Takdir Pernikahan Kita

Henry merasa hari ini ia begitu pulas tertidur. Tubuhnya saja merasakan begitu nyaman.

Perlahan bangun dengan mata yang terpaku melihat tubuhnya hanya menggunakan kain selimut. Kali ini ia berada di dalam kamarnya. Ketakutan menyertai Henry dengan perlahan melihat sisi sampingnya. Ia rasanya tidak ingin percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Penglihatan Henry saat melihat tubuh Rose juga telah terbuka, bahkan banyaknya bercak kemerahan di tubuh putihnya itu.

Henry memutarkan bola matanya mencari apa yang terjadi semalam. Ia bahkan tidak mengingat sama sekali melakukan sesuatu pada Rose.

"Kamu ternyata sudah bangun ya sayang? Bagaimana keadaan mu? Apakah kamu membutuhkan sesuatu?" suara Rose terdengar sangat kelelahan sembari memegang tangan Henry dan sedikit mengelus-elus tangan itu dengan gerakan naik turun.

Henry tersadar dengan lamunannya mencari ingatan saat berhubungan dengan Rose. Saat tidur dengan Bella saja Henry sangat mengingatnya. Bahkan jika ia mengingat hal itu salah satu anggota tubuhnya begitu saja hidup dan bergerak. Namun ia segera menutupi tubuh bagian bawahnya secara rapat-rapat agar tidak di lihat oleh Rose.

"Apa yang telah terjadi?" Henry bagaikan seorang wanita yang habis di perkosa oleh seorang pria.

Rose tersenyum dengan tubuh bagian atasnya terlihat oleh Henry. Akan tetapi kedua mata Henry di lemparkannya ke arah lain. Ia bukannya merasa terpancing akan penampakan itu, malahan Henry ingin sekali membungkus Rose dengan kain yang mereka gunakan dan membuang Rose ke luar kamar.

"Masa kamu lupa dengan malam pertama kita. Kamu sendiri yang mengajak ku untuk melakukan hubungan itu. Kita melakukannya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Kamu pasti sangat lelah ya sayang, aku pun sama. Tapi ini adalah pengalaman bagi kita berdua. Apakah kamu mau mencobanya lagi? Aku siap untuk melakukan itu kapan pun kalau kamu mau. Jangan menahannya lagi Hen. Aku ini adalah istri mu. Kita bisa menghabiskan waktu bersama di saat seperti ini." Rose semakin mendekati Henry dengan memegang bahu suaminya itu.

Henry menjauhi Rose dengan Rose mendekati Henry. "Kenapa kamu terlihat ketakutan sayang? Apa jangan-jangan kamu masih kurang? Aku siap untuk melakukan hubungan itu lagi sampai kamu merasakan kepuasan."

"Berhentilah Rose!" bentak Henry. Hatinya semakin panas melihat tingkah Rose yang seakan-akan tampak sekali wanita liar. Apa jangan-jangan saat ia tidur Rose melakukan itu? Henry membayangkannya saja tidak mau. "Aku tidak mengingat apa yang telah terjadi semalam. Jika itu terjadi, cukup satu kali saja kau berperilaku begini. Aku ingatkan kembali, di antara kita tidak seserius itu dalam hubungan ini." Henry segera mengambil pakaian dan memasang kembali.

"Terserah di kamu Hen. Setidaknya kamu tidak bisa juga seperti ini terhadap ku. Kamu yang memulainya duluan. Bahkan aku yang sempat menolak pernikahan ini tapi kamu sendiri yang memaksanya. Sekarang kamu sendiri yang seperti ini. Aku memang murahan di mata semua orang. Tapi aku berusaha memperbaiki itu semua demi kamu, Alano dan mommy Aria. Seharusnya kamu juga membimbing aku dan memberikan semua yang kamu mau terhadap aku. Bukan seperti ini Hen."

Henry menatap tajam mata Rose. "Kau ternyata bukan hanya saja pintar membalikkan keadaan tetapi juga licik. Mulai malam ini kau tidur di kamar lain. Jika kau tidak suka kita akan bercerai." Henry kembali berjalan untuk masuk ke dalam kamar mandi.

"Tidak Hen! Kamu tidak boleh seperti ini dengan ku. Aku sangat mencintai mu Hen." teriak Rose dengan Henry tidak mengindahkan Rose lagi.

'Ini tidak boleh terjadi. Aku harus melakukan sesuatu. Aku harus merayunya lagi.'

Sedangkan Henry mengisi bathtub dengan air dan sabun begitu banyak. Ia berendam di dalam air hangat itu. 'Kenapa aku sama sekali tidak mengingat kejadian semalam? Tapi kalau dengan Bella,' kembali tubuh bagian bawahnya seperti tidak bisa juga berbohong. Henry kembali berpikir dengan hubungan ke Rose. Bagian bawahnya begitu tidak bersemangat dan tertidur secara tiba-tiba.

Seingat Henry semalam ia bermimpi indah. Rumah tangganya kembali seperti semula. Alano dan Emillia tersenyum bahagia, sampai Henry setiap malam tidur dan berpelukan dengan Emillia. Kebahagiaan rumah tangga di dalam mimpinya membuat Henry ingin merebut Bella saat ini juga.

Organ tubuhnya kembali bangkit. 'Kau tau sekali mana tempat yang harus kau singgahi dan mana yang tidak harus kau datangi. Tapi kau harus bersabar. Masih butuh proses untuk melakukan itu semua.'

Henry kembali merenungi kejadian semalam. 'Apa mungkin aku melakukan itu karena melihat wajah Rose menyerupai Emillia?' Henry terdiam. Sepertinya hanya itu yang ia ingat dalam mimpinya.

Henry kembali berdiri mengambil sabun dan menuangkan sabun itu sampai kandas. Ia begitu tidak terima jika semalam ia benar-benar melakukan sesuatu dengan Rose. 'Maafkan aku, Emillia. Aku tidak berselingkuh di belakang mu. Aku juga tidak mengingatnya.' Henry kembali merasa bersalah telah bermain di belakang istri pertamanya itu.