Mendapati kenyataan jika tunangannya bermain gila dibelakangnya membuat Fernando Nicholas Sanjaya sangat terpukul, sehingga membuatnya menyeret satu wanita dalam kehidupannya. Wanita yang menjadi budak nafsunya karna salah mengetuk pintu kamar hotelnya.
Bagaimana kisah Nicho dan Ganesa selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sokhibah El-Jannata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMYS. Resleting
Nicho yang semula menatap kakeknya tampak memandang Ganesa dengan kesal. Ditatapnya wajah Ganesa yang tersenyum menang.
"Itu, dengar kata istrimu. Suaminya adalah kamu, kamu yang harus melayaninya. Bukan Rangga, atau asisten rumah tangga lainya," ucap kakeknya.
"Kek, tapi...."
"Nicho, biar Rangga yang hendel semua urusanmu. Sekarang, naiklah ke kamarmu. Bersama dengan istrimu," ucap kakek menyela ucapan Nicho.
Nicho sedikit kesal, dia melirik Rangga yang menunduk dan menahan tawa, membuat dirinya semakin kesal saja.
Ganesa mendekat ke arah kakeknya dan tersenyum pada lelaki lanjut usia itu.
"Termakasih Kek, telah memberi pengertian pada suamiku tersayang," ucap Ganesa sambil melirik Nicho.
"Nes, kamu benar. Kakek akan selalu mendukung, walau baru kenal, rasanya kakek sudah respek sekali denganmu. Kakek harap kamu dan Nicho bahagia selalu," ucap kakeknya.
Ganesa tersenyum, ada dukungan dari kakeknya. Berarti dia memegang satu hal untuk bisa mengendalikan Nicho.
Sedangkan Nicho hanya bisa diam, menatap kakek dan Ganesa yang sok akrab itu.
"Rangga, urus apa yang menjadi urusan Nicho. Biar dia istirahat," ucap kakeknya kemudian melenggang pergi ke arah kamarnya.
"Baik Kek," sahut Rangga.
"Selamat beristirahat, Tuan dan Nona muda," ucap Rangga kemudian berlalu. Ranga tersenyum, seolah mengejek Nicho.
Kini tinggal Ganesa dan Nicho yang berada di bawah. Keduanya berpandangan sejenak, muak sekali pada Ganesa, pada akhirnya Nicho memutar langkahnya, melangkah mendahului Ganesa.
"Kau melupakan aku, Honney?" tanya Ganesa.
Nicho seketika berhenti dan memutar langkahnya menghadap Ganesa.
"Kau bisa mengikutiku, apa susahnya?" kesal lelaki yang selalu emosi karna kelakuan istrinya yang sangat menjengkelkan sedari tadi.
"Kau tidak lihat ekor bajunya panjang? Harusnya kau memegangnya," protes Ganesa.
Seolah tak perduli, Nicho malah berjalan lagi ke atas. Ganesa tersenyum, setidaknya dia berhasil membuat Nicho jengkel. Kini dia melangkah menaiki anak tangga juga.
Sebenarnya susah sekali berjalan dengan ekor baju yang sangat berat dan panjang. Tapi untuk minta bantuan pada asisten tidak bisa dia lakukan, karna mereka sibuk di belakang.
Ganesa menapaki anak tangga, tapi langkahnya yang tertutup gaun membuatnya sedikit hati hati, takutnya gaunnya terinjak kaki dan membuatnya terjatuh.
Di atas sana, Nicho mengamati Ganesa yang melangkah di tangga naik. Wajah datarnya mengarah pada sosok cantik itu. Netranya menatap dengan intens. Nicho menghela napas kasar, karna pada akhirnya dia tak bisa membiarkan wanita itu kesusahan.
Nicho melangkah ke bawah, dengan gerakan cepat diangkatnya tubuh ramping wanita yang kesusahan berjalan. Wanita yang telah sah menjadi istrinya itu.
Ganesa terkejut, dia memejamkan matanya. Seketika juga melingkarkan tangannya di leher Nicho. Hingga kini dia merasa melayang di udara. Ganesa membuka matanya, dia baru menyadari dia berada dalam gendongan Nicho ala bridal style.
Ditatapnya wajah tenang Nicho yang sangat datar, dia jantungnya berdetak hebat. Bagaimana bisa Nicho melakukan ini? Nicho yang dingin itu terus melangkah, hingga sampailah di depan kamar yang tadi untuk merias.
Nicho membuka pintu dengan lututnya, kemudian menurunkan Ganesa dan berlalu begitu saja.
"Terimakasih, Honney," ucap Ganesa kembali beraksi. Nicho terus berjalan dan masuk ke dalam kamar mandi.
Ganesa melepas sepatu high heels, menggantinya dengan sendal imut yang tersedia di rak. Dia mengedarkan pandangannya, menatap ke arah kamar yang di hias dengan indah itu.
"Baju gantimu ada di situ," ucap Nicho sambil menunjukan jarinya ke arah walk in closet. Harusnya Rangga yang menjelaskan semuanya. Tapi wanita didepannya sangat mengesalkan hingga mau tak mau dia sendiri yang saat ini memberi tau.
Ganesa mengangguk, sejenak dia terpesona melihat penampilan Nicho yang tampak segar. Segera wanita cantik itu mengalihkan pandangan, dia berjalan ke arah sana untuk mengambil baju.
Nicho yang sudah berganti baju dengan kaos oblong dan celana panjang, kini tampak duduk di sofa. Memainkan ponselnya dan bersandar di sofa. Entah apa yang dikerjakan.
Ganesa masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi dan mengganti baju. Akan tetapi dia kesusahan untuk membuka resleting gaunnya. Tangannya masih terlalu sakit untuk diarahkan ke belakang. Beberapa kali mencoba tetap sama, sakit, hingga dahinya mengeluarkan keringat.
Ganesa sedikit panik, dia kembali keluar. Ditatapnya Nicho yang sedang sibuk disana. Sedikit ide minta bantuan pada Nicho, tapi dia malu. Alhasil Ganesa kembali membuka pintu untuk masuk ke kamar mandi lagi.
"Kenapa? Kau butuh bantuan?" tanya Nicho yang sebenarnya tau jika diperhatikan oleh Ganesa.
Ganesa yang tadinya berpikir Nicho tak tau tampak terkejut, dia menggigit bibir bawahnya. Malu? Pasti. Ganesa memutar tubuhnya dan menatap Nicho yang kini meletakan ponsel dan berdiri.
Nicho berjalan ke arah Ganesa, otaknya berpikir, apa yang tidak bisa dilakukan Ganesa dalam kamar mandi? Menyalakan shower? Atau tak tau dimana letak handuk? Bukankah dia harus menunjukan semua itu jika memang wanita itu tak tau? Sangat menjengkelkan.
"Kenapa? Katakan, aku tak punya banyak waktu," ucapnya.
Ganesa memejamkan matanya, dilema antara mengatakan atau tidak. Bukankah di sendiri yang tadi meminta Nicho melayaninya di hadapan kakek? Malu kan kalau tiba tiba meminta bantuan asisten rumah tangga? Kenapa jadi senjata makan tuan?
Nicho tampak kesal dan memutar langkah untuk pergi, tapi Ganesa mengulurkan tangannya menahan agar suaminya tetap berada di tempat.
"Bantuin aku, aku kesulitan membuka resleting baju," ucap Ganesa pada akhirnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...