NovelToon NovelToon
Beauty To Crystal

Beauty To Crystal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Di atas kertas, mereka sekelas.
Di dunia nyata, mereka tak pernah benar-benar berada di tempat yang sama.

Di sekolah, nama Elvareon dikenal hampir semua orang. Ketua OSIS yang pintar, rapi, dan selalu terlihat tenang. Tak banyak yang tahu, hidupnya berjalan di antara angka-angka nilai dan tekanan realitas yang jarang ia tunjukkan.

Achazia, murid pindahan dengan reputasi tenang dan jarak yang otomatis tercipta di sekelilingnya. Semua serba cukup, semua terlihat rapi. Tetapi tidak semua hal bisa dibeli, termasuk perasaan bahwa ia benar-benar diterima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35. Fitnah yang Menyesakkan

Hari itu, suasana Velmorin Beauty Shop terasa lebih sesak dari biasanya. Achazia menatap layar ponselnya dengan wajah pucat. Di media sosial, beredar foto editan dirinya bersama Leonard, seolah-olah mereka sedang berpelukan di tempat privat.

Caption-nya menyakitkan:

“Sudah lama terjalin, tapi baru berani tampil di publik. Velmorin & Legrand — bukan hanya bisnis.”

Ciara yang baru saja datang membawa kopi, langsung meletakkannya dan mendekat.

“Zia, kamu lihat ini?” Ciara menunjukkan ponselnya.

Achazia mengangguk lemas. “Itu fitnah, Ra. Aku bahkan gak pernah dekat sama dia.”

Ciara mengepalkan tangannya. “Ini sudah keterlaluan. Leonard benar-benar berani main kotor.”

Sementara itu, di Delacroix-Wijaya Medical Center, Elvareon sedang dalam perjalanan menuju ruang periksa ketika Arvin memanggilnya.

“El, berhenti dulu.”

Arvin menunjukkan pesan masuk di ponselnya. Isinya tangkapan layar berita gosip tentang Achazia dan Leonard.

“Lihat ini, mereka makin menjadi-jadi.”

Elvareon terdiam. Ia mencoba mengendalikan emosi, namun jemarinya mengepal erat.

“Aku mau ketemu Leonard,” ujar Elvareon, suaranya menahan amarah.

“El, tahan dulu,” kata Arvin. “Leonard mau kamu terpancing. Dia mau kamu kehilangan kendali. Kita harus main lebih cerdas.”

Namun Elvareon tak bisa menahan dirinya begitu saja. Malam itu, ia menghubungi Achazia.

“Zia, kamu baik-baik saja?” suaranya lembut, namun di dalamnya bergolak.

Achazia terdiam sejenak. “Aku baik. Hanya… lelah, El. Dia main kotor.”

“Aku tahu. Tapi kamu gak sendiri, Zia.”

Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, Achazia menangis di ujung telepon. Sejak pekerjaan melanda, dia tak pernah bertelepon dengan Elvareon lagi. Kini Elvareon menelponnya dan membuat hatinya hangat. Suara yang dirindukannya kini kembali berbicara kepadanya.

"Aku gak ngelakuin itu, El. Kamu tahu kan aku ini gimana?" tangisnya

"Iya aku tahu. Aku percaya kok sama kamu. Aku dan Arvin masih memikirkan cara. Kamu tenangin diri dulu ya"

"I....iya" Achazia nangis sesegukan.

Elvareon lalu menutup telepon. Tangannya mengepal ingin langsung meninju lelaki tak tahu diri itu.

Keesokan harinya, Leonard muncul di salon Achazia tanpa diundang. Ia datang dengan membawa buket bunga mawar putih, seolah-olah ingin menunjukkan sikap manisnya.

“Achazia, kabar kita makin ramai ya? Aku rasa publik sudah mulai terbiasa melihat kita bersama,” ujar Leonard dengan senyum tipis.

Ciara langsung berdiri di depan Achazia, menjadi tembok pelindung.

“Kami sedang sibuk. Silakan keluar, Tuan Leonard.”

Namun Leonard tidak bergeming. Ia menatap Achazia, suaranya kini lebih tajam.

“Kalau kamu terus menolak, Zia, aku punya banyak cara untuk memastikan orang-orang percaya bahwa kita memang punya… sejarah bersama.”

Sialnya Leonard berbicara dengan kuat. Para karyawan mendengar. Tapi Ciara langsung menyuruh mereka kembali bekerja.

Achazia mengepal tangannya. “Kamu gila, Leonard. Aku gak akan biarkan kamu menghancurkan hidupku.”

Leonard mendekat dan menyingkirkan Ciara, berbisik. “Zia, dunia gak peduli mana yang benar. Mereka hanya percaya siapa yang lebih dulu bicara. Pikirkan itu.”

Leonard meletakkan bunga itu diatas meja kerja Achazia. Sebelum pergi, dia ingin mengelus kepala Achazia tapi Ciara memukul tangannya dan menatap dengan dendam.

"Jangan pernah berani menyentuh bos kami." ucapnya

Leonard mengangkat bahu dan memutar matanya. Dia selalu menganggap orang rendah. Dia lalu pergi sambil memasukkan tangannya disaku celananya.

Ciara melihat bunga itu lalu mengambilnya dan membuangnya di tong sampah.

"Kamu gakpapa Zia?" Tanya Ciara. Dia langsung memeluk Achazia dan menenangkannya. Achazia ingin menangis tapi dia tak mau terlihat lemah oleh karyawannya.

Di sisi lain, Arvin sedang mencari informasi lebih dalam tentang Leonard. Ia bertemu dengan temannya yang bekerja di media.

“Leonard itu langganan gosip. Dia biasa bayar media buat membesarkan isu,” ujar temannya.

Arvin menatap serius. “Aku butuh bukti. Apapun yang bisa nunjukin kalau Leonard sengaja nyebar fitnah soal Achazia.”

Temannya mengangguk. “Aku bakal cari. Tapi ini bahaya, Vin. Leonard itu licik.”

"Gakpapa. Pokoknya ada bukti. Aku gak mau sobatku kenapa-napa"

"Kalau itu yang kau mau, aku akan mengusahakannya, Vin. Aku akan mencari bukti dan memberitahumu"

Arvin lalu mengangguk dan mempercayai temannya.

Di rumah, Papa Achazia memanggilnya ke ruang kerja.

“Zia, Papa malu. Kamu sudah merusak nama keluarga,” ucap papanya dengan dingin.

Achazia berdiri tegak, meski hatinya remuk.

“Papa, aku gak pernah punya hubungan apapun sama Leonard. Semua itu bohong.”

Papa menghela napas berat. “Orang-orang gak peduli kebenaran, Zia. Mereka cuma lihat apa yang terlihat.”

Mama Achazia yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Pa, mungkin kita harus mendengarkan penjelasan Achazia lebih dulu.”

Namun Lionel tetap keras kepala. “Tidak ada ruang untuk kesalahan dalam bisnis ini.”

"Papa sadar tidak kalau papa terlalu keras sama Zia. Jangan karena bisnis papa jadi begini lah." Mamanya mulai berbicara

"Ma, mama tahu apa? Papa hanya mengajarkan dia dengan hal baik"

Achazia menangis lalu pergi ke kamar dia membanting pintu kamarnya.

"Ahk, sialan." ucap papanya sambil memijit pelipisnya.

Bibi Eli tak sengaja melihat kejadian itu. Dia lalu berinisiatif mengantarkan teh hangat ke kamar Achazia. Bibi mengetuk

"Non, boleh lah bibi masuk?"

"Iya bi. Masuk saja"

Bibi Eli lalu masuk dan melihat Achazia menangis dikamarnya. Bibi meletakkan teh diatas meja disamping kasur Achazia lalu duduk disampingnya.

"Non, udah jangan nangis. Bibi tahu kok Nona Zia itu kayak mana. Yang bibi tahu Achazia itu dekatnya sama Elvareon, kan?"

"Iya bibi" ucapnya sambil mengusap air matanya.

Bibi Eli menenangkan Achazia dan menyuruhnya minum teh.

"Non, istirahat ya. Jangan pikirkan yang lain-lain. Nanti kamu sakit." ucap Bibi Eli

Achazia lalu mengangguk. Dia menghabiskan teh hangat itu. Teh buatan bibi memang seenak itu. Bibi lalu keluar dari kamar Achazia dan kembali ke dapur.

Hari-hari berikutnya menjadi neraka bagi Achazia. Kunjungan pelanggan di salonnya menurun drastis. Media terus memberitakan gosip murahan yang dihembuskan Leonard.

Leonard menganggap dirinya menang.

Namun ia tak sadar, di balik layar, Arvin dan Elvareon sedang menyusun serangan balik.

"Zia, kamu jangan stres mikirin pelanggan yang sepi. Nanti semuanya juga terbongkar kok. Orang-orang tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Zia. Orang-orang hanya melihat dari luarnya saja tanpa melihat dari dalam"

Ciara menenangkan Achazia. Dia memeluknya. Dia tahu bahwa Achazia ingin menangis. Dia kehilangan pelanggannya akibat fitnah di media sosial itu.

Di malam yang penuh tekanan itu, Achazia duduk di balkon, menatap langit yang kelabu.

Ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari Elvareon.

“Zia, aku tahu kamu lelah. Tapi bertahanlah. Aku janji, aku gak akan biarin kamu sendirian.”

"Iya, El" balasnya singkat.

Air mata Achazia mengalir pelan. Ia tahu, badai belum selesai, tapi ada bahu yang selalu siap menampung luka-lukanya.

1
Nana Colen
ceritanya ringan tapi asiiik 🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!