Di Benua Sembilan Langit, kekuatan adalah hukum.
Lin Feng, anak sekte kecil yang dicap sampah karena "Nadi Spiritual Tersegel", terlempar ke jurang hinaan. Namun, di balik kelemahan itu tersembunyi rahasia besar: Physique Naga Void — warisan kuno yang mampu menelan segala Qi dan menembus batas langit.
Dari dunia fana yang penuh intrik sekte, hingga perang antar klan surgawi, perjalanan Lin Feng adalah pertaruhan hidup dan mati.
Balas budi sepuluh kali lipat. Balas dendam seratus kali lipat.
Di setiap langkah, ia akan melawan langit, menantang takdir, dan membuka jalan menuju kekosongan.
Saat naga terbangun, siapakah yang mampu menghalangi jalannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alhenamebsuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Genius Es Utara
"Pertandingan kelima! Wang Tianming dari Sekte Bambu Hitam melawan Bing Xue dari Sekte Es Utara!"
Wang Tianming melompat ke arena penuh semangat, api merah membara dari sarung tangan Tinju Matahari Terbenamnya. Di sisi lain, Bing Xue melangkah anggun, setiap jejak kakinya meninggalkan lapisan es tipis.
"Putri Es Utara," Wang menyeringai. "Mari lihat mana yang lebih kuat, api atau es!"
Bing Xue menatap dingin, mata birunya sedalam danau beku. "Api bisa melelehkan es. Namun es yang cukup dingin bisa memadamkan api apa pun."
"Kita buktikan saja!"
Wang menerjang. "Tinju Matahari Terbenam—Gelombang Pertama!"
Tinju berlapis api menyala, panasnya membuat udara bergetar.
"Teknik Es—Dinding Kristal Abadi!"
BOOM!
Tinju api menghantam dinding es. Uap menutup pandangan penonton. Saat kabut menghilang—dinding es tetap berdiri, hanya retak sedikit.
"Apa?!" Wang terperanjat. "Seharusnya melelehkan—"
"Es Abadi Sekte Es Utara tak sama," Bing Xue mengangkat tangan. "Giliranku. Pedang Es Seribu Jarum!"
Ribuan jarum es melayang di udara, berkilau tajam.
"Sial!" Wang mundur cepat. "Perisai Api Berputar!"
Api membentuk perisai berputar di depannya. Jarum es menghantam, sebagian mencair namun sisanya menembus.
"Agh!" Beberapa jarum melukai lengannya, darah menetes.
"Wang, jangan hadapi langsung!" seru Lin Feng dari pinggir. "Es Abadi menyerap panas! Gunakan kecepatan, serang dari titik buta!"
Wang mengangguk. "Langkah Api Kilat!"
Tubuhnya bergerak zigzag, jejak api membelah udara menuju Bing Xue.
Namun Bing Xue tetap tenang. "Domain Es—Dunia Beku!"
Suhu arena seketika anjlok. Gerakan Wang melambat, nyala apinya melemah.
"Selesai." Bing Xue mengangkat tangan, siap memberi pukulan akhir.
"BELUM!" Wang berteriak. Ia mengepalkan tinju, seluruh Qi terkumpul. "Teknik Rahasia—Matahari Terbit di Musim Dingin!"
Ledakan api emas meletus dari tubuh Wang, menghancurkan Domain Es seketika. Dalam sekejap, ia sudah berada di belakang Bing Xue yang terperanjat.
“Tinju Final!”
DUAGH!
Bing Xue terpental keras, hingga barrier arena ikut bergetar. Ia bangkit dengan susah payah, napasnya berat.
“Aku… kalah,” ucapnya anggun. “Api milikmu lebih panas dari yang kubayangkan.”
“Hah… hah… nyaris saja,” Wang jatuh berlutut, seluruh Qi-nya terkuras.
Pertandingan berikut berlangsung cepat.
Zhou Mei berhadapan dengan Tu Shan dari Tanah Emas. Dengan formasi rumit, ia menjebak Tu Shan dalam ilusi berlapis. Mengandalkan otot semata, Tu Shan tak mampu menembus labirin bayangan dan akhirnya menyerah.
“Menang tanpa serangan langsung,” gumam seorang penonton. “Gadis itu benar-benar jenius formasi.”
Li Qing melawan Xiao Chen—pertarungan paling timpang. Dengan kekuatan Kondensasi Qi tingkat lima, Xiao Chen terlalu mendominasi. Li Qing bertahan gagah berani hampir sepuluh menit dengan tombaknya, namun akhirnya tumbang telak.
“Kau bertarung terhormat,” ujar Xiao Chen sambil memberi hormat. “Sekte Bambu Hitam memiliki murid yang patut dihargai.”
Su Xiaoxiao, yang sudah pulih, menghadapi Huo Lie dari Api Suci. Dengan Kipas Seribu Formasi, ia memancing lawannya ke dalam jebakan demi jebakan. Huo Lie yang meledak-ledak selalu masuk perangkap, hingga akhirnya terjerat dalam formasi penyedot Qi dan menyerah.
"Luar biasa!" seru wasit saat mengumumkan hasil. "Dari Sekte Bambu Hitam, empat murid berhasil lolos ke babak delapan besar! Lin Feng, Wang Tianming, Zhou Mei, dan Su Xiaoxiao!"
Arena langsung riuh dengan bisik-bisik terkejut.
"Empat orang?! Itu rekor baru!"
"Sekte Bambu Hitam biasanya paling lemah..."
"Tahun ini mereka benar-benar berbeda!"
Di area Bambu Hitam, Kepala Sekte Liu tak mampu menyembunyikan senyumnya. "Akhirnya... setelah sekian puluh tahun, kita bangkit kembali."
Elder Zhang menepuk bahunya. "Ini baru awal. Lin Feng dan yang lain masih punya potensi lebih besar."
Sekte-sekte lain mulai menatap Bambu Hitam dengan pandangan berbeda.
Xiao Chen tersenyum tipis. "Menarik. Mereka kuda hitam tahun ini."
Bing Xue, meski kalah, menatap Wang Tianming dengan hormat. "Dia jauh lebih kuat dari yang terlihat."
Yang paling terkejut tentu Sekte Api Suci—hanya dua orang yang bertahan. Sedangkan Sekte Tanah Emas hancur total, tak ada satu pun yang lolos.
"Bagaimana mungkin Bambu Hitam bisa mengalahkan kita?!" gerutu Huo Lie penuh amarah.
Hasil akhir babak delapan besar:
Sekte Pedang Langit: 2 orang (Xiao Chen, Jian Wushuang, )
Sekte Bambu Hitam: 4 orang
Sekte Es Utara: 1orang (Bing Feng)
Sekte Api Suci: 1 orang (Huo yan)
"Besok akan diadakan undian untuk perempat final," lanjut wasit. "Gunakan waktu ini untuk beristirahat."
Di tribun VIP, Yue Qingcheng tersenyum lembut melihat kegembiraan murid-murid Bambu Hitam. "Selamat, Lin Feng..."
Raja Qing mengangguk puas. "Tahun ini benar-benar menarik. Sekte Bambu Hitam yang dulu lemah akhirnya menunjukkan taringnya."
Malam itu tim Bambu Hitam merayakan di penginapan. Meja dipenuhi hidangan dan minuman, tentu saja tanpa alkohol.
“Untuk kemenangan kita!” seru Wang sambil mengangkat gelas.
“Untuk Sekte Bambu Hitam!” jawab yang lain serempak.
Mereka tertawa dan bertukar cerita tentang pertarungan. Suasana hangat dan penuh sukacita.
Di dekat jendela Lin Feng duduk menunduk, matanya kosong.
“Ada apa?” Zhou Mei duduk di sampingnya sambil menyerahkan secangkir teh hangat.
“Entahlah,” jawab Lin Feng menerima teh itu. “Perasaanku tidak enak.”
Ia menutup mata sejenak lalu mengaktifkan Mata Naga. Di atap bangunan seberang terlihat sosok berjubah hitam yang segera lenyap.
“Ada yang mengawasi kita,” bisiknya.
“Kau ingat Chen Wei?” Lin Feng melanjutkan.
“Pengkhianat itu?” Wang menjawab sambil mendengus. “Kenapa tiba-tiba—”
“Dia bilang bergabung dengan Sekte Iblis. Kabarnya Mo Yan sudah di ibu kota.”
Suasana berubah tegang. Li Qing yang baru masuk langsung bertanya serius, “Mereka akan menyerang?”
“Tidak di arena, terlalu ramai,” Lin Feng berkata pelan. “Mulai malam ini kita harus lebih waspada. Jangan keluar sendiri.”
Jauh dari sana, di sebuah mansion gelap, Mo Yan menatap kristal yang menampilkan wajah Lin Feng dan tersenyum dingin.
“Nikmati dulu kemenanganmu,” gumamnya. “Physique Naga Kekosongan akan segera menjadi milik kami.”
Di sampingnya Chen Wei terbaring lemah, matanya merah penuh dendam.
“Beri aku kesempatan... biarkan aku balas dendam...” suaranya tersendat.
Mo Yan mengangguk dingin. “Kau masih berguna.”
pengawalnya kluarin dong 🤣
lanjutkan
lanjut