Benih Tuan Arogan

Rocky merebahkan tubuhnya di tempat tidur setelah sampai di kamar. Ia benar-benar bodoh lantara tidak menjawab pertanyaan Alea tadi, akibat lidahnya terasa keluh hanya untuk mengatakan ya.

"Harusnya saya menjawab, ya, bukan malah pergi begitu saja," gumam Rocky mengusap wajahnya kasar.

Pria itu melirik nakas yang ada di samping tempat tidurnya, membuka laci paling bawah untuk mengambil buku diari kecil di antaran tumpukan berkas penting. Ia kembali membuka buku diari itu. Buku di mana Alea mencurahkan seluruh isi hatinya selama ini.

Rocky kali ini membuka halaman bagian belakang untuk melihat ending dari kisah Alea sebelum pergi. Ia termenung, bahkan di akhir kisah pun Alea tetap saja membencinya, tetapi dengan kasus yang berbeda.

Apa yang kamu harapkan Lea? Gadis yatim piatu sepertimu tidak akan mendapatkan cinta dari siapa pun, bahkan dari suamimu sendiri.

Refleks Rocky menggelengkan kepalanya, ia tidak membenarkan kalimat yang ditulis Alea dalam diari tersebut. Ia beralih membuka lembaran sebelumnya.

Ternyata perhatian dan kasih sayang yang selalu dia berikan, bukan untukku, tetapi untuk anak yang berada dalam rahimku.

Ibu, anakmu terlalu berharap dicintai, padahal kenyataannya pria yang berhasil mengambil hatinya telah menjanjikan pernikahan tiga bulan pada wanita lain.

Haruskah aku pergi demi kebahagiaan suamiku?

Aku membenci tuan Rocky, tetapi hatiku malah mencintainya ❤️‍🩹

Tangan Rocky mengepal membaca tulisan yang berada di kulit buku diari paling belakang. Ternyata selama ini ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri sehingga tidak ada niatan untuk mengartikan pikiran orang lain.

Pria itu berlari keluar kamar dan berniat untuk menemui Alea di apartemen sebelah. Namun, langkahnya terhenti melihat wanita dengan penampilan acak-acakan sedang berdiri di depan apartemen.

"Arumi?"

"Rocky, apa yang harus aku lakukan sekarang?" lirih Arumi. Wanita itu langsung menghambur ke pelukan Rocky.

"Kamu kenapa?" tanya Rocky membalas pelukan Arumi.

"Aku benar-benar tidak bisa hidup tanpamu, aku rapuh. Aku kehilangan arah. Tidak bisakah kita kembali? Aku berjanji akan menjadi kekasih yang baik."

...

Hari pertama bekerja membuat Alea tampak bersemangat bangun pagi-pagi sekali, wanita itu sejak tadi bergulat dengan pekerjaan di dapur untuk membuatkan sarapan anak-anaknya, sekalian makan siang, lantaran ia tidak mungkin pulang ke rumah sebelum jam kerja selesai.

Bahan-bahan makanan yang selalu terisi penuh membuat Alea bebas memasak apa saja, terlebih kedua anaknya suka makanan berat di pagi hari.

"Kakak ... adek ... Ayo sarapan dulu!" panggil Alea dari meja makan.

Si kembar yang di panggil langsung berlari dan duduk dengan tenang di meja makan, tetapi urung menyentuh makanan ketika teringat sesuatu.

"Ibu, ayah dan kakak Arumi mana?" tanya Devina.

"Sebentar lagi datang adek, ibu tidak mengunci pintu kok." Alea duduk di hadapan anak-anaknya.

"Ibu, ayah mana?" tanya Arumi yang baru saja datang. Gadis itu telah rapi dengan seragam sekolahnya. Ikut duduk di meja makan.

"Bukannya sama Arumi?" tanya balik Alea. Sejak pembicaraan semalam, ia belum melihat Rocky.

"Ayah tidak ada di kamarnya, Ibu. Arumi kira ayah dahulu in Arumi ke sini."

"Mungkin ayah ada urusan tiba-tiba. Kalian makanlah!" perintah Alea yang tidak ingin pusing.

Wanita itu ikut menyantap sarapan yang ia buat, sesekali menatap anak-anaknya secara bergantian. Menawarkan tambahan jika saja melihat piring mereka hampir kosong.

"Hari ini ibu mulai bekerja. Kakak jagain adek ya? Makanannya ibu simpan di meja, kalau mau cemilan ada di lemari bagian bawah."

"Iya ibu."

"Adek jangan nakal!" Alea menatap putrinya.

"Tidak ibu."

Alea beralih pada Arumi. "Kakak Arumi kalau pulang sekolah di sini saja sama adek kembar. Jangan ke mana-mana nanti hilang."

"Iya ibu." Arumi tersenyum.

"Nanti diantar sama siapa?"

"Om Adrian," jawab Arumi cepat.

Setelah sarapan, Alea dan Arumi memutuskan untuk turun ke lobi menunggu Adrian dan meninggalkan kedua anak-anaknya di apartemen. Alea tidak terlalu was-was lantaran si kembar tidak terlalu iseng dan berhati-hati jika melakukan sesuatu.

"Om Adrian," panggil Arumi riang. Adrian yang baru saja turun dari mobil tersenyum. Ia menghampiri dua kesayangan tuannya.

"Katanya sering di antar sama kamu, saya nitip kalau begitu. Saya tidak tahu di mana Rocky."

"Nona ingin ikut? Sekalian saja, kantor tempat nona bekerja searah dengan Arumi."

"Boleh." Alea langsung naik ke mobil Adrian, duduk dengan tenang dan menikmati perjalanan. Jantungnya sejak tadi berdegup kencang, karena ini hari pertamanya bekerja kantoran setelah 6 tahun menjadi ibu rumah tanpa penghasilan.

"Ibu lihat, itu ayah!" seru Arumi menunjuk sebuah gedung.

Alea lantas mengikuti arah telunjuk Arumi sehingga dapat melihat Rocky dan seorang wanita baru saja turun dari mobil.

"Mampus," batin Adrian.