belakang, terselamatkan dari dua pria itu. Dia yang sedang bersembunyi melihat kepergian dua orang itu sambil bertanya-tanya apa yang mereka inginkan.
"Alana, jelaskan padaku apa yang sebenarnya kau lakukan sampai ada orang mencarimu? Aku tak mungkin menyembunyikanmu tanpa
alasan lagi. Jangan-jangan kau seorang residivis?" Cecar Kinan yang kini berada di ruang administrasi. Alana pun tak tahu keberadaan dua pria yang mencarinya karena alasan apa, namun yang dia yakini jika mereka pasti orang suruhan Aravind.
"Tidak Bu Kinan, aku juga tak kenal dengan mereka. Aku curiga jika mereka mendapat perintah dari mantan suamiku untuk mencariku," jawab Alana yang membuat Kinan meragukannya.
"Mantan suamimu? Alana, jangan berbohong padaku. Gadis yang hanya bekerja sebagai pegawai catering memiliki mantan suami kaya raya yang bisa menyewa orang untuk mencarimu. Jangan bermimpi Alana," ucap Kinan sedikit menghina, walau yang di katakannya realistis.
Alana hanya terdiam, tak menggubris ucapan Kinan yang sedikit menyayat hatinya. Dia pun berpamitan pulang dan tak lupa mengenakan masker, mewaspadai jika orang suruhan Aravind masih ada di sekitar tempat itu.
Sampai di rumah kontrakannya, Alana yang sudah lelah tak memperhatikan sekeliling. Dia yang hendak membuka pintu kamar, terkulai lemas tak sadarkan diri setelah dua pria itu berhasil membekap mulutnya.
•••
"Aku dimana? Bagaimana bisa?" Alana yang terbangun merasa kebingungan karena dirinya kini berada di dalam mobil. Di depannya terdapat dua pria yang tadi siang mencarinya ke tempat kerja.
"Nona Alana, maafkan kami harus menggunakan kekerasan. Tapi kami harus menuruti perintah Tuan untuk membawa anda kembali pulang," ucap salah satu pria yang berada di samping pengemudi.
"Aravind? Dia yang memerintah kalian?"
"Katakan pada tuan kalian, datang saja ke kota ini dan temui aku langsung," ucap Alana yang membuat mobil itu berhenti.
"Benarkah nona? Baiklah, kalau begitu kami akan mengabari tuan," ucap salah satu pria yang kini memegang ponsel dan mencoba menghubungi Aravind.
"Pak supir, putar arah ke kontrakan lagi. Aku sangat lelah dan ingin tidur. Kalau seperti ini, tak mungkin aku bisa tidur nyenyak. Bila-bila tuan kalin marah kan jika aku terlihat kurang sehat.
Sang supir pun menuruti perintab Alana, bagaimanapun dia tetaplah istri dari tuannya. Sambil di perjalanan, Alana memikirkan rencana untuk melarikan diri dari mereka berdua.
Sampailah mereka di depan kontrakan, dan juga pesan Aravind yang akan datang ke tempat Alana besok pagi.
"Alana, aku sudah sangat merindukanmu. Sudah kubilang jika kau tak bisa pergi jauh dariku," ucap Aravind sambil menatap foto Alana di ponselnya.
"Sayang, aku ingin dinner di restoran Italia. Ayolah, mumpung sekarang jadwal daddy yang jaga mommy," ajak Jeselyn yang telah selesai mandi.
"Baiklah, sudah lama juga kan kita tak makan di luar," ucap Aravind yang masih menutupi rasa kesal dan juga benci pada Jeselyn dan bersikap seolah tak tahu dengan kebusukan istrinya.
Jeselyn begitu senang dan memilih pakaian yang bagus. Dia harus terlihat paling cantik dan menjadi pusat perhatian di luar sana.
Mereka berdua pun segera pergi ke tempat tujuan, lalu makan malam berdua di tempat yang Jeselyn inginkan.
"Sayang, aku harus ke rumah sakit. Daddy bilang kalau dia harus pergi ke luar kota malam ini juga," ucap Jeselyn setelah menyelesaikan makan malamnya.
Aravind menurut saja, sambil mengangguk pelan. Tanpa Jeselyn tahu jika pria itu sedang merencanakan sesuatu.
Sampai di rumah sakit, mereka berdua segera masuk ke kamar VIP tempat Sari di rawat. Wanita paruh baya itu masih terbaring koma, seolah ada sesuatu yang menghalanginya sadar dari tidurnya.
"Sayang, daddy harus segera pergi. Aravind, apa kau akan menginap di sini?" Tanya Rudi sambil bersiap untuk pulang.
"Besok Aravind ada acara ke luar kota, jadi dia tak bisa menginap di sini," jawab Jeselyn yang mendapat anggukan dari suaminya.
Rudi pun berpamitan di susul Aravind yang juga pamit pulang pada sang istri. Ada perasaan berkecamuk di dadanya. Dia pun tak pergi dari rumah sakit dan menunggu di suatu tempat yang tak bisa di lihat orang.
Sambil mengisap rokok, Aravind berdiri di tempat mobilnya yang terparkir di area luar rumah sakit. Sambil melihat mobil seseorang yang dia kenal, berhenti dan keluar pria yang dia kenal masuk ke dalam rumah sakit.
Diam-dian Aravind mengikuti pria itu yang ternyata masuk ke dalam kamar dimana Sari di rawat. Aravind menyusulnya dan membuka pintu itu perlahan.
Namun, tak ada siapapun di dalam sana begitupun Jeselyn. Aravind berjalan menuju pintu kamar mandi, dan terdengar suara orang yang sedang berbicara. Aravind beberapa kali mendobrak pintu tersebut yang akhirnya terbuka dan melihat sesuatu yang cukup mengejutkannya.