🚨Warning 🚨
Dapat menyebabkan keram pipi, sakit perut, guling-guling dan hal aneh lainnya.
Bersembunyi lah dari jangkauan orang lain!!!!
Bercerita tentang pernikahan yang diawali oleh sebuah perjodohan. Cerita biasa yang sering kita baca bukan???
Tapi disini mereka adalah sepasang manusia yang memiliki sifat yang saling bertolak belakang...
Zee yang memiliki sifat humoris, pecicilan, rusuh dan selalu membuat masalah harus dijodohkan dengan Guntur yang memiliki sifat dewasa, dan tidak banyak tingkah, hidup layaknya orang pada umumnya.
Siapakah diantara mereka yang akan berubah setelah menikah?
Akankah Zee yang menjadi dewasa, ataukah Guntur yang ketularan somplak seperti istrinya?
Selamat senam wajah gratis Pemirsaaaaahhh...🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat jalan Aki
Malam itu, setelah keluarga Fabian pulang, karena kedua besan itu sudah pulang tak lama setelah Fabian dan keluarga kecilnya datang. Zee dan Guntur akan beranjak tidur, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sebuah kabar yang memberitahukan kalau Kakeknya Guntur masuk rumah sakit.
"Zee, Aki masuk rumah sakit. Cepetan kamu ganti baju, kita kesana sekarang!" Ucap Guntur pada istrinya yang kini sudah mengenakan baju tidurnya.
Dalam perjalanan menuju rumah sakit, Guntur terlihat begitu cemas. Tak henti-hentinya ia meneteskan air mata.
Zee yang tidak tahu harus berbuat apa, hanya bisa menggenggam jemari tangan Guntur. "Kamu jangan panik, semua akan baik-baik aja." Tapi tak ada respon apapun dari Guntur. Dia mempunyai firasat buruk mengenai kondisi kakeknya.
Sekitar satu jam perjalanan akhirnya mereka tiba di kamar tempat Kakeknya Guntur di rawat.
Benar dugaan Guntur, sekarang kondisi Kakeknya sudah tak sadarkan diri. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an menggema di seluruh penjuru ruangan itu, agar mempermudah aki dalam melewati sakaratul mautnya. Terlihat Papa Guntur sedang melafalkan kalimat syahadat di telinga Aki.
Guntur langsung berlari ke arah Aki, air matanya kini sudah membanjiri pipinya.
"Ki, Aki sadar Ki, ini aku sama Zee udah ada di sini." Sambil menciumi punggung tangan Akinya.
Mamanya hanya bisa mengusap-usap punggung anak lelakinya.
"Sabar sayang, kita harus ikhlas, biarkan Aki meninggalkan kita dengan tenang! Sebelum Aki tak sadarkan diri, dia cuma pesan supaya kamu bisa menjaga Zee. Karena tugas Aki sudah selesai untuk menepati janjinya menikahkan kamu sama Zee."
Air mata Guntur semakin luruh, dia tidak menyangka jika Kakek tercintanya, akan pergi meninggalkan dunia ini. Dengan air mata yang terus mengalir Guntur menghampiri Kakeknya.
"Ki, aku akan menjaga Zee dan menyayangi dia seumur hidup aku. Doakan kami agar selalu bahagia. Maafin aku yang banyak dosa sama Aki selama ini, sering bikin Aki kesel, sering bantah Aki. Tapi jauh di dalam hati aku, aku sayang sama Aki. Terimakasih sudah menjodohkan aku dengan Zee. Pergilah dengan tenang. Kita semua sayang Aki." Guntur membisikan kata-kata itu di telinga Kakeknya.
Taka lama setelah itu, Aki pergi untuk selamanya, dengan sebuah senyuman di wajahnya.
"Innalillahi wa Inna ilaihi Raji'un…" Sebuah kalimat yang keluar dari mulut ayah Guntur, menyatakan jika orang tua mereka telah pergi untuk selamanya.
Tangis kesedihan pun menyelimuti ruang VIP kamar rumah sakit itu.
Flower menangis sejadi-jadinya di pelukan ibunya. Ayah Guntur mencoba untuk tegar. Karena dia harus menyelesaikan segala administrasi dan mengurus acara pemakaman orang tuanya yang begitu mereka sayangi.
Zee hanya bisa memeluk suaminya, di sofa. Tak ada yang keluar dari mulutnya. Karena dia tidak tahu harus berkata apa. Hanya pelukan yang kini ia bisa berikan kepada suaminya.
"Kak, tolong kabarin Mama sama Ayah. Aku ga bawa HP." Pinta Zee pada Fabian yang turut menyaksikan kepulangan sang Kakek.
"Udah Kakak kabarin. Kakak suruh langsung ke rumah mertua kamu, karena ga da orang di rumah mereka buat ngatur-ngatur penyambutan jenazah nanti." Jawab Bian. Zee hanya mengangguk, memberi respon dari jawaban Bian.
*
Selepas acara pemakaman yang diadakan pukul 10 pagi keesokan harinya, mereka kembali ke rumah mertua Zee, karena dia dan suaminya sepertinya akan tinggal di rumah keluarga Guntur hingga acara tahlilan 7 hari Kakeknya.
Zee ikut sibuk menyambut para pelayat yang datang silih berganti. Mulai dari tetangga, sahabat mertuanya, kolega bisnis ayah mertua dan suaminya. Hingga teman dan para sahabat Guntur, juga para orang-orang dekat dengan Zee, seperti tetangga, karyawan toko, dan beberapa teman kampus yang dekat dengannya.
"Kamu udah makan?" Tanya Guntur pada istrinya yang sedang menempelkan pipinya di sudut meja makan yang berada di dekat dapur.
Zee hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Makan dulu, nanti kamu sakit lagi. Baru juga kemaren keluar dari rumah sakit." Sambil menyelipkan rambut panjang Zee ke belakang telinga istrinya yang terurai ke pipi.
"Suapin!" Jawab Zee yang masih dalam posisi yang sama.
"Bi, tolong siapin mkanan! Aku sama Zee mau makan." Kata Guntur pada salah satu pembantu di rumahnya.
Tak sampai menunggu lama, beberapa hidangan pun sudah siap di meja makan.
"Kamu mau makan pake apa?" Tanya Guntur sambil menyendok nasi.
"Terserah Kakak aja, aku makan apa yang Kakak makan."
Guntur menaikan sebelah alisnya. Bingung dengan jawaban istrinya.
"Kita makan berdua, Kakak juga belum makan kan?" Jawab Zee sambil menopang wajahnya dengan kedua tangannya dan mengedip-ngedipkan matanya.
"Jangan genit, nanti aku cium kamu." Kata Guntur sambil tertawa dan mencubit pipi mulus Zee.
"Ih mesum." Akhirnya dia bisa melihat kembali senyuman suaminya.
"Kamu kalo cape, tidur di kamar aku aja. Aku takut nanti kamu sakit lagi kalo kecapean." Sambil menyuapi istri kecilnya.
"Temenin ya! Kan Kakak juga dari semalam belum keliatan tidur."
"Kamu ngajakin bikin sepupu buat Quinny?" Berbisik ke telinga istrinya
"Iihhhh,,, mesum. Lagi begini sempat-sempatnya masih mikirin begituan." Seraya menyilangkan kedua tangannya di dada.
Guntur hanya tertawa melihat kelakuan istrinya.